Kategori: Artikel / Blog

Anis Matta: Revolusi Pendidikan Jalan Menuju Visi Lima Besar Dunia

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengusung visi menjadikan Indonesia menjadi kekuatan kelima besar dunia. Untuk menuju visi tersebut, partai besutan Anis Matta dan sejumlah politisi lainnya itu membawa agenda utama, yakni Revolusi Pendidikan.

Karena itu, ungkap Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Muhammad Anis Matta dalam acara Angkringan Virtual Partai Gelora, Sabtu (13/6/2020) dalam agenda strategis partai, dirinya ingin menekankan sejak awal bahwa agenda utama untuk sampai kelima besar dunia itu adalah melakukan revolusi pendidikan.

Menurut Anis Matta, revolusi pendidikan merupakan bagian penting menciptakan fondasi Indonesia menjadi kekuatan kelima besar dunia. Fondasi itu adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi dunia.

“Fondasi pertamanya adalah bagaimana menjadikan Indonesia sebagai inovasi dunia,” ujar penyuka buku Soekarno Hatta itu lagi.

Selain itu, Anis menekankan pentingnya revolusi mental. Perwujudan dari revolusi mental itu adalah melepaskan akal Indonesia ini dari sangkar tirani dan sangkar taklid.

“Politik tirani dan juga taklid dalam agama harus dilepaskan Indonesia dari sangkar agar terbang ke langit angkasa di ruang besar. Aktivasi akal Indonesia diberi ruang penciptaan yang bebas dengan begitu Insyaa Allah Indonesia akan menjadi salah satu pusat inovasi dunia,” pungkasnya.

Anis Matta, Partai Gelora Indonesia dan Keraguan Publik (03 – Tamat)

5 Mei, 2020

Masih banyak keraguan publik tentang Partai Gelora Indonesia dalam banyak aspek; tentang partai nasionalis, partai tengah, menjadi kekuatan 5 besar dunia, oposisi, sikap keummatan dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata-kata dalam pidato dan tulisan, tetapi akan terjawab dengan kerja-kerja yang terencana, terukur dan berorientasi pada solusi.

Semua pertanyaan dan keraguan publik atau kritik dan nyinyiran publik adalah vitamin bagi perjalanan partai ke depan, karena sejak awal partai membuka diri terhadap semua masukan dan kritik. Dialektika dan perdebatan positif adalah gizi bagi sebuah partai baru seperti Partai Gelora Indonesia.

Partai-partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai partner dalam membangun bangsa tentunya siap bekerjasama dan berkolaborasi. Jika ada partai-partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai kompetitor, maka ayo berkompetisi dengan sehat dan positif dalam ring demokrasi. Jika ada partai yang punya persepsi Partai Gelora Indonesia sebagai musuh, maka luruskan niat, musuh kita bukan sesama bangsa sendiri, tetapi musuh kita adalah kebodohan, kezaliman, korupsi dan semua perilaku yang melawan rasa keadilan, kemanusiaan dan demokrasi.

Lahirnya Partai Gelora Indonesia adalah hasil pergulatan ide dan gagasan perjalanan panjang bangsa Indonesia sejak pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde lama,orde baru dan orde reformasi sampai hari ini. (Silakan baca buku Gelombang Ketiga karya Anis Matta).

Partai Gelora Indonesia lahir dari narasi besar, di rencanakan dengan pertimbangan jangka panjang dan melalui tahapan-tahapan pergulatan pemikiran tentang masa depan Indonesia. Di eksplorasi secara mendalam ketika menentukan platform dan arah partai. Di gerakan oleh orang-orang dengan berbagai macam latar-belakang, agama dan budaya. Dan semua itu bertahap, komitmen dan konsisten akan berinteraksi dengan keinginan dan selera publik. Semoga kehadiran Partai Gelora Indonesia menjadi warna cerah Indonesia dalam menyongsong masa depan yang gemilang.

Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita…Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah…Karena kita melangkah setelah istikharah. (Anis Matta)

Penulis: Irfan Enjo

Anis Matta, Partai Gelora Indonesia dan Keraguan Publik (02)

3 Mei, 2020

Keraguan publik berikutnya adalah apakah Partai Gelora Indonesia akan sama dengan partai lamanya Anis Matta atau berbeda? Jika berbeda dimanakah perbedaannya?

Ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk menunjukkan “differensiasi” dari partai lama. Tetapi “differensiasi” ini bukan dengan pendekatan “asal beda”, dalam hal ini tidak bisa kita mengambil persepsi dengan ekstrem, karena pada akhirnya berbeda atau tidak itu tergantung persepsi dan penilaian publik. Dalam aspek ini Partai Gelora Indonesia dalam perjalanannya fokus pada beberapa hal yang mungkin saja hal ini yang membuat berbeda, bisa juga tidak, lagi-lagi tergantung persepsi publik.

Pertama, Partai Gelora Indonesia mengawali langkahnya dengan KETERBUKAAN. Tidak ada yang ditutup-tutupi dalam proses perjalanannya. Bahkan setiap tahapan selalu dibuka ke publik. Nilai-nilai dasar pendiriannya dibuka ke publik dan siap direspon publik. Era demokrasi adalah era keterbukaan, dimana semuanya bisa di audit publik, apalagi dalam era sosial-media, setiap peristiwa apapun mudah menjadi konsumsi publik. Fahri Hamzah sebagai Wakil Ketua DPN Partai Gelora Indonesia berfungsi pula sebagai juru bicara, dan siap bertarung ide, gagasan dan berdialektika tentang semua bab tentang negara dan demokrasi. Dan di tiap wilayah dan daerah semua pimpinan partai adalah juru bicara yang terbuka untuk berdiskusi dan berdialektika dengan publik.

Kedua, Partai Gelora Indonesia mengedepankan cara kerja KOLABORASI. Superman is dead, superhero is dead. Ke depan adalah saatnya membangun kekuatan kolaborasi, bukan kekuatan kelompok atau golongan. Demokrasi ke depan tidak ada lagi partai politik superhero atau partai politik sapu jagad yang merasa bisa memperbaiki bangsa ini sendirian, membangun bangsa sebesar Indonesia tidak bisa sendirian. Oleh sebab itu, sejak awal platform partai adalah kolaborasi, membangun kekuatan tim besar sebagai bangsa untuk masa depan Indonesia. Anis Matta menyebutnya dengan Creative Collaboration.

Ketiga, Partai Gelora Indonesia sejak awal selalu membangun kinerja agar selalu RELEVAN dengan semua situasi dan kondisi serta persoalan bangsa. Karena filosofi dasar pendirian partai adalah solusi terhadap persoalan bangsa. Kinerja dibangun agar selalu relevan dengan zaman, relevan dengan setiap generasi, dan juga relevan dengan semua kepentingan nasional.

Keempat, Partai Gelora Indonesia selalu menjaga prinsip KESEIMBANGAN. 

a. Menjaga keseimbangan antara gerakan pemikiran, sosial dan politik. Semua dilakukan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan dan relevan.

b. Menjaga keseimbangan antara religiusitas dan nasionalisme. Sejak awal Partai Gelora Indonesia tidak mau terjebak pada dikhotomi partai Islam atau partai agama dan partai nasionalis. Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang nasionalis sekaligus religius. Pada aspek inilah partai fokus, membangun negara dengan dengan nilai-nilai religiusitas bangsa.

c. Menjaga keseimbangan antara partai kader dan partai massa. Kader tetap menjadi basis partai untuk bekerja, tetapi kader berfungsi sebagai inisiator dan kolaborator. Pekerjaan partai selalu melibatkan massa dan publik dengan cara-cara creative collaboration.

d. Menjaga keseimbangan antara kepentingan rakyat, dunia usaha dan penguasa. Rakyat, dunia usaha dan penguasa bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan. Penguasa memiliki kewenangan regulasi/kebijakan, dunia usaha adalah lingkungan dimana ekonomi berputar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Jadi ini adalah satu kesatuan dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

e. Menjaga keseimbangan antara tradisi pengembangan ilmu pengetahuan dengan kontribusi terhadap solusi persoalan bangsa. Partai meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah alat baca dan kesuksesan masa depan, tetapi ilmu pengetahuan yang secara praktis menjadi solusi setiap persoalan manusia dan bangsa, bukan hanya sekedar kepentingan ilmiah atau akademis.

Kelima, Partai Gelora Indonesia berorientasi KESEJAHTERAAN. Karena partai meyakini bahwa output negara adalah sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945; “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Semua itu terangkum dalam kata kesejahteraan. Output negara pada akhirnya adalah kesejahteraan, dalam terminologi umum atau dalam terminologi  agama. Oleh sebab itu partai tidak ragu mengatakan bahwa partai didirikan untuk berkuasa, tetapi kekuasaan yang ingin menyejahterakan rakyat.

Lima point ini kira-kira interpretasi saya pribadi (unofficial) tentang point-point kenapa Partai Gelora Indonesia memiliki differensiasi. Sekali lagi differensiasi ini adalah hak publik untuk menilai, dan point-point ini akan terus diuji di lapangan, diaudit publik serta mungkin saja “klaim” semata. Tapi secara jelas ini adalah sebuah “ijtihad”, sebuah gagasan dan komitmen, semuanya waktu yang akan menjawab.

Penulis: Irfan Enjo

Partai Gelora Indonesia “THE JOURNEY”

Jakarta, 2 Juni 2020

Dalam perjalanan berdirinya Partai Gelora Indonesia Saya membaginya menjadi 6 momentum atau 6 fase yang menjadi sisi-sisi emosional dalam jiwa para pendirinya.

Fase Pertama, Saya menyebutnya dengan Fase Kepercayaan Diri, karena fase ini adalah momentum dimana Anis Matta pada tanggal 3 Februari 2018 di event acara Mukernas KAKAMMI melangkah dengan percaya diri menyampaikan ide dan narasinya tentang Arah Baru Indonesia. Di tanggal ini lah sosialisasi narasi Arah Baru Indonesia dimulai. Ditengah hiruk-pikuk menjelang Pemilu 2019 dan konflik di internal PKS saat itu Anis Matta melangkah lebih jauh keluar dari mainstream pusaran persoalan, dia menawarkan Arah Baru untuk Indonesia.

Buku Gelombang Ketiga Indonesia menjadi referensi ide dan gagasan untuk memberi Arah Baru bagi Indonesia. Menjadikan Indonesia sebagai kekuatan 5 besar dunia menjadi cita-cita dari narasi Arah Baru Indonesia. Banyak orang yang ragu dengan cita-cita ini, dianggap mimpi atau utopia, tapi Anis Matta menjawab dengan santuy; “Semua kenyataan hari ini adalah hasil imajinasi hari kemarin, sebelum sesuatu terwujud, maka wujudkan dulu dalam imajinasi”. Teriakan merdeka para pejuang dan pahlawan Indonesia puluhan tahun jauh sebelum proklamasi kemerdekaan itu mungkin sebuah mimpi atau utopia saat itu, tapi imajinasi para pejuang dan pahlawan itu akhirnya menjadi kenyataan pada 17 Agustus 1945. 

Fase percaya diri ini ditandai juga dengan lahirnya Ormas GARBI; Gerakan Arah Baru Indonesia yang berfungsi sebagai mesin sosialisasi narasi Arah Baru Indonesia. Anis Matta, Fahri Hamzah dan tokoh arah baru lainnya berkeliling Indonesia untuk menyampaikan ide dan gagasan tentang Arah Baru Indonesia. Sambutan publik meluas, narasi Arah Baru Indonesia mulai menjadi perbincangan publik, jaringan GARBI dalam waktu 2 bulan sudah mencapai lebih dari 20 provinsi. Acara-acara deklarasi semarak dan kreatif dengan ide-ide baru serta gaya komunikasi yang juga baru. Pada fase ini, peran KAKAMMI yang dipimpin oleh Fahri Hamzah dan GARBI sangat signifikan untuk meneguhkan kepercayaan diri untuk melangkah.

Fase Kedua, Saya menyebutnya dengan Fase Ketidakpastian, dimana langkah keragu-raguan mulai mengiringi langkah kepercayaan diri, ini adalah fase kritis, fase dimana perjalanan dilanjutkan atau tidak. Fase ini adalah fase dimana kepercayaan diri bertemu dengan realitas lapangan dan ekspektasi publik. Apakah narasi Arah Baru Indonesia beserta gerakannya kemudian mampu menjelma menjadi sebuah entitas politik baru berbentuk partai? Pergulatan pemikiran dan diskusi terjadi, keraguan publik mulai dirasakan, realitas lapangan mulai memberikan kesadaran, bahwa ini butuh kerja keras dan butuh determinasi. Apakah sambutan publik sekedar euphoria, apakah deklarasi-deklarasi itu fenomena permukaan? Ketidakpastian terjadi. Dalam fase ini, Anis Matta sebagai “leader Arah Baru” menulis pesan yang sangat emosional dan mendalam. Saya posting ulang pesan Anis Matta di fase ini, karena ini bagian dari sejarah yang melibatkan emosi dalam menentukan pilihan-pilihan keputusan saat itu;

Dalam jenak-jenak begini, kita teguhkan hati kita..

Pastikan kembali bahwa awal dan akhir dari semua ini adalah Allah Subhana wa Ta’ala, bahwa kejujuran kepada-Nyalah yang mendorong kita melangkah di jalan ini… Bahwa kita akan terus berijtihad untuk melakukan jihad terbaik dengan ilham dari Allah Subhana wa Ta’ala…

Bahwa kita mungkin salah, tapi keikhlasan, kejujuran dan ijtihad akan menjadi sebab bagi Allah mengilhami kita melangkah serta mengurangi bahkan menghilangkan efek dari kesalahan kita…

Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita…

Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah… Karena kita melangkah setelah istikharah..

Pada mulanya yang kita lakukan adalah membuat peta jalan kita sendiri menuju Allah..lalu kita buat peta jalan menuju negara sebagai bagian dari peta jalan kita menuju Allah..

Jika kita percaya Allah yang kita tuju maka tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir dengan semua upaya pembunuhan karakter di sepanjang jalan itu..perhatikan pesan Allah kepada orang² beriman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِندَ اللَّهِ وَجِيهًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al Ahzab : 69)

Menjadi terpandang di mata Allah bukan di mata manusia itulah yg kita cari

الوجاهة عند الله

Cinta dan benci manusia kepada kita adalah cara Allah mengajarkan kita sebuah makna bahwa kita tidak akan pernah bisa mengendalikan hati manusia..dan karenanya berusaha menemukan ridho kita pada diri sendiri dari ridho manusia kepada kita adalah kesia-siaan yg besar

Tersenyumlah pada semua yang berusaha membunuh karaktermu..karena di peta jalanmu menuju Allah itu hanya kekerdilan yang tidak akan pernah bisa mencegah ruhmu terbang ke angkasa..

Begitu ruhmu terbang tinggi ke angkasa niscaya akan kau saksikan betapa kecilnya bumi manusia ini..apalagi manusia yang menghuninya..

Teruslah mengepakkan sayap amalmu..tahta dan harta hanyalah batu tasbih yang akan kau genggam sambil menyebut nama Allah dalam setiap langkahmu meraih ridha-Nya

Keikhlasan dan kejujuran bukanlah sebuah pernyataan sikap, tapi adalah getaran yang menandakan bahwa dalam setiap amalmu ada signal yg menghubungkan dunia dan akhiratmu…

Hakikat dari semua yg kita kerjakan adalah melukis panorama akhirat di atas kanvas dunia

_تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ*

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Qoshos :83)

Pesan Anis Matta inilah yang mengakhiri keragu-raguan dan ketidak-pastian, walaupun semua butuh proses dan perjuangan, Tidak sedikit yang berguguran tidak yakin untuk melanjutkan perjalanan dan akhirnya pulang. Tapi ini adalah perjalan ide dan misi, bukan perjalanan satu atau dua orang. Orang bisa mati tapi ide dan misi akan terus ada dan tumbuh. Setelah melalui fase ketidakpastian, maka berlanjut masuk fase ketiga yaitu fase  kontemplasi dan imajinasi…

Fase Ketiga, Saya menyebutnya Fase Kontemplasi dan Imajinasi, karena di fase ini kebesaran jiwa dan ketajaman memprediksi masa depan menjadi hal yang menentukan. Fase ini adalah fase dimana semua opsi dan langkah dihitung, peta jalan dibuat. Narasi diperdalam, lapangan di jajaki, infrastruktur organisasi dibangun, jaringan diperluas dan keyakinan diperkuat. Ini adalah fase krusial, fase yang menentukan. Manifesto partai mulai disusun, model organisasi di desain, teritorial dipetakan, sumber daya manusia di konsolidasi, branding dibuat, dan AD/ART disusun. Semua bekerja dalam sunyi, tidak banyak hirup-pikuk. Keraguan dan pembunuhan karakter terus dihembuskan untuk menghadang langkah, namun semua tak bisa dibendung, bagi kami ini kerja untuk rakyat dan bangsa, kerja untuk peradaban.

Di fase ini kontemplasi dilakukan terus-menerus, ide dan gagasan di elaborasi mendalam, imajinasi untuk partai dan Indonesia lebih baik terus di diskusikan dan diformulasikan. Aspirasi dan ekspektasi publik terus di dengar dan direkam, sebagai  alat baca situasi dalam menentukan langkah-langkah strategis partai ke depan. Fase ini adalah fase dimana sebagian besar formulasi akan lahirnya Partai Gelora Indonesia didesain. Dan akhir dari fase ini adalah ketika Anis Matta mengajak kita untuk membaca doa; 

بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya”. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Surat Hud 41.

Ini adalah doa Nabi Nuh AS ketika akan menaiki bahtera yang akan menyelamatkan ummatnya dari banjir besar pada saat itu. Dan ketika Anis Matta mengajak untuk bersama membaca doa ini, maka ini sebuah sinyal bahwa bahtera akan siap berlayar. Dan kita masuk fase selanjutnya, fase keempat, fase keberanian.

Fase Keempat; Saya menyebutnya dengan Fase Keberanian. Fase dimana semua resiko sudah di kalkulasi dan keberanian mengambil sikap dan keputusan. 28 Oktober 2019, fase keberanian ini dimulai dengan deklarasi Partai Gelombang Rakyat Indonesia;

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT, dan untuk menunaikan kewajiban sejarah, bangsa dan agama, serta diilhami oleh peristiwa Sumpah Pemuda yang menjadi penanda lahirnya kita sebagai bangsa dalam Gelombang Menjadi Indonesia, maka pada hari ini; Senin, tanggal 28 Oktober 2019, kami menyatakan berdirinya Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau disebut GELORA INDONESIA

Fase keberanian ini memulai babak baru, sekaligus sebuah tantangan baru. Mendirikan partai baru bukanlah sesuatu yang mudah. Membentuk struktur kepengurusan 100% di tingkat provinsi, minimal 75% di tingkat kabupaten/kota dan minimal 50% di tingkat kecamatan beserta persyaratan pendukung lainnya bukanlah hal mudah, apalagi semua itu akan diverifikasi faktual oleh negara melalui kementerian hukum dan ham. Ini kerja besar dan rumit, kerja administratif sekaligus kerja lapangan. Tetapi kesuksesan tidak akan tercapai tanpa keberanian, dan langkah berani ini sudah di ambil, tidak ada langkah mundur. Dan akhirnya Anis Matta menguatkan kembali keberanian ini dengan sebuah keyakinan, sampailah pada fase kelima, fase keyakinan.

Fase Kelima, Saya menyebutnya fase Keyakinan dan Determinasi. Karena fase ini adalah fase dimana keyakinan harus menyertai langkah memenuhi semua kelengkapan berdirinya partai. Sabtu 9 November 2019, Anis Matta menegaskan dalam pidato penandatanganan akta pendirian partai;

Ini semua adalah sebuah permulaan, dari sebuah fase baru dalam perjuangan kita setelah kita melalui tahun-tahun pergulatan dan ketidakpastian.. Akhirnya kita sampai pada hari yang ingin Saya sebut sebagai “Hari Keyakinan”

Selanjutnya Anis Matta menjelaskan indikator keyakinan:

“Orang-orang yang mampu melampaui hari-hari penuh keraguan dan ketidakpastian adalah orang-orang yang ikhlas.. punya determinasi.. dan sabar

Dan ditutup oleh Anis Matta dengan epik;

“Inilah Hari Keyakinan, hari di mana kita berkata kepada keraguan dan ketidakpastian: “Cukup sampai di sini!”..  dan kita akan memulai satu hari baru dalam hidup kita, dan mudah-mudahan dalam hidup bangsa kita, umat Islam, dan umat manusia.”

Hari ini adalah permulaan karena tantangan yang akan kita hadapi jauh lebih besar dari tantangan yang telah kita lewati bbrp tahun terakhir..

Fase keyakinan dan determinasi mengiringi hari-hari perjuangan memenuhi semua persyaratan pendirian Partai Gelora Indonesia. Kerja-kerja administratif dan kerja-kerja lapangan tak henti sebelum tuntas. Ini lah yang dimaksud Anis Matta “determinasi”; “Kalau ada mau…JADI!!!

Semua determinasi itu akhirnya sampailah pada fase keenam, fase berlayar.

Fase Keenam, Fase Berlayar. Fase ini adalah fase dimana pekerjaan mendirikan partai tuntas. 19 Mei 2020 atau bertepatan dengan 26 Ramadhan 1441H, surat keputusan Partai Gelombang Rakyat Indonesia sebagai partai politik resmi di Indonesia ditanda tangani oleh Menteri Hukum dan HAM, yang kemudian pada tanggal 2 Juni 2020, semua berkas faktual pengesahan sudah resmi diserahkan dari kemenkumham ke Partai Gelora Indonesia, maka sekarang kita memasuki fase berlayar. Bahtera Gelora Indonesia mulai berlayar mengarungi samudera luas bersama gelombang rakyat. Tapi ini adalah perjalanan panjang dan akan menghadapi badai. Dan dalam fase berlayar ini, Anis Matta memulainya dengan menjelaskan 3 fungsi  lahirnya Partai Gelombang Rakyat Indonesia;

“Semoga kehadiran Gelora dapat menjadi (1) tempat agregasi aspirasi rakyat, (2) kaderisasi pemimpin bangsa, dan (3) sumber gagasan bagi kejayaan Indonesia. 

Jakarta, 2 Juni 2020

Penulis : Irfan Enjo

Anis Matta, Partai Gelora Indonesia dan Keraguan Publik (01)

2 Mei, 2020

Anis Matta setidaknya sudah menjawab dua keraguan publik;

1.  Ketika publik ragu dan tidak yakin apakah seorang Anis Matta berani mendirikan partai politik baru dan meninggalkan partai lamanya? Ternyata Anis Matta menjawab keraguan publik, dia berani mendirikan partai baru bersama banyak orang dengan berbagai latar-belakang.

2. Ketika publik ragu dan tidak yakin apakah Partai Gelora Indonesia yg didirikan Anis Matta mampu mendirikan partai baru dari nol sesuai syarat UU Parpol dengan tingkat kesulitan yang tinggi? Ternyata menjelang Ramadhan kemaren Partai Gelora Indonesia sanggup memenuhi syarat UU Parpol untuk menjadi partai politik resmi terdaftar di Kemenkumham dan sebentar lagi akan disahkan.

Dua keraguan publik ini mampu dijawab oleh Anis Matta dkk, namun keraguan ini tidak berhenti, ada dua keraguan lagi yang dipertanyakan publik; apakah Partai Gelora Indonesia bisa menjadi peserta Pemilu 2024? Apakah Partai Gelora Indonesia sanggup eksis di Pemilu 2024? Untuk menjawab dua hal ini publik harus mengerti terlebih dahulu “roadmap” berdirinya Partai Gelora Indonesia. Dari sini maka secara terstruktur akan terjawab dua keraguan diatas.

ROADMAP

Partai Gelora Indonesia lahir dari rahim narasi Arah Baru Indonesia, dia lahir sejak awal sebagai gerakan pemikiran, gerakan sosial dan sekaligus sebagai gerakan politik. Sejak awal Anis Matta menegaskan hal ini. Artinya Partai Gelora lahir didasari ide dan gagasan besar tentang Indonesia masa depan, yaitu Indonesia menjadi kekuatan 5 besar dunia.

Sekilas ini seperti gagasan yang utopia atau khayalan, bahkan tidak sedikit menjadi bahan nyinyiran. Tapi jika publik merunut rekam jejak pokok-pokok pikiran Anis Matta sejak tahun 1990-an, maka apa yang digagas Anis Matta pada hari ini adalah hasil dari perenungan dan pemikiran panjang.

Anis Matta sering menyebutnya dengan Roadmap. Jadi lahirnya Partai Gelora Indonesia adalah bagian dari roadmap. Gagasan menjadikan Indonesia 5 besar dunia adalah visi besar, atau arah yang dituju sebagai harapan bersama. Kenapa visi besar ini yang dipilih Anis Matta? Karena ini adalah visi yang mempersatukan bangsa. Ditengah ancaman disintegrasi bangsa serta keterbelahan rakyat efek dari pilpres, Partai Gelora Indonesia lahir dengan visi besar yang mempersatukan bangsa. “Memulai dari Akhir” begitu Anis Matta sering menyebutnya.

Menentukan visi besar adalah cara memulai dari akhir, kemudian disusunlah “roadmap” atau peta jalan untuk menuju ke visi besar itu, dan berdirinya Partai Gelora Indonesia adalah bagian terpenting dari roadmap itu. Tujuan atau visi besar, roadmap atau peta jalan serta rute yang akan ditempuh secara integrasi di ibaratkan oleh Anis Matta dengan GPS untuk Indonesia masa depan.

Anis Matta mempersepsi bahwa politik dan demokrasi adalah industri pemikiran, semua harus dimulai dengan pikiran, dengan ide dan gagasan. Tetapi pikiran, ide dan gagasan yang dilandasi dengan pengetahuan bukan dengan prasangka tanpa ilmu. Disinilah kemudian Anis Matta dkk berdiskusi, berdebat dan berdialektika untuk mencari formulasi Indonesia masa depan dan menjadi kekuatan 5 besar dunia.

Jadi Partai Gelora Indonesia dimulai dengan pikiran, ide dan gagasan, bukan hanya berlandaskan dengan pengetahuan saja, tetapi pengalaman mengelola partai puluhan tahun dengan jatuh-bangun juga menjadi bagian dari bangunan narasi, disini pengetahuan bertemu dengan pengalaman. Ide, pengetahuan dan pengalaman, disinilah awal mula Partai Gelora Indonesia melangkah.

Tetapi basis ide, pengetahuan dan pengalaman adalah awal, narasi Arah Baru Indonesia tidak bisa hanya berhenti di ide dan alam pikiran, dia harus berinteraksi dengan publik beserta lingkungan strategisnya, maka lahirlah Gerakan Arah Baru Indonesia sebagai gerakan untuk membangun basis sosial, disinilah ide dan gagasan berinteraksi dengan pikiran-pikiran publik dan situasi masyarakat, Fahri Hamzah secara mumpuni menjadi juru bicara yang komprehensif dan multitalenta dalam hal ini. Dengan mesin dan jaringan politik pada saat itu Fahri Hamzah berhasil memberikan keyakinan kepada publik tentang narasi Arah Baru Indonesia. Jadi ada produksi ide dan pemikiran kemudian ada juga marketing, maka yang dibutuhkan selanjutnya adalah jaringan distribusi, disinilah Partai Gelora Indonesia berdiri menjadi gerakan politik sekaligus sebagai jaringan distribusi narasi Arah Baru Indonesia. 

RELEVAN

Narasi Arah Baru Indonesia akhirnya menyelesaikan cara kerjanya menjadi gerakan pemikiran, sosial dan politik, sekaligus memiliki produk, marketing dan jaringan distribusi. Dengan memahami roadmap ini, maka keraguan publik apakah Partai ini sanggup lolos menjadi peserta pemilu dan eksis di 2024 mudah terjawab. Dua keraguan atau pertanyaan publik ini adalah persoalan marketing dan jaringan distribusi. Tetapi pekerjaan produksi terus berjalan dan selalu mengalami adaptasi-adaptasi agar tetap relevan dengan selera dan keinginan publik.

Untuk bisa menjadi peserta pemilu 2024 maka tahap awal sudah diselesaikan yaitu verifikasi partai politik oleh kemenkumham. Verifikasi ini sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan verifikasi parpol peserta pemilu, yang terpenting adalah syarat-syarat administrasi dan faktualnya terpenuhi. Sedangkan apakah Partai Gelora Indonesia sanggup eksis di Pemilu 2024? Rumus jawabannya cuma satu; RELEVAN.

Anis Matta sering mengulang-ulang istilah ini dalam rapat-rapat partai. Bahwa partai ini harus relevan kalau ingin dipilih rakyat. Relevan antara performance partai dengan selera publik, relevan antara situasi dengan keputusan-keputusan partai, dan juga harus relevan antara pikiran, artikulasi dan tindakan, atau dengan kata lain performance partai harus punya integritas.

Tetapi untuk eksis di Pemilu 2024 tidak terlepas dari regulasi dan lingkungan strategis yang melingkupinya. Di DPR bergulir wacana tentang perubahan jadwal Pemilu, ada beberapa opsi yang muncul ke permukaan dan itu masih melalui dialektika dan perdebatan, namun apapun nanti akhir putusannya maka semua itu akan merubah roadmap dan strategi, sebagai partai baru ini menguntungkan, karena akhirnya semua partai start dari nol. Roadmap dan strategi bisa dimodifikasi dan direvisi menyesuaikan dengan situasi, produksi narasi terus berjalan tanpa henti, jaringan distribusi terus bekerja dan melakukan penguatan dan perluasan jaringan, dan pada ujungnya nanti kita punya mentalitas percaya diri bahwa partai ini lahir untuk kejayaan Indonesia dan siap memimpin Indonesia.

Penulis: Irfan Enjo

[GELOMBANG SOLIDARITAS 2020 #GS2020]

Gelombang Solidaritas 2020 [disingkat dengan hashtag #GS2020] adalah protokol kolaborasi untuk menciptakan gelombang solidaritas menghadapi krisis pandemi Covid19. Keterlibatan Partai Gelora Indonesia tidak hanya untuk menghentikan dampak langsung dan penyebaran virus menyangkut kesehatan tetapi juga dampak turunan pada aspek ekonomi, sosial dan politik.

Partai Gelora Indonesia meletakkan diri sebagai pemegang amanah untuk bersama bangsa menghadapi segala tantangan, dengan memosisikan diri sebagai subjek dalam manajemen krisis. Kader, pimpinan dan struktur Partai Gelora Indonesia menyatukan narasi dan aksi untuk membantu dirinya sendiri, lingkungan terdekatnya, masyarakat hingga bangsa untuk menyelesaikan berbagai masalah terkait pandemi.

Dengan memurnikan niat, menebar optimisme menghadapi tantangan, Partai Gelora Indonesia mengajak seluruh elemen masyarakat dengan semangat kolaboratif untuk kesatuan bangsa. Dengan keyakinan bahwa Indonesia tidak kalah dan akan segera bangkit, Partai Gelora Indonesia telah melakukan aksi meliputi 3 klaster yaitu:
1. Pembagian Bantuan Sembako dan Alat Kesehatan,
2. Desinfeksi di Rumah dan Lokasi Keramaian.
3. Penanganan Aspek Psikis melalui Trauma Healing dan Forum Diskusi.
Pada tahap lanjutan, setidaknya sepanjang 2020, akan dilakukan aksi untuk membantu masyarakat memulihkan penghidupannya, edukasi hidup dalam ‘New Normal’ dan program ketahanan pangan rumah tangga.

5 Tantangan Partai Gelora

Gelora Resmi jadi Partai di Bulan Mei 2020 bertepatan juga bulan Ramadhan ini. Sah dibulan baik, semoga juga bermanfaat baik untuk masyarakat.

Saya memandang partai Gelora yang saya ikut didalamnya hanya sebagai kendaraan politik, tidak lebih, partai bukan segala-galanya yang atribut partai itu selalu dibawa kemana-mana dengan loyalitas yang kaku.

Apalagi menempatkan partai bagian dari syariat agama, sudah jauh itu saya tinggalkan. Menjadikan agama sebagai semangat dalam semua kehidupan salah satunya berpolitik adalah wajib. Tapi menjadikan agama sebagai baju dalam berpolitik bukan pilihan saya. Saya cukup kaku soal ini. Pertanggung jawabannya besar. Karena Agama bukan barang dagangan yang Allah dan Nabi juga melarangnya.

Sehingga pilihan Partai Gelora untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar adalah tepat. Hubungan dan kewajiban dengan Tuhan bisa ditunaikan, hubungan kebangsaan bisa lebih luas tanpa sekat-sekat identitas.

Partai adalah jembatan untuk menempatkan kader-kader bangsa terbaik untuk memberikan maslahat bagi rakyat dan umat.

Namun begitu, ada tantangan besar yang harus dipecahkan oleh Gelora diawal kelahirannya ini, paling tidak ada 5 tantangan.

1. Tantangan Ketokohan

Salah satu ide dasar dari terbentuknya Partai Gelora adalah merobohkan budaya politik oligarki, budaya feodal.

Makanya jujur saya negh kalau ada kader Gelora yang menulis Mantap saja di Plesetkan jadi MantaFH. Mengagung-ngagungkan tokoh. Saya pengagum FH, jangan ragukan itu, tapi, saya mengaguminya sebatas pada gagasan yang ia sampaikan, bukan figuritas.

Begitu juga dengan Anis Matta. Saya juga males kalau disebut sebagai loyalis Anis. Kalau suatu saat Anis tidak konsisten dengan gagasannya saya juga akan meninggalkannya.

Kita disatukan dalam narasi dan gagasan, bukan figuritas. Emang siapa FH dan Anis, tanpa ide dan gagasannya ia bukan siapa-siapa.

Selanjutnya spectrum ketokohan harus diperluas. Gelora hanya akan sebesar FH dan Anis bila ketokohan hanya mandeg dimereka saja.

Meskipun menaikan ketokohan Anis dan FH adalah wajib, karena tokoh adalah alat partai bicara dan dikenal konsituen.

Dulu, Anis Mata pernah mencanangkan 100 Tokoh Muda yang siap dihibahkan untuk bangsa. Mari kita mulai lagi ide dan gagasan itu.

2. Tantangan Sistem

Membangun Partai Modern, inilah cita-cita Gelora. Bukan Partai Feodal, semua terserah Ketua Umum, jadinya para elit partai rame-rame menjilat ketum biar dapat posisi bagus. Yang jauh dari ketum, gigit jari, potensi, prestssi ndak penting lagi. Yang penting ketum senang. Bukan Partai seperti ini yang kita inginkan.

Sistem partai harus terbuka. Egaliter, herarkis kader hanya dalam tugas dan wewenang yang tersusun rapi dalam konstitusi partai. Tidak ada yang dibawah meja, pintu belakang, titipan si anu, si itu. No, semua tersistem sehingga fair.

Ini juga pembelajaran Demokrasi, Labolatorium demokrasi bagi kader partai. Jadi pemimpin juga harus siap bising dan siap berganti.

Dengan sistem ini, kita berharap Gelora bisa menjadi partai kuat yang usianya lebih panjang dari usia ketum.

Tantangan, karena partai yang sekarang ada saya bisa katakan mayoritas partai sekarang Feodal. Sistem hanya basa-basi.

3. Tantangan Finansial

Ini Partai dilahirkan dari orang “pinggiran” bukan orang kaya raya atau tokoh nasional yang hebat sekelas Prabowo, Megawati atau SBY. Tantangan Finansial ini nyata. Walau sebagian orang tabu, tapi harus diselesaikan.

Jika ada yang mengatakan Anis Matta disokong dana Yahudi. Itu Halusinasi entah darimana. Ada juga gosip, yang ikut Gelora dapat uang 300 Juta, aduh mabok itu orang.

Berpartai dan mengikuti kontestasi Demokrasi membutuhkan modal biaya yang mahal.

Pendanaan Partai menjadi persoalan yang belum terselesaikan sampai sekarang dalam Demokratisasi di Indonesia. Indonesia belum sampai pada tahab dimana orang cerdas hanya menggunakan otaknya untuk dapat duduk menjadi pejabat publik yang melayani masyarakat. Mereka harus merogoh goceknya sendiri, hasilnya orang cerdas kalah dengan yang punya uang.

Untuk dapat mengikuti pemilu dan berkontestasi didalamnya dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Jika melihat latarbelakang pimpinan partai gelora, jika ada kader gelora yang punya mindset, bahwa ikut Gelora untuk mencari uang, kayaknya mindset anda perlu dirubah dari sekarang, atau turun kapal sebelum berjalan jauh. Karena mereka ndak kaya-kaya amat untuk menjadi sinterklas yang membagikan hadiah-hadiah.

Sistem pendanaan partai inilah yang perlu disusun. Tantangan betul yang sampai saat ini saya juga belum ada ide.

Namun tentu saya tidak ingin Gelora pakai cara lama, dengan memotong penghasilan kader juga zakatnya untuk menghidupi partai. Saya menolak tanpa diskusi kalau ini dipraktekan.

4. Tantangan Keberagaman

Partai Gelora Indonesia adalah partai yang sangat terbuka, sehingga kader partai ini sangat beragam, ini tantangan berikutnya.

Tantangan yang tidak mudah, namun justru ini adalah playground pertama sebelum mengurus bangsa. Kalau mengurus partai dengan keberagaman saja tidak bisa bagaimana mengurus negara dimana bangsa yang memiliki suku terbanyak didunia.

Beda latarbelakang agama, latar belakang budaya, latar belakang motivasi pribadi dan lainnya. Bagaimana mengikatnya dalam narasi dan gagasan yang sama agar benar-benar menjadi gelombang.

Era sekarang adalah era kolaborasi, bukan kompetisi. Bisakah Gelora membuat Gelombang ini? Jika berhasil akan benar-benar menjadi gelombang yang kuat.

Karena Narasi dan Gagasan sudah kuat. Arah Baru Indonesia, Indonesia 5 besar Dunia itu sangat kuat. Jika ada yang mengatakan itu hanya angan-angan itu hanya nyinyiran kebencian yang khawatir dengan kehadiran Gelora.

5. Tantangan Elektoral

Kabarnya PT akan dinaikan menjadi 7-8 % ini tantangan elektoral yang tidak mudah bagi partai baru. Meskipun sudah biasa Partai Pendatang baru langsung degradasi dikesempatan pertama, Tapi Anis Matta mengatakan, kita tidak akan mengulangi kegagalan yang sama dulu, kita harus jadi manusia pembelajar.

Untuk itulah singkron dengan tantangan ketokohan, spectrum tokoh harus segera diperluas. Kayaknya ide 100 tokoh Gelora bagus untuk digulirkan diberbagai daerah, menjadi titik-titik pusat yang menggema dengan gagasan baru.

Tulisan ini adalah perspektif pribadi, dimana saya punya ekspektasi yang tidak sederhana dari lahirnya sebuah partai baru yang semoga menjadi solusi kebangkitan kebangsaan.

Indonesia punya peluang menjadi negara besar ditahun 2050. Bisa lebih cepat datang, atau justru bisa gagal, tergantung siapa yang mengemudikan kapal besar Bangsa ini.

Arka Atmaja
Wong Ndeso dari Jateng

Anis Matta dan Fahri Hamzah : Sebuah Perjalanan Keyakinan

Hari ini, 19 Mei 2020 atau 26 Ramadhan 1441H, Partai Gelombang Rakyat Indonesia resmi terdaftar sebagai partai politik di kementerian hukum dan HAM. Tuntas sudah Anis Matta menjawab keraguan publik yang ragu Anis Matta dkk mampu mendirikan partai baru. Tetapi langkah baru dimulai, perjalanan masih panjang, tantangan dan ujian siap menghadang di hari-hari ke depan.

Ada dua figur dan dua peristiwa yang 4 tahun belakangan ini cukup mempengaruhi pilihan hidup banyak orang. Dua figur itu adalah Anis Matta dan Fahri Hamzah, dan dua peristiwa itu adalah peristiwa kasus pemecatan Fahri Hamzah dan pendirian Partai Gelora Indonesia.

Dua figur dan dua peristiwa ini memberikan pelajaran kepada banyak orang tentang Keyakinan.

Ketika Fahri Hamzah di pecat dari partai, maka saya dan beberapa teman langsung mengklarifikasi langsung dari Fahri, saat itu Fahri menjawab semua pertanyaan dengan lugas, percaya diri dan penuh keyakinan. Pada saat itu setelah beberapa jam mengeksplorasi kronologis pemecatan dari Fahri Hamzah, maka kami berkesimpulan; jika yang diceritakan Fahri benar adanya, maka Insya Allah Fahri Hamzah akan menang di pengadilan sampai tingkat kasasi. Dan waktu menjawabnya.

Begitu juga ketika saya dan beberapa teman bertanya kepada Anis Matta tentang pendirian partai baru, Anis Matta menjawab dengan lugas, percaya diri dan penuh keyakinan. Dan hari ini waktu menjawabnya.

Dua figur dan dua persitiwa ini adalah pelajaran tentang keyakinan. Bagi kami sederhana saja, ketika Fahri Hamzah dan Anis Matta lugas, percaya diri dan yakin menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan menjawab semua keraguan publik, maka pada saat itulah orang akan yakin bahwa keputusan-keputusan dua orang ini adalah keputusan dengan keyakinan penuh. Semua pertanyaan dijawab dengan spontan dan lugas, kadangkala pertanyaan umum di jawab dengan jawaban detil dan terinci. Pertanyaan kemungkinan dijawab dengan jawaban prediksi masa depan,  pertanyaan keraguan dijawab dengan keyakinan. Sama sekali tidak menemukan jawaban yang ragu atau bias, semua dijawab dengan tuntas.

Perjalanan Fahri Hamzah terhadap kasus pemecatannya adalah perjalanan keyakinan dan kepercayaan diri terhadap kebenaran yang diyakininya. Konflik, bully, sidang-sidang pengadilan, pemboikotan, kampanye hitam dan banyak lagi peristiwa yang mengiringi tetap tidak membuat Fahri Hamzah goyah akan keyakinannya. Sampai diujung dia berjuang.

Begitu juga itu pula yang terjadi dengan Anis Matta. Fitnah, tuduhan, bully, pembunuhan karakter, bahkan pemutar-balikan fakta tidak membuat Anis Matta goyah dengan keyakinannya. Anis Matta pernah menyampaikan; “Pujian orang tidak membuat kita cepat masuk surga, dan hinaan orang juga tidak membuat kita cepat masuk neraka, kita harus fokus pada jalan dan kebenaran yang kita yakini.”

Bahkan Anis Matta pernah meyakinkan teman-teman seperjuangan disaat banyak keraguan menghampiri dengan menulis pesan;

“Dalam jenak-jenak begini, kita teguhkan hati kita.”

Pastikan kembali bahwa awal dan akhir dari semua ini adalah Allah Subhana wa Ta’ala, bahwa kejujuran kepada-Nyalah yang mendorong kita melangkah di jalan ini…

Bahwa kita akan terus berijtihad untuk melakukan jihad terbaik dengan ilham dari Allah Subhana wa Ta’ala…

Bahwa kita mungkin salah tapi keikhlasan, kejujuran dan ijtihad akan menjadi sebab bagi Allah mengilhami kita melangkah serta mengurangi bahkan menghilangkan efek dari kesalahan kita…

“Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita… Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah… Karena kita melangkah setelah istikharah..”

Bahkan pada tanggal 9 November 2019, dalam pidato pembukaan acara penandatanganan akte notaris partai, lagi-lagi Anis Matta menegaskan keyakinannya terhadap semua ikhtiar untuk mendirikan Partai Gelora Indonesia.

“Fokus dengan kebenaran yang diyakini, komitmen dan konsisten dengan peta jalan kita sendiri”, itu nasehat yang sering diulang-ulang Anis Matta untuk selalu menguatkan barisan Partai Gelora Indonesia.

Jalan ini adalah jalan keyakinan…

“Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita… Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah…Karena kita melangkah setelah istikharah.”

Tetapi jalan ini adalah jalan panjang…dibutuhkan komitmen, konsistensi dan kerja keras…

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At-Taubah 105)

@irfanenjo

19 Mei 2020/26 Ramadhan 1441H

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X