Anis Matta : Krisis Berlarut tersebab Pandemi Belum Berakhir

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Muhammad Anis Matta mengingatkan, kemungkinan krisis berlarut akibat penyebaran penyakit yang menimpa dunia dan Indonesia saat ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Anis Matta mengungkapkan, usai pandemi Covid-19 berakhir, bakal ada virus lain yang lebih ganas menyebar pada 2023 dan 2026. Akibatnya, pandemi virus ini akan semakin mempengaruhi kekacauan global.

“Ada satu dokumen yang saya baca, yang mengatakan bahwa kemungkinan 2023 dan 2026 ada lagi virus lain,” ungkap Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (22/8/2020).

Hal itu disampaikan Anis Matta saat berkunjung ke Redaksi Tribunnews.com pada Kamis (20/8/2020) lalu. Dalam kunjungan itu, Anis Matta diterima oleh Board of Editor Tribunnews.com, Febby Mahendra Putra.

Karena itu, Anis Matta menilai tidak ada definisi akhir dari krisis yang diakibatkan oleh penyebaran virus. Sebab, definisi virus sama dengan isu teroris yang hingga saat ini masih ada dan tidak ada akhirnya.

“Jadi ini satu jenis krisis yang tidak ada definisi akhirnya. Maksudnya tidak ada satu situasi nanti berakhirnya begini. Sejak 2001 misalnya Anda mendengar isu teroris, selesai tidak isu itu? tidak,” katanya.

Menurutnya, ada faktor yang membuat situasi lebih berat daripada hari ini, yaitu menurunnya sistem global.

“Karena pada dasarnya virus itu berhubungan dengan kehidupan kota, di mana manusia terkonsentrasi dalam jumlah besar. Makanannya berupa hewan ini didekatkan kepada dia, potensi itu pasti terjadi,” lanjutnya.

Kedua climate change, perubahan iklim. Dia mengungkapkan sesuai ramalan WHO, mungkin ada krisis pangan dalam dua tahun ke depan.

Dia mengatakan sebagian besar dari musibah-musibah yang saat ini dihadapi faktornya adalah perubahan iklim, terlepas perdebatan perubahan iklim teori konspirasi atau tidak.

“Faktanya, jumlah bencana alam lebih banyak, banjir lebih banyak, tsunami lebih sering, kekeringan, kebakaran hutan dan seterusnya. Misalnya terjadi kebakaran luar biasa di Australia kemarin . Artinya jumlah ini lebih banyak dan mendisrupsi secara ekonomi, sosial, dan secara politik,” ucapnya.

Ketiga konflik geopolitik, terutama konflik Amerika-China. Anis Matta mengatakan konflik kedua negara tersebut memiliki dampak multidimensi.

Ia menyebutnya dengan istilah perang supremacy. Jadi satu bangsa ini muncul menyebabkan kematian yang lain, incumbent ini harus bertahan. Caranya dia harus menghabisi penantang ini.

“Sekarang mana yang kalah incumbent atau penantang, kita tidak tahu. Tapi sampai kapan berakhirnya kita tidak tahu. Tapi mereka berperang menggunakan semua sarana, perang dagang, teknologi, hingga budaya,” ujarnya.

Keempat, faktor teknologi. Anis Matta mengatakan saat ini semua dipaksa berhijrah ke sistem digital, dan hal itu telah dilakukan Partai Gelora dengan sukses menyelenggarakan ‘Gelora Digifest 2020’ dan ‘Gelora Kemerdekaan 2020’, serta event-event lainnya beberapa waktu lalu.

Namun, soal hijrah ke sistem digital ini ternyata banyak instansi pemerintahan yang tidak siap dengan digitalisasi, karena tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai.

“Ketika kita hijrah ke situ korbannya berapa banyak. Jadi keempat faktor ini adalah faktor disrupsi, yang sekarang ini terjadi sekaligus. Krisis ini bersifat sistemik, multidimensi, dan berlarut, lama waktunya,” kata Anis Matta.

Lebih lanjut, Anis Matta yang dikenal sebagai pakar geopolitik internasional ini mengatakan, dalam satu analisa sistem global, dikatakan setiap 80 hingga 100 tahun ada perubahan dalam sistem global , sementara saat ini sistem tersebut usianya sudah mencapai 75 tahun.

“Misalnya abad ke-16 itu abadnya Portugis, abad ke-17 yang dominan Belanda, Abad ke-18 dan ke-19 itu yang dominan Inggris, abad ke-20 itu Amerika. Sekarang dominasi ini akan bertahan atau tidak, kita tidak tahu. Pandemi akan mempercepat perubahan tersebut,” pungkasnya.

Gelora Serahkan SK Dukungan ke Benyamin Davnie untuk Pilkada Tangsel

, , , , ,

JAKARTA – Partai Gelora Indonesia mengeluarkan dan menyerahkan Surat Keputusan (SK) kepada pasangan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan untuk Pilkada Tangsel 2020. SK itu ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta.

Penandatanganan SK yang disaksikan langsung oleh Waketum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah, dan Sekjen Mahfudz Shidiq, menjadi SK dukungan pertama Partai Gelora Indonesia dalam kancah pertarungan Pilkada 2020.

“Ini adalah SK dukungan pertama yang kami keluarkan. Insya Allah wilayah lain akan menyusul,” kata Anis Matta dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/8/2020).

Penandatangan SK perdana ini diharapkan menjadi pertanda baik, sebab dikeluarkan bertepatan dengan Tahun Baru Islam. “Mudah-mudahan penandatanganan SK ini menjadi awal yang baik,” Anis Matta.

Selanjutnya, mengenai teknis dan strategi pemenangan akan diserahkan kepada DPD Partai Gelora Indonesia Kota Tangsel berkoordinasi dengan DPW Propinsi Banten dan Bapilu Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora Indonesia.

Ketua DPD Partai Gelora Indonesia Kota Tangerang Selatan, Fikri Hamadi, menambahkan Partai Gelora Tangsel akan memaksimalkan kerja-kerja pemenangan untuk Benyamin-Pilar.

“Semoga di hari yang baik ini (Tahun Baru Hijriah) menjadi langkah awal dan petanda baik untuk kemenangan Benyamin-Pilar,” cetusnya.

Sekretaris DPD Partai Gelora Indonesia Kota Tangerang Selatan, Subkhan AS, mengaku keputusan pemberian dukungan kepada Benyamin-Pilar bukanlah hal yang serta merta. Dia mengatakan pasangan tersebut memiliki rencana kerja yang sesuai dengan kebutuhan Tangsel

“Kami sebelumnya telah melakukan komunikasi politik dengan semua calon di Tangsel. Namun, berdasarkan hasil kajian internal Gelora Tangsel, Benyamin-Pilar memiliki platform program rencana kerja yang sesuai dengan kebutuhan kota Tangsel terutama ditengah kondisi pamdemi COVID-19,” ungkapnya.

Sementara itu, Benyamin Davnie mengapresiasi keputusan Partai Gelora Indonesia mendukung pencalonannya di Pilkada Tangsel. Dia mengatakan dukungan ini merupakan amanah yang harus dijawab dengan kembali meneruskan perjuangan di Tangsel.

“Saya berterima kasih atas kepercayaan Partai Gelora. Ini amanah yang harus saya jawab dengan terus melanjutkan keberhasilan di Tangerang Selatan,” tutur Benyamin dalam keterangannya.

Link terkait:

https://news.detik.com/berita/d-5141029/gelora-serahkan-sk-dukungan-ke-benyamin-davnie-untuk-pilkada-tangsel

Sumber: Detikcom

Orasi Kebangsaan Anis Matta: Ada Lima Fitur sebagai Indikator dalam Mencetak Pemimpin Berkualitas

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta berbicara mengenai lima modal utama atau komponen mendasar pemimpin Indonesia di masa mendatang.

Anis Matta menjabarkan lima fitur komponen dasar itu, saat menyampaikan Orasi Kebangsaan bertajuk ‘Fitur Pemimpin Peradapan’ usai melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) Partai Gelora pada Senin (17/8/2020) malam.

“API untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan, dari setiap krisis setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif. Kita ingin arah baru untuk bisa membawa Indonesia jadi kekuatan kelima dunia untuk bisa melahirkan pemimpin yang besar, untuk bisa membawa narasi besar, itulah misi utama API ini,” ujar Anis Matta saat membuka orasi kebangsaannya.

Adapun fitur atau komponen dasar pertama untuk melahirkan pemimpin baru adalah yang memiliki kesadaran mendalam oleh krisis, menurut Anis Matta penting sekali jika pemimpin memiliki kesadaran mendalam akan krisis. fitur kedua adalah memiliki semangat kepahlawanan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.

“Fitur kedua, pemimpin ini memiliki apa yang disebut semangat kepahlawanan nubuwwah, semangat kepahlawanaan profetik, dia memiliki apa yang kita sebut sebagai profetik heroism, jadi dia merasa memiliki tanggung jawab pribadi atas masalah bangsanya, bahwa krisis ini secara pribadi panggilan dirinya, dan panggilan inilah yang dia jawab. Jadi ciri yang menandai para pahlawan yang memiliki semangat nubuwwah itu yaitu semangat pertangungajawaban baik kepada Allah, manusia, dan sejarah yaitu kepada generasi yang akan datang kemudian,” kata Anis Matta.

Fitur ketiga yakni pemimpin yang membicarakan solusi bukan membicarakan masalah. Pemimpin yang memiliki agama sebagai pegangan dan memiliki pengetahuan untuk mengaplikasikan cara bekerja. Dia juga menilai pemimpin itu harus bisa menggabungkan antara elemen agama dan pengetahuan.

“Dalam makna itu, kita ketemu dengan persoalan utama, bahwa dalam krisis besar manusia dibutuhkan agama sebagai pegangan, dan pengetahuan sebagai cara kerja. Memadukan agama dan pengetahuan adalah narasi besar sepanjang peradaban,” katanya.

“Di samping agama, adalah pengetahuan karena itu pengetahuan menjadi sumber pemberdayaan, pengetahuan kekuatan, jadi kalau kita ingin buat suatu kapasitas suatu bangsa, kita harus buat mereka berpengetahuan. Memadukan agama dan pengetahuan adalah asas kita masuk dalam komponen narasi sangat penting, yaitu masyarakat lebih dulu daripada negara,” ucapnya.

Menurut Anis Matta, sangat penting apabila seorang pemimpin meletakkan rakyat menjadi nomor satu atas segalanya. Dia menyebut suatu negara akan maju apabila masyarakat diutamakan, dia pun mengambil contoh negara yang dulunya Uni Soviet dan saat ini bubar karena menomorduakan rakyat.

“Dalam narasi dan peta jalan menggabungkan agama dan pengetahuan ini, kita harus meletakkan masyarakat sebagai prioritas utama kita, karena itu sumber utama kekuatan negara itu masyarakat kuat kalau tujuan hidup jelas, dan sumber keberdayaannya yaitu pengetahuan itu ada,” jelasnya.

“Nah 3 komponen dasar dalam narasi agama, pengetahuan, dan masyarakat ini yang jadi komponen dasar peta jalan yang kita lalui. Kalau kita bicara Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia, inilah ketiga komponen dasarnya, yaitu mendahulukan komponen masyarakat, dengan komponen agama dan pengetahuan sebagai sumber keberdayaannya, barulah kita melangkah ke yang lainnya, barulah kita masukan standar umum negara-negara sebagai negara kuat, yaitu militer, teknologi dan seterusnya, itu semua output dari komponen utama yang lahirkan semuanya,” sambungnya.

Lebih lanjut, adapun fitur keempat adalah seorang pemimpin yang akan dilahirkan Gelora adalah pemimpin yang juga sebagai pemersatu bangsa dalam hal apapun. Dan kelima adalah fitur efektifitas, yakni pemimpin yang mampu merealisasikan kerjanya menjadi nyata dan bukan hanya wacana.

“Yang saya maksud efektifitas itu adalah bahwa para pemimpin yang ingin kita lahirkan bukan hanya mengerti apa yang dia mau, bukan hanya mengerti bicara narasi yang dia bawa, tapi juga buat narasi itu bekerja dalam kehidupan yang real, bagaimana rencana itu tereksekusi dengan baik dalam kenyataan. Jadi di luar punya rasa tanggung jawab dan pengetahuan luas, mereka juga mampu merealisasikan mimpi itu, mereka adalah pemimpin yang efektif,” tutur dia.

Dia pun yakin jika lima fitur ini dimiliki seseorang maka Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik lagi. Dia menyebut lima fitur itu akan digunakan sebagai indikator Gelora dalam mencetak pemimpin berkualitas.

“Wadah ini, partai ini, menjadi organisasi melahirkan bakat-bakat terbaik untuk memimpin Indonesia dan bangsa yang akan datang,” pungkas Anis Matta. ***

Launching API, Partai Gelora Siap Lahirkan Pemimpin dalam Jumlah Besar, Dukung Indonesia Jadi Kekuatan Kelima Dunia

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) dalam rangka memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

API bertujuan untuk melahirkan pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa arah Indonesia menjadi lebih baik dan mewarisi fitur para pendiri bangsa (founding father).

Launching dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Muhammad Anis Matta, didampingi Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik dan Bendahara Umum Achmad Rilyadi, Senin (17/8/2020) malam.

“Lembaga ini akan memberikan pembinaan dan pengembangan fungsionaris Partai Gelora, untuk tahap awal. Nantinya, akan melakukan pelatihan ke seluruh wilayah,” kata Anis Matta

Tahap pertama, API memberikan Orientasi Kepemimpinan kepada 250 peserta terdiri dari pendiri, pengurus DPN, DPW, Majelis Pertimbangan Nasional dan Mahkamah Partai.

Peserta yang lulus kemudian memperoleh e-Sertifikan sebagai pertanda mengikuti API GELORA angkatan pertama, yang diadakan pada Jumat-Minggu, 14-16 Agustus 2020.

Dalam kesempatan itu, Anis Matta menyatakan dalam setiap krisis besar, ada tiga hal yang diperlukan.

Pertama adalah peta jalan, kedua adalah pemimpin, ketiga adalah determinasi kolektif.

“Apa yang kita lakukan dalam empat hari ini adalah melaunching suatu lembaga di Partai Gelora yaitu Akademi Pemimpin Indonesia untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan dalam setiap krisis, setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif,” kata Anis Matta.

Anis Matta menyatakan API dibentuk untuk melahirkan pemimpin dalam jumlah yang besar, untuk mendukung Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia.

Dia menyatakan narasi besar tersebut yang akan diwujudkan Partai Besar melalui API, selain narasi dalam arah baru Indonesia.

“Kita sudah mendiskusikan tahun-tahun sebelumnya tentang narasi yang kita perkenalkan di Partai Gelora ini, narasi yang menjadi alasan Partai Gelora hadir yaitu bahwa kita sudah menjadi gelombang ketiga Indonesia di dalam sejarah. Oleh karena itu kita memerlukan arah baru yaitu menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” katanya.

“Dan untuk itu kita membutuhkan pemimpin dalam jumlah yang besar untuk bisa membawa narasi besar itu. Itulah yang menjadi misi utama dari Akademi Pemimpin Indonesia,” imbuhnya.

Di sisi lain, Anis Matta menyinggung soal krisis kepemimpinan yang bisa menjadi penghancur suatu bangsa.

Anis menyebut HUT ke-75 RI merupakan momentum untuk melakukan peremajaan kepemimpinan secara sistematis.

“Perayaan ulang tahun kali ini penuh dengan kegembiraan karena yang kita rayakan pada dasarnya adalah tekad kita untuk membawa Indonesia keluar dari krisis ini, keluar dari krisis berlarut dan melakukan lompatan besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima dunia,” pungkas Anis Matta. ***

Launching API, Partai Gelora Siap Lahirkan Pemimpin Dukung Indonesia Jadi Kekuatan Kelima Dunia

, , , , , , ,

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) dalam rangka memperingati HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

API bertujuan untuk melahirkan pemimpin baru yang diharapkan mampu membawa arah Indonesia menjadi lebih baik dan mewarisi fitur para pendiri bangsa (founding father).

Launching dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Muhammad Anis Matta, didampingi Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik dan Bendahara Umum Achmad Rilyadi, Senin (17/8/2020) malam.

“Lembaga ini akan memberikan pembinaan dan pengembangan fungsionaris Partai Gelora, untuk tahap awal. Nantinya, akan melakukan pelatihan ke seluruh wilayah,” kata Anis Matta

Tahap pertama, API memberikan Orientasi Kepemimpinan kepada 250 peserta terdiri dari pendiri, pengurus DPN, DPW, Majelis Pertimbangan Nasional dan Mahkamah Partai.

Peserta yang lulus kemudian memperoleh e-Sertifikat sebagai pertanda mengikuti API GELORA angkatan pertama, yang diadakan pada Jumat-Minggu, 14-16 Agustus 2020.

Dalam kesempatan itu, Anis Matta menyatakan dalam setiap krisis besar, ada tiga hal yang diperlukan.

Pertama adalah peta jalan, kedua adalah pemimpin, ketiga adalah determinasi kolektif.

“Apa yang kita lakukan dalam empat hari ini adalah melaunching suatu lembaga di Partai Gelora yaitu Akademi Pemimpin Indonesia untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan dalam setiap krisis, setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif,” kata Anis Matta.

Anis Matta menyatakan API dibentuk untuk melahirkan pemimpin dalam jumlah yang besar, untuk mendukung Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia.

Dia menyatakan narasi besar tersebut yang akan diwujudkan Partai Besar melalui API, selain narasi dalam arah baru Indonesia.

“Kita sudah mendiskusikan tahun-tahun sebelumnya tentang narasi yang kita perkenalkan di Partai Gelora ini, narasi yang menjadi alasan Partai Gelora hadir yaitu bahwa kita sudah menjadi gelombang ketiga Indonesia di dalam sejarah. Oleh karena itu kita memerlukan arah baru yaitu menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia,” katanya.

“Dan untuk itu kita membutuhkan pemimpin dalam jumlah yang besar untuk bisa membawa narasi besar itu. Itulah yang menjadi misi utama dari Akademi Pemimpin Indonesia,” imbuhnya.

Di sisi lain, Anis Matta menyinggung soal krisis kepemimpinan yang bisa menjadi penghancur suatu bangsa.

Anis menyebut HUT ke-75 RI merupakan momentum untuk melakukan peremajaan kepemimpinan secara sistematis.

“Perayaan ulang tahun kali ini penuh dengan kegembiraan karena yang kita rayakan pada dasarnya adalah tekad kita untuk membawa Indonesia keluar dari krisis ini, keluar dari krisis berlarut dan melakukan lompatan besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan lima dunia,” pungkas Anis Matta.

Link terkait:

https://www.tribunnews.com/nasional/2020/08/18/launching-api-partai-gelora-siap-lahirkan-pemimpin-dukung-indonesia-jadi-kekuatan-kelima-dunia

Sumber: Tribunnews

Anis Matta Berbicara Lima Modal Utama Pemimpin Indonesia di Masa Datang

, , , , ,

JAKARTA – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta berbicara mengenai lima modal utama atau komponen mendasar pemimpin Indonesia di masa datang. Dia menjabarkan lima fitur komponen dasar itu, saat menyampaikan Orasi Kebangsaan bertajuk ‘Fitur Pemimpin Peradapan’ usai melaunching Akademi Pemimpin Indonesia (API) Partai Gelora.

“API untuk memberikan solusi kedua dari yang kita perlukan, dari setiap krisis setelah peta jalan pemimpin dan determinasi kolektif. Kita ingin arah baru untuk bisa membawa Indonesia jadi kekuatan kelima dunia untuk bisa melahirkan pemimpin yang besar, untuk bisa membawa narasi besar, itulah misi utama API ini,” ujar Anis Matta, saat membuka orasi kebangsaannya.

Adapun fitur atau komponen dasar pertama untuk melahirkan pemimpin baru adalah yang memiliki kesadaran mendalam oleh krisis, menurut Anis Matta penting sekali jika pemimpin memiliki kesadaran mendalam akan krisis. fitur kedua adalah memiliki semangat kepahlawanan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi.

“Fitur kedua, pemimpin ini memiliki apa yang disebut semangat kepahlawanan nubuwwah, semangat kepahlawanaan profetik, dia memiliki apa yang kita sebut sebagai profetik heroism, jadi dia merasa memiliki tanggung jawab pribadi atas masalah bangsanya, bahwa krisis ini secara pribadi panggilan dirinya, dan panggilan inilah yang dia jawab. Jadi ciri yang menandai para pahlawan yang memiliki semangat nubuwwah itu yaitu semangat pertangungajawaban baik kepada Allah, manusia, dan sejarah yaitu kepada generasi yang akan datang kemudian,” kata Anis Matta.

Fitur ketiga yakni pemimpin yang membicarakan solusi bukan membicarakan masalah. Pemimpin yang memiliki agama sebagai pegangan dan memiliki pengetahuan untuk mengaplikasikan cara bekerja. Dia juga menilai pemimpin itu harus bisa menggabungkan antara elemen agama dan pengetahuan.

“Dalam makna itu, kita ketemu dengan persoalan utama, bahwa dalam krisis besar manusia dibutuhkan agama sebagai pegangan, dan pengetahuan sebagai cara kerja. Memadukan agama dan pengetahuan adalah narasi besar sepanjang peradaban,” katanya.

“Di samping agama, adalah pengetahuan karena itu pengetahuan menjadi sumber pemberdayaan, pengetahuan kekuatan, jadi kalau kita ingin buat suatu kapasitas suatu bangsa, kita harus buat mereka berpengetahuan. Memadukan agama dan pengetahuan adalah asas kita masuk dalam komponen narasi sangat penting, yaitu masyarakat lebih dulu daripada negara,” ucapnya.

Menurut Anis Matta, sangat penting apabila seorang pemimpin meletakkan rakyat menjadi nomor satu atas segalanya. Dia menyebut suatu negara akan maju apabila masyarakat diutamakan, dia pun mengambil contoh negara yang dulunya Uni Soviet dan saat ini bubar karena menomorduakan rakyat.

“Dalam narasi dan peta jalan menggabungkan agama dan pengetahuan ini, kita harus meletakkan masyarakat sebagai prioritas utama kita, karena itu sumber utama kekuatan negara itu masyarakat kuat kalau tujuan hidup jelas, dan sumber keberdayaannya yaitu pengetahuan itu ada,” jelasnya.

“Nah 3 komponen dasar dalam narasi agama, pengetahuan, dan masyarakat ini yang jadi komponen dasar peta jalan yang kita lalui. Kalau kita bicara Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia, inilah ketiga komponen dasarnya, yaitu mendahulukan komponen masyarakat, dengan komponen agama dan pengetahuan sebagai sumber keberdayaannya, barulah kita melangkah ke yang lainnya, barulah kita masukan standar umum negara-negara sebagai negara kuat, yaitu militer, teknologi dan seterusnya, itu semua output dari komponen utama yang lahirkan semuanya,” sambungnya.

Lebih lanjut, adapun fitur keempat adalah seorang pemimpin yang akan dilahirkan Gelora adalah pemimpin yang juga sebagai pemersatu bangsa dalam hal apapun. Dan kelima adalah fitur efektifitas, yakni pemimpin yang mampu merealisasikan kerjanya menjadi nyata dan bukan hanya wacana.

“Yang saya maksud efektifitas itu adalah bahwa para pemimpin yang ingin kita lahirkan bukan hanya mengerti apa yang dia mau, bukan hanya mengerti bicara narasi yang dia bawa, tapi juga buat narasi itu bekerja dalam kehidupan yang real, bagaimana rencana itu tereksekusi dengan baik dalam kenyataan. Jadi di luar punya rasa tanggung jawab dan pengetahuan luas, mereka juga mampu merealisasikan mimpi itu, mereka adalah pemimpin yang efektif,” tutur dia.

Dia pun yakin jika lima fitur ini dimiliki seseorang maka Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik lagi. Dia menyebut lima fitur itu akan digunakan sebagai indikator Gelora dalam mencetak pemimpin berkualitas.

“Wadah ini, partai ini, menjadi organisasi melahirkan bakat-bakat terbaik untuk memimpin Indonesia dan bangsa yang akan datang,” kata Anis Matta.

Link terkait:

https://www.suaramerdeka.com/news/nasional/238189-anis-matta-berbicara-lima-modal-utama-pemimpin-indonesia-di-masa-datang

Sumber: Suara Merdeka

Chusnul Ungkap Cerita Doremon dan Partai yang Banyak Artisnya

, , , , , ,

JAKARTA – Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Chusnul Mariyah meminta para aktivis di partai politik (Parpol) untuk tidak menggunakan cerita ‘Doraemon’ sebagai cara memahami berbagai persoalan bangsa dalam kehidupan sehari-hari .

Sebab, untuk memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan dengan ‘kantong ajaib’, tapi aktivis partai, terutama perempuan yang harus benar-benar berkualiatas dan cerdas, sehingga bisa memahami ketika berbicara mengenai narasi kebangsaan.

Doremon sebagai cerita fiksi dan animasi dari Jepang ini, populer dikalangan anak-anak di Indonesia, dikenal memiliki ‘kantong ajaib’ yang bisa menyelesaikan semua masalah yang dihadapi nobita.

“Anda pasti bukan pembaca yang baik, seorang aktivis partai yang dibaca jangan Doraemon. Kalau anda tidak bisa membaca (narasi, red), anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader,” kata Chusnul dalam ‘Orientasi Kemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Perempuan di Tengah Digitalisasi Demokrasi’ yang diselenggarakan Partai Gelora, (15/8).

Menurut Chusnul, aktivis perempuan di partai harus memliki kemampuan ‘komunikasi membaca’ persoalan yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Sehingga bukan hanya sekedar sebagai pelengkap atau pemanis kuota perempuan saja dalam politik.

“Ngerti persoalan rakyatmu aja enggak, apalagi ngerti persoalan perempuan. Bagaimana anda membangun narasi soal persoalan bangsa?, sementara tidak mempunyai kemampuan komunikasi membaca. Makanya ketika ditanya wartawan, jawabannya a,i,u,e,o, nganu,” ujar Chusnul.

Staf pengajar FISIP UI ini menilai, perempuan Indonesia harus sadar diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpolitik. Ia menyadari, kesalahan ini tidak mutlak dari perempuan itu sendiri, melainkan dari proses rekruitmen di partai.

“Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak rekrut. Malah yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar, makanya yang diambil, istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat,” ungkapnya.

Akibatnya, para perempuan berpendapat, politik itu kotor dan memilih tidak terlibat dalam aktivitas politik, meskipun kuota perempuan di parlemen sudah mencapai 21 persen saat ini.

“Perempuan tetap mengaggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada,” tegas Chusnul.

Lebih lanjut, Chusnul berharap para perempuan yang menjadi aktivis partai dan aktif dalam dunia politik, berani ‘bertarung (fight) dan tidak sekedar menjadi follower, tetapi harus berperan aktif dengan didukung kemampuan komunikasi membaca narasi persoalan bangsa.

“Jadi, perempuan itu harus percaya diri, perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya. Saya tanya kok seneng banget, rupanya kalau rapat ada artis, bapak-bapak senang. Mereka direkrut karena followernya banyak, tapi kalau dilihat masih kalah dengan followernya Puan Maharani.” pungkas Chusnul.

Link terkait:

https://www.jawapos.com/nasional/politik/17/08/2020/chusnul-ungkap-cerita-doremon-dan-partai-yang-banyak-artisnya/

Sumber: Jawa Pos

Chusnul: Seorang Aktivis Partai Jangan Baca ‘Doraemon’, Anda Bukan Pemimpin Kalau Baca Itu

JAKARTA – Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU)Chusnul Mariyah meminta para aktivis di partai politik (Parpol) untuk tidak menggunakan cerita ‘Doraemon’ sebagai cara memahami berbagai persoalan bangsa dalam kehidupan sehari-hari .

Sebab, untuk memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa tidak bisa diselesaikan dengan ‘kantong ajaib’ saja, tapi aktivis partai, terutama perempuan harus benar-benar berkualiatas dan cerdas, sehingga bisa memahami ketika berbicara mengenai narasi kebangsaan.

Cerita fiksi dan animasi dari Jepang ini , populer dikalangan anak-anak di Indonesia , dikenal memiliki ‘kantong ajaib’ yang bisa menyelesaikan masalah.

Doraemon, yang digambarkan seekor kucing ini akan mengeluarkan alat yang diminta Nobita Nobi, untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

“Anda pasti bukan pembaca yang baik, seorang aktivis partai yang dibaca jangan Doraemon. Kalau anda tidak bisa membaca (narasi, red), anda bukan pemimpin yang baik, you are not a leader,” kata Chusnul dalam ‘Orientasi Kemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Perempuan di Tengah Digitalisasi Demokrasi’ yang diselenggarakan Partai Gelora, Sabtu (15/8/2020).

Menurut Chusnul, aktivis perempuan di partai harus memliki kemampuan ‘komunikasi membaca’ persoalan yang dihadapi bangsa dan rakyatnya. Sehingga bukan hanya sekedar sebagai pelengkap atau pemanis kuota perempuan saja dalam politik.

“Ngerti persoalan rakyatmu aja nggak, apalagi ngerti persoalan perempuan, juga nggak. Bagaimana anda membangun narasi soal persoalan bangsa?, sementara tidak mempunyai kemampuan komunikasi membaca. Makanya ketika ditanya wartawan, jawabannya a,i,u,e,o, nganu,” ujar Chusnul.

Staf pengajar FISIP UI ini menilai perempuan Indonesia harus sadar diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam berpolitik. Ia menyadari, kesalahan ini tidak mutlak dari perempuan itu sendiri, melainkan dari proses rekruitmen di partai.

“Biasanya kalau perempuan cerdas dikatakan galak, sehingga tidak rekrut. Yang direkrut yang feminim tunduk pada kemauan pimpinan partai dan bandar, makanya yang diambil, istrinya, saudaranya, pacarnya dan orang-orang terdekat,” ungkapnya.

Akibatnya, para perempuan berpendapat, politik itu kotor dan memilih tidak terlibat dalam aktivitas politik, meskipun kuota perempuan di parlemen sudah mencapai 21 persen saat ini.

“Perempuan tetap mengaggap politik kotor, tapi dia sendiri tidak mau ikut membersihkan. Inilah problem kita saat ini, nah Partai Gelora sebagai partai baru jangan seperti partai-partai yang sudah ada,” tegas Chusnul.

Chusnul berharap para perempuan yang menjadi aktivis partai dan aktif dalam dunia politik, berani ‘bertarung (fight) dan tidak sekedar menjadi follower, tetapi harus berperan aktif dengan didukung kemampuan komunikasi membaca narasi persoalan bangsa.

“Jadi, perempuan itu harus percaya diri, perempuan masih dipandang sebelah mata, makanya jangan heran kalau partai politik banyak artisnya. Saya tanya kok seneng banget, rupanya kalau rapat ada artis, bapak-bapak senang. Mereka direkrut karena followernya banyak, tapi kalau dilihat masih kalah dengan followernya Puan Maharani. ,” pungkas Chusnul.

UNTUK NEGERIKU

Dari lubuk hati, aku bisikkan cinta dan salam untuk negeriku, karunia Tuhan bernama Indonesia, sumber darah dan dagingku, sumber air dan udara bagi napasku selamanya sampai aku mati dikubur di tanah ini.

Tuhan, terimalah syukur atas anugerah ini, kau beri kami kesempatan hidup dari atas tanah negeri katulistiwa ini, dengan cahaya matahari yang menghidupkan pohon dan rerumputannya, menggerak ombak dan gelombang pantai yang indah.

…menghibur burung camar dan nelayan tua di tepi pantai…. Di pesisir nusantara … Aku bersaksi negeriku adalah karunia terbesar bagi kami….

Maka aku akan menjaga amanah ini memakmurkan negeriku dan berdiri di sini, apapun yang terjadi meski aku hanya sendiri. Meski badai melanda, meski goncangan datang bertubi-tubi…

Bertahanlah negeri ku, bertahanlah, aku akan bersamamu sampai titik darah penghabisan atau apapun yang lebih dari itu. Aku akan memelukmu dan menerima akibatnya meski hangus dan menjadi debu.

Bersabarlah negeriku, aku akan membawamu kebanggaan, tanah dan airmu akan bersemu udara dan lautmu akan berseri, dan Sangsaka Merah Putih akan berkibar tinggi… rakyat mu akan berdiri gagah dan garuda mu akan terbang… menjelajah ruang angkasa!

Janjiku padamu
aku patrikan sepenuh hati. Mengiringi-grimis dan semilir angin pantai…
sawah dan padi yang menguning…
sumber gizi dan kegembiraan hati… langit dan laut biru…
sampai akhir masa ku…
Sampai titik darah penghabisan…

Senin, 17 Agustus 2020

#DirgahayuRepublikIndonesia

#gelorakemerdekaanindonesia2020

17 Agustus 1945
17 Agustus 2020

Dahlan Iskan: Partai Gelora Bisa Buat Roadmap Mencari Pemimpin Populer dan Berkualitas

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia bisa mengambil peran untuk menyiapkan para pemimpin berkualitas, meskipun saat ini pemimpin yang terpilih hanyalah yang paling populer di masyarakat, bukan yang berkualitas.

Namun, hal itu harus terus diupayakan hingga ditemukan seorang pemimpin yang berkualitas dan populer dimasyarakat. Partai Gelora bisa membuat roadmap (peta jalan) pemimpin berkualitas dan populer.

“Poin paling penting yang harus ada di dalam seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam memajukan negara ini. Partai Gelora tidak ada beban apapun, ya mulailah sesuatu yang menerobos, menyiapkan para pemimpin,” kata tokoh pers Dahlan Iskan dalam ‘Orientasi Kepemimpinan (OKE) API Gelora dengan tema ‘Membangun Kepemimpinan Indonesia Maju di Tengah Krisis Global’ yang diselenggarakan oleh Partai Gelora Indonesia, Sabtu (15/8/2020).

Keberadaan Akademi Pemimpin Indonesia (API), bisa menjadi alat bagi Partai Gelora untuk menyiapkan pemimpin berkualitas dan populer, misalkan menjaring 100 orang dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar dan track recordnya.

“Katakanlah dari 100 itu diseleksi menjadi 15 orang dan track recordnya harus baik. Saya yakin Partai Gelora bisa, karena memilliki kemampuan kerja-kerja tehnokrat dan bisa menyiapkan pemimpin secara terukur dan target-targetnya. Tinggal nanti mempopulerkan calon yang berkualitas itu,” katanya.

Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) itu menyampaikan, kegelisahannya terkait calon pemimpin Indonesia ke depan, apabila sistem pemilu masih seperti sekarang. Bagi Dahlan, masyarakat cenderung melihat kepopulerannya saja.

“Saya belum melihat indikasi bahwa tidak ada jaminan yang terpilih adalah yang berkualitas. Tetap saja yang terpilih adalah yang populer, yang disenangi (masyarakat). Padahal yang disenangi belum tentu berkualitas. Tentu yang belum populer bisa nangis,” terang Dahlan Iskan.

Dahlan mengungkapkan, kegelisahan dirinya juga dialami oleh mantan Presiden SBY, bahwa pemimpin setelah dirinya belum tentu berkualitas dan populer. “Pak SBY juga gelisah siapa pengganti dirinya, mampu saja tidak cukup karena akan tidak sukai masyarakat,” ujarnya.

Mantan Direktur PLN ini meyebut, orang-orang di balik partai Gelora merupakan orang-orang yang mampu dan berkualitas. Namun, orang-orang berkualitas ini cenderung sulit populer karena dianggap terlalu serius.

Terbukti banyak pejabat di negara ini yang terpilih karena kepopulerannya. Sehingga menurutnya, kualitas dan kemampuan seseorang tidak lagi menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh para pejabat atau calon pemimpin Indonesia.

“Mengandalkan kemampuan saja tidak akan terpilih dan ini terbukti sekarang, orang-orang yang populer banyak yang terpilih. Yang mampu ini biasanya sulit populer karena terlalu serius. Sementara yang populer tidak serius. Kalau semakin serius, tidak terlalu disukai ,” kataya.

Namun, bagi Dahlan keberadaan Partai Gelora tetap menjadi harapan bagi Indonesia untuk melahirkan pemimpin-pemimpin, tidak hanya sekedar berkualitas saja, tetapi juga populer. Kerja-kerja selanjutnya adalah mempopulerkan pemimpin berkualitas tersebut.

“Partai Gelora harus berani melakukan terobosan membuat roadmap pemimpin Indonesia 4, 9 tahun 11 tahun dan seterusnya. Hal ini Ini agar ditemukan pemimpin yang mampu sekaligus populer dan mereka tidak kalah suara dari calon pemimpin yang hanya mengandalkan kepopuleran itu,” ujarnya.

Dahlan menambahkan, upaya yang dilakukan Partai Gelora dalam menyiapkan pemimpin melalui Akademi Pemimpin Indonesia perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, seluruh komponen bangsa.

Sebab, sistem demokrasi yang sudah terbangun saat ini tidak mungkin dikembalikan lagi pada sistem kediktatoran seperti era Orde Baru. Namun, yang perlu diperbaiki saat ini adalah masalah penegakan hukumnya, jangan dijadikan alat untuk penguasa.

Fajar Shiddieq, [16.08.20 08:42]
“Diktator itu tidak ada yang baik kecuali di China dan Singapura. China karena sistemnya, Singapura karena orangnya. Nah kalau saya, demokrasi harus tetap berjalan, tapi dibarengin dengan penegakan hukum yang jelas,” pungkasnya.

Diketahui, Partai Gelora saat ini sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin Indonesia ke depan dan membangun narasi Indonesia menjadi lima besar kekuatan dunia melalui Akademi Pemimpin Indonesia.

Partai Gelora Indonesia juga secara masif melakukan koordinasi kepada seluruh komponen anak bangsa dengan membentuk Akademi Manusia Indonesia (AMI). AMI ini sifatnya membentuk diri dan kepribadian jati diri Indonesia.

Dengan keberadaan AMI dan API ini, mimpi Indonesia menjadi kekuatan kelima dunia sejajar bersama Amerika Serikat, Uni Eropa , Rusia dan China bisa terwujud. *

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X