Penulis: Gelora Indonesia

1 Visi, 7 Aksi

Konsep pembangunan ekonomi yang berpusat pada “People, Planet & Profit” bukanlah hal baru.

Tapi dengan cara terjemah Anis Matta, hal yang utopis menjadi lebih mudah kita pahami. Lebih tervisualisasi, lebih teknis-operasional dan mudah dijangkau.

Demi berfokus “planet”, Gelora mengawali “Birukan Bumi” untuk menanam 10 juta pohon. Demi mengembangkan “people”, Gelora berfokus pada perbaikan gizi ibu-anak dengan program Gen-170.

Karena ekonomi kreatif akan menjadi sektor pertumbuhan di masa depan, Gelora meluncurkan SAGARA. Sejuta Gagasan Nusantara dimulai dari kompetisi film pendek, dan akan meluas ke industri kreatif lain.

Itulah konsep pembangunan ekonomi yang akhirnya diberi nama “Geloranomics” : kesejahteraan terdistribusi, memicu kreatifitas dan inovasi, tapi tak meninggalkan bumi.

Akan ada aksi-aksi lain untuk menopang Indonesia kekuatan 5 besar dunia. Tahapannya makin benderang, rutenya mudah dipahami, dan secara teknis bisa kita capai.

Bismillah.

Jakarta, 9/1/22
@endykurniawan

Lomba HUT 2 Partai Gelora

Dalam rangka menyambut hari ulang tahun ke 2 Partai Gelora Indonesia yang jatuh pada bulan Oktober 2021 ini, maka Partai Gelora menyelenggarakan beberapa kegiatan lomba untuk menyemarakkan kegiatan dan lebih memeriahkan kegiatan.

Adapun kegiatan lomba yang diselenggarakan diantaranya :

  • Gelora Science Competition
  • Lomba Video “Impian Anak untuk Indonesia”
  • Lomba Video Tiktok Group 28
  • Lomba Design Batik Gelora
  • Lomba Vlog Yes UMKM
  • Lomba Tiktok Yes UMKM
  • Lomba Shalawat
  • Gelora Victory ESport
  • Gelora Coastal Clean Up
  • Lomba Desain Mural

Untuk bisa mengikuti lomba tersebut, silahkan kunjungi dan daftar melalui tautan berikut http://event.partaigelora.id/duatahungelora

Kami tunggu keikutsertaannya.

Anis Matta :  Kelahiran Nabi Muhammad SAW – Ditakdirkan Menjawab Krisis

,

JAKARTA – Ketua Umum Partai  Gelombang Rakyat ( Gelora) Indonesia  Anis Matta  menyampaikan ceramah Maulid Nabi SAW  1442H pada Sabtu  Malam. ( 14/11/2020) , usai menyampaikan kuliah umum Akademi  Manusia Indonesia ( AMI)  Kalimantan Timur di  ballroom Hotel Senyiur , Samarinda .

Anis Matta menyampaikan dalam ceramahnya bahwa salah satu suasana hari kelahiran Nabi Muhammad  SAW yang relevan dengan kondisi hari ini adalah krisis .
“Salah satu suasana hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang relevan dengan kondisi kita adalah krisis. Ketika Nabi lahir , Makkah sedang dilanda berbagai krisis : Krisis militer akibat serangan pasukan Abrahah, krisis agama karena orang-orang menyembah berhala, dan krisis sosial akibat belum mapannya struktur negara . Kata Anis dalam keterangannya Ahad ( 15/11/2020)

Menurut Anis Matta , Nabi Muhammad SAW ditakdirkan lahir menjawab krisis
‘Nabi lahir untuk menyelesaikan krisis-krisis itu dan memberi pelajaran kepada kita dari tindakan -tindakannya itu. Mulai dari krisis agama, dengan mensyiarkan Islam sebagai agama baru  dan memperkuat struktur negara lewat rekayasa di Madinah dan membebaskan kota Mekkah ‘. Lanjut Anis  pada acara yang dihadiri oleh 200an peserta undangan yang terdiri dari para alim ulama , tokoh masyarakat dan habaib Kalimantan Timur .

‘ Semangat dan keterpanggilan untuk mengatasi krisis sangat relevan dengan situasi kita sekarang. Nabi telah mencontohkan determinasi, tekad yang kuat dan kualitas kepemimpinan untuk mengatasi kritis tersebut. Pungkas Anis di akhir ceramahnya.

Wakil Gubernur Kaltim sekaligus pembina Majelis Taklim Ukhuwah Islamiyah , Hadi Mulyadi turut menghadiri acara tersebut .
Acara yang dibuka oleh sambutan dari Gubernur Kaltim, Dr.H. Isran Noor ini selain memuji Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta sebagai cendekiawan yang mumpuni juga mengingatkan undangan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan  karena pandemi covid 19  belum usai. Dengan memakai masker , menjaga jarak duduk dan tidak bersalaman secara bersentuhan selama acara.

Dalam kesempatan tersebut  orang nomer 1 di bumi etam tersebut juga mendoakan pimpinan majelis taklim Ukhuwah Islamiyah H. Sarwono yang maju dalam kompetisi Pilkada kota Samarinda sebagai calon wakil walikota  independen berpasangan dengan  calon walikota Zairin Zain .

Lubis

Achmad Rosyadi Lubis, namanya. Nama marganya yang justru beken sebagai sapaan oleh dan di kalangan kawan-kawannya. Termasuk mereka yang baru mengenalnya, semisal saya. Ini agak ganjil lantaran saya lebih mengenal nama depan macam Mochtar dan Amarzan (dua jurnalis kawakan), Zulkifli “Bapak Intelijen RI”, Ansyari pemain bola Pelita Jaya, hingga Uni Zulfiani. Tapi tidak dengan sosok ini. Nama depan dan tengahnya tenggelam oleh marga.

Hanya sekali bersua langsung. Tahun lalu saat ia tandang ke Yogyakarta. Obrolan ketika ia telah letih di temaram malam. Saya suai ia selepas “membakar” manusia Arah Baru.

Tapi, interaksi dengan teks dan legasinya yang banyak diutarakan kawan-kawannya, yang sebagian juga saya kenali, tandaskan satu bab: Bang Lubis memang spesial. Soal jam terbang ketulusan dalam dakwah, cukup saya saksama dari tulisan yang pernah dikirimkan ketika Poestaka Rembug Kopi menerbitkan Ketika Gelisah Mengubah Arah (2019). Isinya, apa yang ia tulis setali dengan kesaksian orang-orang yang mengenalnya.

Ia pernah safar bersama keluarganya. Tahun lalu ia unggah agenda inspiratif itu. Anjangsana ke Jawa ke kantong-kantong pengetahuan dan tokoh. Mulazamah sejenak sembari sabatikal di sela kesibukan. Kota demi kota disusuri dengan kendaraan umum seperti kereta dan bus. Bersahaja, namun bukan pelesir biasa di sebalik itu.

Sebagai pengajak kepengasuhan di banyak majelis, sepadan dan sejalan dengan perkataan ihwal menghargai ilmu. Dan itu diturunkan dalam praktik nyata yang kelak berwujud hasab juga sanad pengetahuan ke nasab dirinya generasi bergenerasi kelak.

Saya pikir safar ilmiahnya tak terpisahkan dari etos Melayu Deli tempat asalnya. Pun ketika dia bermukim di Bali, jejak itu tak pudar. Dengan skala yang dipunyai, ia manusia kosmopolit buat ukurannya. Paling tidak bagi keluarganya dalam meluaskan minda dan cakrawala.

Beberapa hari belakangan, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII karya apik Azyumardi Azra seperti ingin dijamah lagi oleh mata dan pikiran. Semasih bab 1 didaras, kabar dari Pulau Pura mengumandang di pesan. Ini tak ada sebab akibat, selain sebuah bagian dari edaran kehendak-Nya. Tak ada tendensi apalagi menjuruskan logika pada post hoc ergo propter hoc.

Balik ke kabar selepas dhuha tadi. Pembaca status ini tentu paham ke mana arahnya. Ya, Bang Lubis tiada. Dalam sakit yang insya Allah jadi peringan hisabnya di akhirat kelak.

Teks Jaringan Ulama langsung terkoneksi dengan perilaku Bang Lubis. Dia, dalam arti prolifik, memang bukan alim dalam bahasan Azra. Tapi, jalan safar bersama keluarganya dalam menimba pengetahuan dan jajaring ukhuwah, sungguh serpihan nyata membina koneksi keilmuan kiwari.

Legasi Bang Lubis inilah yang kiranya pantas kita, atau setidaknya saya, kenang. Tentu bersama kebaikan ia yang lain. Semoga Allah menerima amal-amal almarhum, dan menggantikan yang lebih baik pada keluarganya.

Yusuf Maulana

Generasi Terbaik Ada Di Kalangan Pesantren

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri 17.491 pulau dengan 1.340 suku bangsa serta didalamnya terdiri dari 718 bahasa daerah adalah sebuah keberagaman yang sangat kompleks.
Membangun sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah mudah. Terlebih negeri ini tidak lepas dari perhatian bangsa di dunia.

Pada sisi lain keragaman bahasa dan suku bangsa dipisahkan dengan pulau dan lautan ini disatukan dengan satu gerakan perlahan namun pasti, membangun satu warna dari Sabang sampai Merauke dengan satu bahasa, satu karakter budaya yang beraroma kental dengan nilai-nilai keislaman.

Mengaji atau pendekatan dengan nilai religi di Nusantara di masyarakat terasa warnanya hingga sekarang dan kalau diperhatikan dari kitab-kitab pengajian tersebut dijumpai satu bahasa, bahasa Melayu, bahasa Indonesia.
Bahasa ini adalah bahasa yang luar biasa yang bisa menyatukan dari 1.340 suku bangsa dan 718 bahasa daerahnya.

Bahasa Indonesia membuat mereka menjadi satu kesatuan jiwa, simbol semangat perlawanan terhadap semua yang berupaya menguasai Indonesia dengan cara-cara yang tidak benar.
bahasa ini menjadi filter terhadap semua upaya untuk merusak falsafah hidup bangsa yang kental dengan nilai-nilai religius. Terbukti hingga kini semua bahasa para penjajah yang pernah hadir di negeri Indonesia tidak ada satupun yang mampu menguasai karakter bangsa .

Penyebaran bahasa Indonesia menyadarkan kita bersama bahwa peran santri dan ulamanya begitu besar untuk membangun persatuan dan kesatuan Indonesia yang religius dan berkarakter.

Nilai utama gerakan Santri dan para ulama meraih cinta dan posisi yang terbaik dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala digambarkan dalam sebuah hadits: al Mu’min Al qowi Khoirun wa ahabbu illallah min Al Mukmin ad dha’if . Mukmin yang kuat itu _lebih baik dan lebih dicintai disisi Allah dibandingkan mukmin yang lemah.

Dari masa dahulu hingga kini jika ingin melihat generasi terbaik dan berupaya meraih cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu ada di kalangan Pesantren. Selamat Hari Santri Nasional.

Raihan Iskandar

Ketua Bidang Hubungan Keumatan DPN Gelora Indonesia

1 Tahun Gelora: Tantangan Integrasi Narasi dan Aksi

Untuk menjadi besar, masalah terbesar GELORA adalah persoalan dalam diri. Pertama soal mengartikulasi ide menjadi tindakan. Wajar ketika organisasi berdiri maka perekatnya adalah prinsip, idiologi dan narasi. Namun, terlalu lama menterjemahkannya menjadi aksi akan membuat organisasi jadi terlihat sedang bermimpi. Kedua soal hambatan untuk tumbuh karena hubungan antara ‘present capacity & future capabilities’ dengan gangguan historis. Tidak perlu dijelaskan bahwa sebagian penggerak GELORA adalah organisatoris dan aktivis yang terusir dari sebuah partai. Seringkali cara berpikir dan bersikapnya tampak seperti sekumpulan prajurit terluka yang membawa beban dendam. Begitu dalam luka itu dan begitu kuat bayang-bayang masa lalu sehingga ada kekhawatiran mengalihkan fokus, mimpi besar yang sedang dituju.

Di lingkungan global yang makin terakselerasi dan tanpa batas, organisasi seperti ormas dan parpol menemui persoalan yang makin kompleks. Di barat banyak contoh gagal. Godaan yang muncul kemudian adalah kembali ke nostalgi pemikiran dan gerakan masa lalu (contoh: gerakan ‘millenial sosialis’ atau fundamentalisme Islam yang marak) atau sebuah tawaran baru yang segar dan terbuka. Menurut Thomas L. Friedman di bukunya “Thank You for Being Late’, pada bagian “Mother Nature as Political Mentor’ ada tiga persoalan yang harus diatasi organisasi massa (dan politik) kini. Pertama adalah entry barrier bagi generasi baru yang makin tipis untuk bergabung dalam gerakan. Generasi baru ini masuk ke mid-class economy dalam keadaan lebih mudah. Mereka, karena banyak sebab misalnya ketersediaan lapangan kerja & peluang membuka usaha yang lebih baik, tidak perlu bekerja sekeras generasi sebelumnya untuk menikmati hasil yang sama. Generasi ini disebut ‘malas manja’, sebuah ‘kaum rebahan’.

Yang kedua adalah kesiapan organisasi menerima pluralisme. Di barat persoalannya adalah gelombang imigran dan pengungsi. Di negara seperti Indonesia persoalannya adalah latar belakang ras, agama dan kebudayaan yang makin tak terlacak. Terlalu banyak ‘global citizen’ di angkatan muda saat ini dengan ragam pemikiran. Apakah mereka bisa mendapatkan tempat? Ketiga adalah level ekonomi antara daerah rural dan urban menjadi dekat jaraknya. Desa pun berkurang dan bergerak menjadi kota. Apa tawaran organisasi untuk mengubah struktur ekonomi dan budaya untuk memperbaiki nasib masyarakatnya? Untuk diketahui, dianggap akseleratif dan konstruktif, En ‘Marche dipilih di Perancis karena membawa harapan baru dan menjawab 3 persoalan diatas.

Setelah deklarasi gegap gempita GELORA di sebagian besar provinsi, pengurusnya harus membalik perhatian. Menemukenali ‘pain points’ dan segera memberikan obat penawar untuk arah baru negerinya. Dengan kombinasi sumber daya ‘para senior yang berpengalaman’ dan ‘anak muda yang bertenaga’ mestinya kerja besar segera bisa dimulai. Tapi anak muda punya persoalannya sendiri. Dan Wagner berusia 24 tahun ketika memimpin kampanye nasional Barack Obama “Get Out The Vote”. Pada periode Obama kedua, Wagner di usia 28 tahun menjadi kepala bidang analisis data. Dia bilang, “I think the US is very special in culture of appreciation for merit and the best idea. The serious problem is the young generation don’t integrate those ideas into what they’re doing.” (The Industries of Future, Alec Ross, 2016). GELORA tidak kehilangan ide dan imajinasi. Persoalan GELORA adalah menterjemahkan “Menjadi 5 besar dunia” menjadi kerja-kerja.

Endy Kurniawan
Wasekjen Bidang Inovasi Budaya & Hubungan Lembaga

Anis Matta: Pesantren Harus Beradaptasi dengan Kemajuan Teknologi Digital Tanpa Hilangkan Nilai-nilai Keunggulannya

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengunjungi Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam, Gombara, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (4/9/2020).

Pondok pesantren ini adalah tempat dahulu Anis Matta menimba ilmu agama enam tahun dan menjadi alumni pada 1986.

Sehingga Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam, Gombara ini, tak asing bagi Anis Matta.

Ketika undangan silaturahmi alumni pesantren tersebut, maka Anis Matta meluangkan waktu untuk hadir.

Kehadirannya dalam silaturahmi ini juga menjadi kerinduan tersendiri kepada teman-teman satu angkatan dan para guru-gurunya.

Bahkan kata Anis Matta, setiap kali ke Makassar, ia selalu menyempatkan diri datang ke Gombara untuk bertemu guru-gurunya.

“Peran para guru itu lebih banyak membangun motivasi atau sebagai motivator, ketimbang sekadar mengajar materi pelajaran,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Minggu (6/9/2020).

“Tempat ini dulu terpencil dan sepi. Kita belajar di bawah pohon, tapi kami selalu tersambung dengan cita-cita besar, karena guru kami dulu semuanya motivator,” lanjut Anis Matta mengurai kenangannya.

Karena itu, Anis Matta selalu mengingat jasa-jasa gurunya tersebut, yang telah menjadikannya sebagai seorang motivator, menjadikan Indonesia kekuatan lima besar dunia.

Ia pun sangat berkesan terhadap foto KH Abdul Jabbar Ashiri, saat berkesempatan berkeliling melihat foto-foto kenangan di pesantren itu. KH Abdul Jabbar Ashiri merupakan guru Anis Matta saat mondok.

“Beliau guru saya. Saya selalu berdoa untuk beliau (KH. Abdul Jabbar Ashiri, red) yang telah mendedikasikan diri dalam membangun pesantren ini,” katanya.

Namun, menurut Anis Matta, membangun pesantren dahulu dengan sekarang dan kedepan memiliki perbedaan signifikan.

“Tantangan besar yang akan dihadapi dunia pesantren ke depan dalam menghadapi kemajuan teknologi digital. Semua orang bisa mengakses ilmu pengetahuan secara mandiri,” katanya.

Anis Matta berharap dunia pesantren harus bisa segera beradaptasi tanpa menghilangkan nilai-nilai keunggulan pesantren dalam membentuk generasi Islam unggul, berdaya saing dan berakhlak mulia.

“Dalam situasi kemudahan akses pengetahuan di era digital ini, maka peran guru seharusnya lebih kuat sebagai motivator atau mengajari murid bagaimana belajar,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Matta juga mengunjungi pesantren lainnya tempat dia menimba ilmu agama di Makassar, yakni Pesantren Darul Aman.

Anis Mattà bertemu dengan KH Abdul Djalil Thahir, salah seorang gurunya yang masih hidup hingga saat ini yang juga merupakan salah satu pendiri pesantren tersebut.

Abdul Djalil Thahir dikenal sebagai yang berpengaruh terhadap pembentukan hati dan jiwa Anis Matta.

“Saya sudah melihat jiwa pemimpin anak ini (Anis Matta red), bukan hanya cerdas tapì juga pemberani dia. Dia pernah pimpin temannya demo saya,” tawa KH Abdul Djalil Thahir sambil mengenang saat menjadi guru Anis Matta.

Anis Matta Dorong Perguruan Tinggi Jadikan Politik sebagai Industri Pemikiran

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melakukan safari politiknya di Kota Makassar usai menghadiri deklarasi pasangan Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Masse (Danny-Fatma) di atas Kapal Phinisi di Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/9/2020).

Pada Jumat (4/9/2020), Anis Matta bertemu dua rektor perguruan tinggi terkenal di Kota Makassar, yakni Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Husain Syam dan Rektor Universitas Muhamamdiyah (Unismuh) Makassar Prof Ambo Asse,

Saat bertemu Rektor UNM Prof Husain Syam, Anis Matta berbicara mengenai perlunya Ilmuan dan akademisi terlibat dalam membangun sistem perpolitikan di Indonesia.

“Umumnya kita bicara politik itu ,pada proses dan pencapaiannya. Namun kita minim bicara pada produk politiknya, sehingga kita kadang kelihatan bingung setelah berkuasa,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (5/9/2020).

Padahal menurut Anis, keduanya harus menjadi satu kesatuan desain perpolitikan di Indonesia. Oleh karena itu, Partai Gelora berpandangan untuk memperkuat pendidikan politik di Indonesia, harus menjadikan universitas sebagai mitra pemikiran strategis terhadap kebijakan pemerintah.

Contohnya dalam pandemi Covid-19, para ilmuwan (scientist) di perguruan tinggi saat ini tengah berlomba-lomba untuk menciptakan yang mendukung penanganan virus Corona (Covid-19, maupun vaksinnya yang masih terus dikembangkan dan dilakukan uji coba.

Nah, mestinya kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 itu, berbasis pada science dan perguruan tinggi sebagai mitranya dalam memutus mata rantai penyebaran Corona tidak semakin meluas.

“Adapun gerakan pertama Partai Gelora adalah melakukan revolusi pendidikan dengan menjadikan politik sebagai industri pemikiran, dimana universitas sebagai mitra berpikir,” beber Anis Matta.

Sebab, platform politik saat ini sangat lemah dan hanya menjadi alat kekuasaan, akibatnya berpengaruh pada keseriusan pemerintah menangani Covid-19, terutama menurunkan kurva penyebaran dan kasus Corona agar segera melandai.

“Jika hal ini dibiarkan dan platform politiknya tidak diperkuat, maka sulit bangsa ini mengharap kemajuan masa depan bangsa,” kata Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini.

Menanggapi hal ini, Rektor UNM Prof Husain Syam sependapat dengan Anis Matta. Ia menyampaikan terima kasih atas kesediaan Anis Matta berbagi pemikiran di UNM. “Kami siap diajak jadi teman berpikir,” kata Prof Husain.

Sementara saat bertemu, Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse, Anis Matta memberikan apresiasi langkah Unismuh Makassar, karena telah menjalin kerjasama bidang pengembangan teknologi pertanian dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar.

“Ini langkah maju bagi Unismuh Makassar yang telah melakukan shifting (bergeser) ke dalam dunia teknologi dengan cara kolaborasi atau kemitraan dengan Pemda Takalar,” puji Anis Matta.

Kepada Anis Matta, Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse menyatakan silaturrahim dengan tokoh nasional atau politik terkait kebangsaan.

“Iini silaturrahim yang penting terutama berbicara terkait dengan bangsa kita, tema kebangsaan. Pak Anis Matta, ini salah satu tokoh Muhammadiyah kategori tokoh umat dan tokoh bangsa,”kata Prof Ambo Asse.

Di atas Kapal Phinisi, Anis Matta: ADAMA Bisa Kembalikan Kejayaan Makasar sebagai Kota Internasional

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta, hadir dalam deklarasi pasangan Moh Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi Massae (Danny-Fatma) di atas Kapal Phinisi di Pantai Losari, Jalan Penghibur, Makasar , Kamis (3/9/2020).

Diiringi 200 perahu nelayan, pasangan calon Walikota Makasar dengan tagline ‘ADAMA’ menggelar deklarasi di atas laut dengan menggunakan Kapal Phinisi , kapal tradisional Suku Bugis yang telah melegenda di seluruh dunia.

Deklarasi ini juga dihadiri pimpinan Partai Nasdem, Partai Gerindra dan Partai Bulan Bintang yang mendukung pasangan tersebut.

Pada kesempatan itu, Anis Matta menyampaikan orasi politiknya. Dia bercerita tentang sejarah mengapa partai besutannya memilih mendukung pasangan yang dikenal dengan jargon ADAMA tersebut.

Menurut Anis Matta, jejak Danny Pomanto di Kota Makasar sudah telanjur kuat dan melekat. Berkat sejumlah gagasan dan inovasi yang diciptakannya saat memimpin Makasar periode sebelumnya.

“Salah satu masalah kita di Makasar adalah susah sekali menghapus nama Danny. Jejaknya sudah terlalu kuat,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Jumat (4/9/2020)

Dengan menggandeng Fatmawati Rusdi, kata Anis Matta, membuat pasangan ini makin ideal. Sebab, istri dari Ketua DPW NasDem Sulsel, Rusdi Masse, itu sudah teruji di level nasional.

“Alasan kami mendukung mereka berdua adalah untuk mewujudkan harapan kita melanjutkan perjuangan menjadikan Kota Makasar sebagai kota internasional yang berwibawa. Hal ini demi menjaga nama baik dan kejayaan Indonesia kedepannya,” beber Anis Matta.

Tak hanya itu, Makasar dengan jumlah lebih dari 1 juta penduduk diharapkan dibawa kepemimpinan Danny-Fatma, jika terpilih nantinya mampu mendongkrak perekonomian di Makasar .

Di ujung pidatonya, Anis menganalogikan filosofi konsep deklarasi di Kapal Phinisi mengarungi laut Kota Makasar

Menurutnya, hanya pasangan Danny-Fatma yang memiliki peluang besar untuk mewujudkan harapan tersebut.

“Kita dukung ADAMA karena mereka pasangan terbaik yang bisa mewujudkan cita-cita itu. Apalagi deklarasinya ini juga cukup menarik sebab digelar di atas Kapal Phinisi yang dekat dengan makna gelombang. Makanya Partai Gelombang Rakyat atau Gelora Indonesia mendukung Danny-Fatma,” tegas Anis Matta.

Sementara itu, Danny Pomanto menegaskan, bahwa dirinya maju dalam kontestasi pilkada melawan tiga pasangan calon lainnya di Pilkada Kota Makassar . Yakni pasangan Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando, Syamsu Rizal-Fadli Ananda, serta Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun .

“Pilkada ini untuk memajukan Makasar . bukan menceraiberaikan masyarakat Makasar . Ini adalah Pilkada, bukan pemilihan Raja Hoax dan Raja Begal,” kata Danny

Seperti diketahui, Kota Makasar sempat menggelar Pilkada pada 2018 lalu, namun dimenangkan oleh kotak kosong , pasangan Mohammad Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari dinyatakan gugur.

Ketika itu pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rahmatika Dewi kalah dari kotak kosong. karena calon tunggal kalah, maka ditunjuk penjabat yang menjalankan pemerintahan di daerah tersebut, sampai digelar lagi Pilkada 2020 pada 9 Desember 2020.

Pada Pilkada 2020 ini, Mohammad Ramdhan Pomanto tidak lagi menggandeng Indira Mulyasari sebagai pasangannya, namun berpasangan Fatmawati Rusdi Masse, istri Ketua DPW Partai Nasdem Makasar Rudi Masse.

Perempuan di Partai Gelora tak Sekedar Jadi ‘Lipstik atau Vote Getter’ Saja

JAKARTA- Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menetapkan lima perempuan sebagai Ketua Bidang Dewan Pimpinan Nasional (DPN). Mereka adalah Ketua Bidang Perempuan Ratih Sanggarwati, Ketua Bidang Jaringan dan Kerjasama Lembaga Ratu Ratna Damayani, Ketua Bidang Pengembangan UMKM dan Ekonomi Keluarga Srie Wulandarie, Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat Styandari Hakim, serta Ketua Bidang Olahraga, Hobbi dan Gaya Hidup Kumalasari Kartini.

“Partai Gelora ini partai yang suka bikin surprises. Tapi kejutan yang diberikan adalah super positif, menyegarkan dan memperbarui dinamika politik di tanah air,” kata Ketua Bidang Jaringan dan Kerjasama Lembaga Ratu Ratna Damayani yang lebih akrab dipanggil Mia dalam keterangannya, Kamis (3/9/2020).

Menurut Mia, Partai Gelora mendudukkan perempuan sebagai sosok yang potensial dan kuat secara politik, bukan sekedar lipstik. Kehadiran lima perempuan sebagai pengurus inti di pusat, tentu saja hal itu yang membedakan Partai Gelora dengan partai lain, dimana perempuan tidak hanya dijadikan sebagai vote getter (pengumpul suara) saja.

“Saya sendiri merasakan, bahwa Partai Gelora memberikan respek dan pengakuan bahwa perempuan tidak hanya dijadikan vote getter saja, tapi juga kemampuannya. Tinggal kami sebagai perempuan yang membuktikan ekspektasinya dalam bentuk kerja nyata,” kata istri Hersubeno Arif yang juga seorang pengusaha ini .

Mia menegaskan, sebenarnya tidak mudah bagi partai politik untuk merekrut perempuan menjadi pekerja partai, karena kiprah perempuan di politik masih dipandang sebelah mata.

“Kehadiran lima perempuan ini dapat membangun kesadaran bahwa perempuan untuk tidak ragu menjadi politisi. Menjadi politisi perempuan bisa ikut mempengaruhi hawa politik jadi lebih penuh empati dan penuh makna,” tandasnya.

Sementara Ketua Bidang Pengembangan UMKM dan Ekonomi Keluarga Srie Wulandarie mengatakan, dengan terpilihnya perempuan sebagai kepala bidang menandakan bahwa Partai Gelora percaya perempuan menjalankan amanahnya dengan baik.

“Perempuan itu paling tangguh dan jadi penopang ekonomi keluarga. Perempuan yang paling kuat dan terdepan, serta menandakan partai percaya bahwa perempuan menjalaninya dengan baik,” kata Wulan.

Sehingga tidak mengherankan apabila perempuan banyak yang berkiprah pada sektor UMKM, karena sebagai penopang ekonomi keluarga.

“UMKM yang dikelola perempuan itu datanya mencapai 64,5 persen atau 37 juta dari total UMKM di Indonesia dengan pendapatan perempuan 36,7 persen,” kata Ketua PEPES ini.

Wulan menegaskan, UMKM saat ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, yakni sekitar 60,34 persen. Sedangkan kontribusi UMKM yang dikelola perempuan terhadap PDB mencapai 9,1 persen.

“Karena itu, Gelora akan menjadikan UMKM yang berdaya saing dan mandiri, terkonsolidasi dengan sistem ekonomi nasional, sehingga dapat menopang kedaulatan ekonomi Indonesia,” pungkasnya.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X