Category: Kegiatan

Mahfuz Sidik: Tren Kepemimpinan Anak Muda Tidak Hanya Terjadi di Indonesia, Tapi Terjadi Secara Global

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ingin memberikan kesadaran kolektif kepada masyarakat, bahwa sekarang sedang ada arus gelombang perubahan kepemimpinan di Indonesia.

Fenomena tersebut, tidak hanya terjadi pada kepemimpinan di tingkat nasional, tapi juga di daerah yang menandakan adanya lompatan besar proses perpindahan kepemimpinan dari generasi tua ke generasi muda.

“Saya kira kita sepakat, bahwa Pemilu 2024 ini bukan hanya satu prosesi demokrasi 5 tahunan saja, tapi juga punya makna strategis yang lebih penting, yaitu adanya proses transisi kepemimpinan,” kata Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal Partai Gelora dalam Gelora Talks dengan tema ‘Pilpres 2024: Gibran dan Fenomena Pemimpin Muda’, Rabu (27/12/2023) sore.

Menurut Mahfuz, ketika berbicara profil demokrasi di Indonesia, ada dua tren saat ini, yakni tren populasi dan tren pemilih muda.

Dimana 69 % penduduk Indonesia masuk kategori usia produktif dari usia 15-40 tahun. Kemudian dari 69 % tersebut, sekitar 66 juta berusia antara 0-14 tahun.

“Dalam jangka waktu 10-15 tahun ke depan, mereka akan menambah level piramid penduduk muda. Indonesia benar-benar akan mengalami bonus demografi,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Mahfuz, 52 % pemilih di Pemilu 2024 merupakan pemilih pemula dan pemilih muda yang berusia 17-40 tahun.

“Artinya, mayoritas pemilih pada Pemilu 2024 tersebut, adalah dua profil tadi. Dan hal ini juga ada korelasi dengan kepimpinan politik di daerah, nasional dan global,” katanya.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), ada 42 kepala daerah yang berusia di bawah 40 tahun dan ada 100 kepala daerah berusia antara 40-49 100.

“Jadi kalau kita total ada 142 kepala daerah yang usianya 50 tahun ke bawah. Sementara di legislatif, dari 580 anggota DPR RI hasil Pemilu 2019, ada 86 anggota DPR berusia 21-40 tahun, 165 anggota DPR RI yang berusia 41-50 tahun. Sehingga di legislatif sendiri lebih dari 40 % atau hampir 250 anggota DPR yang usianya 50 tahun ke bawah,” ujarnya.

Jika melihat data tersebut, maka kehadiran Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) merupakan fenomena atau tren sekarang, bukan merupakan linear yang terjadi begitu saja.

“Fenomena ini juga ada di banyak negara, munculnya pemimpin muda mulai dari Presiden, Perdana Menteri yang usia di bawah 40 tahun. Dan ada 33 negara yang memiliki regulasi yang mengatur syarat minimal untuk maju sebagai kepala negara, adalah 35 tahun,” ungkapnya.

Dengan demikian, kata Mahfuz, tren kehadiran pemimpin muda itu, tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi juga fenomena secara global.

“Saya mau sharing pengalaman di lapangan, saya sudah 4 kali ikut Pemilu, ketika saya dan teman-teman di dapil mau pasang spanduk khusus bertema pemimpin muda. Banyak warga yang datang, bukan karena keberatan, tapi justru meminta spanduk untuk dipasang di rumah mereka. Jadi masyarakat sangat antusias dalam menyosong kehadiran pemimpin muda di 2024,” katanya.

Layak Bersanding

Sementara itu, Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran Mulya Amri mengomentari soal penampilan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat kemarin, yang dinilainya luar biasa.

“Ini merupakan surprise, ketika banyak yang underestime terhadap penampilan Mas Gibran. Justru menunjukkan, Mas Gibran sanggup dan layak bersanding dengan para cawapres lainnya yang lebih senior,” kata Mulya Amri.

Ia mengatakan, Gibran tidak hanya sekedar hadir dan tampil saja, tapi juga menguasai semua materi debat, mulai dari persoalan hukum dan HAM, sosial dan ekonomi. Artinya, berbagai topik dikuasai oleh Wali Kota Solo itu.

“Mas Gibran tidak sekedar mengimbangi, tapi juga memberi warna dan memikat hati kepada pemirsa dan pemilih, tapi beliau benar-benar menguasai materi debat,” katanya.

Selain itu, lanjut Mulya, satu hal yang menjadi kekuatan Gibran dalam debat cawapres kemarin adalah sikap hangatnya menyapa anak muda.

“Ketika anak muda menyapa anak muda itu terdengar otentik. Dan Terbukti Mas Gibran yang paling baik bicara tentang masa depan, tidak seperti cawapres lainnya,” jelas Mulya.

Sedangkan Komandan Tim Fanta TKN Prabowo-Gibran Arief Rosyid mengatakan, kemenangan pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, tidak hanya kemenangan seluruh rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi kemenangan anak muda.

“Ini adalah pasangan kombinasi yang sempurna, antara generasi senior dan generasi junior. Prabowo-Gibran memperjuangkan peran anak muda, dan akan dipastikan jumlah anak muda di ruang-ruang publik semakin bertambah terus,” kata Arief.

Ketua Umum KNPI Ryano Panjaitan menilai, pasangan Prabowo-Gibran yang paling komitmen melanjutkan kemajuan pembangunan yang telah dicapai Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari sisi investasi dan pembangunan di daerah.

“Di era Pak Jokowi , kemajuan yang sudah dialami dari sisi ekonomi, terutama pemerataan investrasi di luar pulau Jawa sudah mencapai 53 persen, dari tadinya 35 persen. Dan hanya Pak Prabowo yang betu-betul berkomitmen melanjutkan apa yang dilakukan Pak Jokowi, terutama hilirisasi,” kata Ryano.

Prabowo, kata Ryano, berjanji akan melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi untuk melawan organisasi perdagangan dunia (WTO), karena dianggap semena terhadap Indonesia selaku pemilik sumber daya alam.

“Pak Prabowo adalah pemimpin yang tegas, berani dan tidak gampang didekte sama siapapun, apalagi orang asing. Besar harapan kami agar anak-anak muda mendukung Prabowo-Gibran, selain akan menurunkan stunting, juga akan meningkatkan kecerdasan anak muda. Hanya Prabowo yang konsen dengan pemuda,” pungkasnya.

Fahri Hamzah Berikan Catatan Kecil Mengenai Pentingnya Pileg Kali ini, Simak!

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menilai pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 kali ini sangat penting, sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih.

Ia memberikan cacatan kecil agar bisa membuka wawasan dan pengetahuan semua pihak mengenai pentingnya Pileg kali ini, bukan hanya pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres).

“Kali ini kita memang melihat ada krisis besar akibat kekeliruan yang massal terkait fungsi dan kedudukan legislatif di antara cabang-cabang kekuasaan yang lain,” kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Rabu (27/12/2023).

Menurut Fahri, partai politik (parpol) sendiri sebagai suplier politisi juga salah sangka atas fungsi legislasi. Ditambah oleh adanya pemilu serentak, makin sulitlah dibedakan.

“Kekeliruan cara kerja legislatif, dimulai dari bagaimana mereka memperkenalkan diri sebagai calon anggota legislatif. Kebanyakan mereka masih menghadapi rakyat dengan janji akan membawa program-program eksekutif,” katanya.

Mereka, kata Fahri, tidak pernah berjanji untuk memperbaiki kualitas legislasi, anggaran dan pengawasan kepada lembaga lembaga negara lainnya.

“Maka dengan janji semacam itu, rakyat pun menangkap bahwa tidak ada bedanya antara memilih anggota legislatif dan anggota eksekutif (bupati, walikota, gubernur dan presiden). Intinya adalah mereka yang akan membawa proyek proyek ke kampung halaman mereka,” katanya.

Lalu, apa yang terjadi setelah itu? Karena komunikasinya salah sejak awal maka kesalahan ini, dikompensasi dengan materi.

“Rakyat melihat bahwa memilih anggota legislatif seperti akan memilih pimpro proyek-proyek pemerintah. Maka layaklah kalau mereka diminta bayar di depan,” ujarnya.

Di sisi lain, para calon anggota legislatif (caleg) pun berpikir yang sama. Mereka sudah tahu bahwa menjadi anggota legislatif nanti tidak lain, adalah para petugas yang mendeliver apa yang mereka sebut sebagai bantuan ssosial (bansos), aspirasi dan proyek kepada rakyat yang akhirnya membuka ruang kongkalikong dengan eksekutif yang makin parah.

“Di sinilah kita melihat secara kasat mata hilangnya fungsi perencanaan, pengaturan, penganggaran dan pengawasan sekaligus yang menghancurkan seluruh sendi dari penyelenggaraan negara. Sebab akhirnya perencanaan dan penganggaran itu se-mau-maunya eksekutif dan pengawasan tidak perlu dikhawatirkan oleh eksekutif,” kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini

Karena itu, Partai Gelora lahir untuk memperbaiki sistematika kerja seperti ini yang sudah kacau sejak awal.

“Fungsi legislatif sebagai pengendali perencanaan penganggaran dan pengawasan harus diperkuat sehingga apapun yang dilaksanakan oleh pemerintah akan semakin sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tegasnya.

Selanjutnya, segala anggaran yang direncanakan untuk dibelanjakan akan betul-betul bagian dari ketelitian untuk menggunakan setiap rupiah anggaran negara yang akhirnya sebagai pengawas legislatif akan memeriksa rupiah demi rupiah yang digunakan dalam penyelenggaraan negara.

Hanya dengan cara in, lanjut Fahri, kita bisa mengembalikan penyelenggaraan negara yang benar.

“Dan untuk itulah partai Gelora berdiri karena kami ingin negara ini kembali diselenggarakan dengan konsep penyelenggaraan negara yang benar,” katanya.

Fahar berharap agar seluruh rakyat Indonesia membantu dan mendukung usaha Partai Gelora agar bisa menjadi bagian dari penyelenggaraan negara mulai tahun depan.

“Karena kami berjanji, kami ingin membalikkan kembali fungsi fungsi cabang cabang kekuasaan secara efektif,” ujarnya.

Sekali lagi, menurutnya, hanya dengan ini cara memperbaiki negara ini. Yakni kembalikan fungsi Trias Politika sebagaimana seharusnya dan peliharalah keterbukaan serta kebebasan umum untuk mengetahui bagaimana negara dijalankan.

Legislatif, lanjut dia, adalah pembawa peran terpenting dalam menjaga agar negara dan pemerintah berada di jalan yang benar. Jangan lupakan Pemilu Legislatif kali ini, karena legislatif harus dipulihkan kembali.

“Tanggal 14 Februari 2024 adalah tanggal terpenting negara kita. Sekali lagi mohon Bantu dan doakan Partai Gelora bisa hadir menperbaiki keadaan,” pungkasnya.

Dengan Jadi Negara Superpower Baru, Anis Matta: Indonesia Bisa Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Dunia

Partaigelora.id-Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, bahwa Indonesia bisa menjadi rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh dunia, jika Indonesia sebagai negara Superpower.

“Sebab, dari semua negara-negara adidaya dunia, hanya kaum muslimin yang tidak terdaftar dan tidak masuk sebagai negara adikuasa atau negara adidaya,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Selasa (26/12/2023).

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam program Anis Matta Menjawab Episode 26 dengan tema ‘Bagaimana Memperjuangkan Agenda Umat Dalam Politik?’ yang telah tayang di kanal YouTube Gelora TV pada Senin (25/12/2023) malam.

Program Anis Matta Menjawab ini, dipandu Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Komunikasi Organisasi DPN Partai Gelora Dedy Miing Gumelar yang juga Caleg DPR RI Dapil Jabar VI Bekasi dan Depok.

Menurut Anis Matta, negara-negara Islam harus menjadi negara adidaya, karena memiliki seluruh sumber daya alam seperti minyak, nikel, emas dan lain-lain.

Namun, sumber daya alam tersebut, ternyata tidak menjadikan karunia bagi Islam memimpin dunia, malah jadi bangsa yang dijajah negara lain.

“Nah, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia punya potensi menjadi negara adidaya. Selain jumlah populasinya besar, juga memiliki sumber daya alam yang besar,” katanya.

Artinya, Indonesia tinggal meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang teknologi dan ekonomi.

“Syarat untuk menjadi negara adidaya, itu adalah punya kekuatan militer, kekuatan ekonomi dan budayanya, Indonesia bisa menebarkan rahmat kepada seluruh dunia, jika menjadi negara adidaya. Hal itu akan terjadi, jika menjadikan indonesia sebagai negara Superpower,” katanya.

Karena itu, Anis Matta menegaskan, bahwa Partai Gelora dan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memberikan fokus yang sangat kuat pada peningkatan sumberdaya manusia Indonesia.

“Makanya kenapa kita punya program memberikan bantuan gizi, makan siang gratis di sekolah dari SD sampai SMA dengan sistem fullday dan dilanjutkan kuliah gratis, sehingga nantinya akan tercipta generasi yang unggul di masa yang akan datang,” katanya.

Politisi senior Partai Gelora Deddy Mizwar yang lebih dikenal sebagai Jenderal Naga Bonar mengatakan, impian untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Superpower baru itu bukan mengada-ada, tetapi memang sedang dipersiapkan.

“Jadi apa yang disampaikan Pak Anis Matta, Partai Gelora mencoba untuk menterjemahkan impian kita menjadi negara Superpower, bukan dengan mengada-ada,” kata Deddy Mizwar, yang juga Ketua Bidang Seni Budaya & Ekraf DPN Partai Gelora ini.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menambahkan, upaya Prabowo Subianto untuk mewujudkan Indonesia Superpower itu, dilakukannya dengan cara politik jalan tengah, yakni merangkul semua pihak agar tercipta persatuan dan kesatuan bangsa.

“Bangsa ini jangan terus menerus menggunakan ekstrem kanan, ektrem kiri untuk berpecah belah. Karena di kiri ada penanggoknya, di kanan kita pecah. Kita harus jadi kekuatan tengah, yang moderat. Partai Gelora akan terus mengkonsolidasikan kekuatan kelompok tengah,” kata Fahri Hamzah.

Anis Matta mengatakan, persatuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melalui rekonsiliansi nasional terbukti telah menjadi berkah bagi Indonesia.

“Indonesia bisa melalui Covid-19, ekonomi Indonesia relatif stabil dibanding negara lain di saat krisis global sekarang. Itu artinya apa, rekonsiliasi nasional menjadi berkah bagi Indonesia,” tegas Anis Matta.

Rekonsiliasi nasional tersebut, lanjut Anis Matta, saat ini dilanjutkan oleh pasangan Prabowo-Gibran. Pasangan inilah yang bisa melalui tahapan krisis global berlarut dalam tiga tahun mendatang yang akan mencapai puncaknya.

“Prabowo-Gibran akan membawa Indonesia keluar dari puncak krisis. Itu semua tercipta, kalau rekonsiliasi nasional dilanjutkan, dan yang jadi Presiden Pak Prabowo. Rekonsiliasi nasional sudah terbukti menjadi berkah Indonesia. Jika Indonesia menjadi Superpower baru akan menjadi rahmat bagi seluruh dunia, dan tidak ada lagi saudara-saudara kita sesama muslim seperti Palestina yang dijajah dan dibantai Israel setiap hari di depan mata kita, tanpa kita bisa berbuat apa-apa,” pungkasnya.

Fahri Hamzah Ajak Rakyat Aklamasi Pilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Partaigelora.id – Menjelang akhir tahun 2023 dan memasuki awal tahun baru 2024, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengajak rakyat Indonesia untuk membulatkan tekad, serta memantapkan hati mendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Fahri, memang ini waktunya bagi Prabowo-Gibran untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia. Karena itu, seluruh rakyat Indonesia secara aklamasi memilih Prabowo-Gibran di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

“Sekali putaran saja, 50 hari lagi. Tuntaskan transisi ini untuk memasuki Indonesia Emas 2045. Ini saatnya negeri kita. Ayo sahabat, ajak semua kerabat menjemput martabat!” seru Fahri Hamzah dalam keterangan persnya, Senina (25/12/2023).

Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 itu, menyampaikan alasan kenapa Prabowo-Gibran yang harus dipilih, karena sangat pantas menjadi presiden dan wakil presiden (wapres) di 2024.

Sebab, karena hanya paslon nomor urut 02 yang sejak awal mempunyai konsep jelas tentang arah masa depan bangsa Indonesia.

“Prabowo-Gibran, bukan hanya akan melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi sebelumnya, tetapi juga akan melengkapi dan menyempurnakan program-program pembangunan yang sudah ada, salah satunya melanjutkan mega proyek Ibu Kota Negara (IKN),” sebut Fahri yang juga menggaungkan Tagar #AklamasiPrabowoGibran Jelang 2024.

Sementara konsep yang disampaikan dua paslon lainnya, yakni paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskanda dan nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Fahri menyebut kalau konsep awal yang mereka bawa salah. Sehingga rakyat tidak mungkin memilih yang sejak awal salah konsep.

“Bahkan kesalahan konsep dari paslon nomor urut 01, dipertahankan sampai sekarang. Bilang perubahan atau opposisi, tapi masih aja nyambi jadi penguasa. Ya salah itu kontradiksi. Ini ganjil rakyat nggak bisa!” sindir Fahri.

Termasuk paslon nomor urut 03 dan partai pengusung utamanya, PDIP, menurut Fahri amat sangat aneh, karena selama 9 tahun selalu memuji dan bertekad ingin melanjutkan program pemerintahan sekarang ini, tapi diujung malah ngomel-ngomel.

“Capresnya jadi bingung mau ngapain? Dia juga dari awal disuruh-surih aja kok. Lah cawapres-nya menteri yang 4 tahun puji-puji bosnya (Presiden Jokowi) kemana-mana, terus sekarang masih ngomel? Kan rakyat bingung!” katanya lagi.

Karena kesalahan konsep dua paslon 01 dan 03 tersebut, menurut Fahri menjadi serius kalau rakyat pada akhirnya akan memilih paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, karena terlalu kuat argumennya.

Dan ini yang menjadi kayakinannya, kalau Pilpres 2024 akan berlangsung sekali putaran, mengingat rakyat mustahil milih pemimpin negara yang konsep awalnya sampai sekarang membingungkan.

“Rakyat itu perlu kemantapan sebagai jaminan masa depannya. Jadi, mohon maaf kalau teman-teman emosi dengan fakta ini. Masalahnya, yang 01 dan 03 tidak mau perbaiki posisinya yang salah sejak awal,” ujar Fahri seraya menambahkan, belajar dari politik NKRI ini, memang kalau sejak awal persepsi yang dibangun salah, maka seterusnya salah.

Kecuali, kata Fahri, ada keberanian untuk berubah! Makanya, ia mengajak semua rakyat aklamasi pilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, karena yang dua paslon lainnya tidak ada juga alasan yang kuat dan mendasar.

“Kalau mereka sekedar obat kecewa, sayang sekali. Jangan pertaruhkan masa depan, Kali ini kita kompak menatap Indonesia Emas 2045. Ini giliran Indonesia!” tutup Caleg DPR RI Partai Gelora Indonesia dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut.

Partai Gelora Luncurkan Program Peduli Petani dan Bagikan Pupuk Cair Gratis di Jember

Partaigelora.id – Endy Junaedy Kuniawan, calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dari daerah pemilihan (Dapil) IV Jawa Timur meliputi Kabupaten Jember dan Lumajang, meluncurkan program ‘Gelora Peduli Petani’.

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bedadung, Kecamatan Pakusari, Jember, Jawa Timur pada Minggu (24/12/2023) siang, bersama caleg DPRD Provinsi Jawa Timur, serta DPRD Kabupaten Jember dan Lumajang.

“Program Gelora Peduli Petani ini befokus untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengembangkan kreativitas petani dalam mengolah lahannya, di mana Jember juga dikenal sebagai lumbung pangan,” kata Endy Kurniawan dalam keterangannya, Senin (25/12/2023).

Menurut Endy, kegiatan dimulai dengan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kualitas pertanian. Salah satunya membagikan tips pengaplikasian pupuk cair pelengkap G-7, yang merupakan hasil temuan dari seorang kader Partai Gelora di kabupaten setempat bernama Aris.

Pupuk cair G-7 diyakini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Bahkan hingga berkali lipat apabila digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

“Satu botol formula ajaib ini bisa digunakan untuk satu hektar, Sehingga dapat membantu petani untuk meningkatkan hasil tanamnya, bahkan memperbaiki produksi dari gagal panen yang sering dialami petani,” katanya.

Endy mengatakan, pupuk cair G7 ini ada dua jenis, yakni pupuk cair generatif dan pupuk cair vegetatif. Nantinya, melalui program ‘Gelora Peduli Petani’ ini, Partai Gelora akan melakukan pendampingan pelatihan penggunaan pupuk cair G7 yang benar, terutama pupuk cair pelengkap..

Selain itu, Endy mengatakan, Partai Gelora juga mendistribusikan pupuk cair G-7 kepada para petani setempat. Selanjutnya Partai Gelora juga membentuk Relawan Petani Gelora yang terdiri dari pemilik maupun pekerja lahan untuk kepentingan penyuluhan dan pelatihan.

“Kita akan dampingi terus para petani agar dapat mengoptimalkan hasil pertaniannya,” tegas Endy Kurniawan, caleg Partai Gelora dapil IV Jawa Timur ini.

Endy menambahkan, program ‘Gelora Peduli Petani ini’ sangat tepat dilakukan untuk para petani, terutama di Jember dan Lumajang yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional.

“Jadi program seperti ini adalah program lokal sesuai kebutuhan masyarakat Jember dan sekitarnya,” pungkas Ketua Bidang Rekruitmen Anggota DPN Partai Gelora ini.

Soal Debat Perdana Cawapres, Ini Kata Anis Matta dan Fahri Hamzah: Gibran Top!

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Gelora Indonesia, Anis Matta, mengatakan, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, menguasai panggung debat cawapres pada Jumat (22/12/2023) malam.

Gibran dinilai lebih menguasai panggung ketimbang dua lawannya yakni cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.

“Mas Gibran unggul dalam penguasaan panggung. Mas Gibran sangat percaya diri, karena kekuatannya adalah dia Wali Kota Solo. Sehingga setiap narasi yang disampaikan fokus pada kinerja,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (23/12/2023).

Menurut Anis Matta, debat cawapres semalam merupakan adu gagasan antara tiga generasi. Mahfud yang lahir tahun 1957 mewakili generasi baby boomers.

Lalu, Muhaimin yang lahir tahun 1966 mewakili generasi X. Sedangkan Gibran yang lahir tahun 1987 merupakan generasi milenial.

Anis Matta yang menyaksikan acara debat tersebut secara langsung, menilai, gagasan dan ide ketiga cawapres dalam debat mencerminkan masing-masing generasi. “Perspektif mereka menandai generasi yang mereka wakili masing-masing,” katanya.

Secara umum, kata Anis Matta, pertanyaan yang disampaikan panelis dalam debat tidak menciptakan perbedaan pandangan yang tajam di antara ketiga cawapres.

Namun, jawaban masing-masing cawapres menunjukkan penguasaan yang berbeda terhadap suatu persoalan. Lagi-lagi, Anis Matta mengeklaim, Gibran unggul dalam hal ini.

“Mereka berbeda pada penguasaan detil, pengalaman mikro Mas Gibran di Solo membuatnya lebih unggul dalam sisi itu. Makanya sejak awal saya tidak terlalu kwatir dengan debat ini, karena ini menjadi fokus Mas Gibran,” katanya.

Jika ada penilaian yang meragukan figur Gibran sebagai Cawapres itu hak berpendapat dalam demokrasi. Namun, yang menjadi nilai lebih pada sosok Cawapres nomor urut dua ini yaitu pengalaman sebagai pemimpin daerah.

“Saya tidak menyalahkan orang-orang yang meragukan beliau, karena orang berpikir kurang pengalaman, masih muda, tapi dua Cawapres yang lain ini Pak Mahfud dan Pak Muhaimin tidak pernah memegang atau pimpin pemerintahan daerah,” kata dia.

Dia menyebut, Gibran mempunyai approval ranking atau peringkat persetujuan terhadap hasil kinerja selama menjabat sebagai Wali Kota Solo. Hal itu dilihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

“Kalau kita lihat Mas Gibran punya approval rangking yang sangat bagus, ekonomi di Solo pertumbuhannya relatif bagus dalam menguasai kepemimpinan di daerah,” katanya.

Kagum pada Gibran

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi cawapres dari calon presiden (capres) Prabowo Subianto.

Kekaguman itu kian mantap setelah menyaksikan performa Gibran dalam debat perdana cawapres dimana Gibran berada dalam satu panggung bersama para senior, Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar.

Fahri menilai performa Gibran dalam debat perdana cawapres yang digelar di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat (22/12/2023) malam itu, sangat memukau.

Ia mengaku menyaksikan ada sinar yang terang, dari seorang anak muda yang diragukan dan dianggap remeh tapi tampil dengan penuh keyakinan dan kemantapan hati.

Fahri menilai tidak mudah tampil di antara orang-orang yang menganggap dirinya senior dan selama ini langsung atau tidak telah secara sesumbar menganggap remeh dan kemampuan Gibran untuk menganalisa dan menjawab persoalan.

Ia sendiri mengaku tidak bisa hadir menyaksikan debat tersebut secara langsung, karena sedang melakukan konsolidasi Partai Gelora di daerah. Fahri menyaksikan debat cawapres itu dari televisi bersama kader Partai Gelora.

Namun, pada malam debat itu, Fahri menyebut Gibran tidak saja menjawab semua pertanyaan mereka tetapi menjelaskannya kepada Indonesia dan membela kaum muda.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini berharap agar berhenti menganggap remeh anak muda dan berhenti menggunakan politik sebagai cara untuk menghambat kaum muda untuk mengambil peran yang lebih besar.

“Aku bangga denganmu mas, karena semalam kau telah mendudukan satu perkara tentang masa depan bangsa ini yang akan dititipkan kepada generasi mu,” katanya.

“Aku bangga karena engkau menegakkan kepala semua orang bahwa bangsa ini akan melahirkan beribu ribu pemimpin baru,” imbuhnya.

Fahri Hamzah berharap Gibran terus belajar dan rendah hati. “Karena musuh kita bukan orang yang meragukan kita tapi keraguan yang ada dalam diri kita,” pungkasnya.

Fahri juga secara khusus menulis surat untuk Gibran di akun X pribadinya @Fahrihamzah. Fahri menyebut dirinya sebagai Samsul, adik kelas Gibran dalam cuitannya di X, Sabtu (23/12/2023).

Anis Matta: Kita Harus Punya Kedewasaan dalam Kesadaran Berbangsa

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menyoroti dua isu penting yang kerap muncul di tiap gelaran pemilihan umum (Pemilu). Yakni isu keumatan dan isu kebangsaan yang selalu dipertentangkan.

Meski situasi sekarang dirasa jauh lebih tenang dan lebih kondusif, namun kondisi Pilpres 2024 tetap ada bibit ketegangan yang bisa mengancam disintegrasi bangsa.

“Sebenarnya semangat kebangsaan dan keumatan ini tidak perlu kita polarisasi. Kita bisa menyatukannya, kalau kita punya kedewasaan kesadaran berbangsa,” kata Anis Matta dalam Gelora Talks bertajuk ‘Pilpres 2024: Menyatukan Semangat Keumatan dan Kebangsaan’, Rabu (20/12/2023) sore.

Diskusi yang dipandu Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gelora Dedi Miing Gumelar ini, dihadiri Tokoh Nasional Agum Gumelar dan Pakar Komunikasi Effendi Gazali sebagai narasumber.

“Jadi disinilah peran para tokoh sesepuh bangsa seperti Pak Agum Gumelar ini, memposisikan dirinya sebagai pemersatu bangsa. Karena konsep mereka memang untuk memastikan bagaimana bangsa ini agar on the track,” katanya.

Hal ini menurutnya, menjadi kata kunci dalam kesatuan dan keutuhan sebagai bangsa. Anis Matta menilai pembelahan di kanan, kiri dan tengah merupakan warisan politik jauh sebelum Indonesia merdeka.

“Warisan pembelahan ini diperkuat lagi di zaman Orde Baru, karena partai-partai kanan dilebur menjadi satu, PPP. Sedangkan yang kiri dilebur menjadi PDIP, dan tengah ada Golkar,” katanya.

Persoalan fundamental yang harus diselesaikan dalam jangka menengah dan jangka panjang terkait pembelahan, adalah masalah polarisasi politik. Polarisasi terjadi, pada dasarnya karena tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah.

“Tapi kalau kita lihat dalam masyarakat yang berpendidikan tinggi, rata-rata masyarakatnya lebih toleran, karena mungkin orangnya lebih sejahtera,” katanya.

Karena itu, kata Anis Matta, masalah pendidikan dan kesejahteraan menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Agar dapat memiliki masyarakat yang berpengetahuan dan sejahtera penduduknya secara ekonomi.

“Kalau kualitas masyarakat ada pada sisi pendidikan dan sisi kesejahteraannya sudah kita perbaiki, mungkin masyarakat tidak akan terlalu gampang lagi dipolarisasi dan akan mengedepankan semangat kebangsaan,” katanya.

Selain itu, Ketua Umum Partai Gelora ini, memberikan catatan mengenai perbaikan sistem Pemilu yang bisa menyerap identitas atau keragaman di masyarakat, misalkan dengan menghilangkan threshold atau ambang batas.

“Dengan perbaikan sistem ini, supaya energi kita semuanya tersalurkan, semua orang puas dengan pilihan-pilihanya, walaupun tidak akan mencapai tujuannya. Tapi paling tidak akan menjaga kita semua sebagai bangsa,” katanya.

Catatan lainnya adalah mengenai perdebatan soal batas usia capres/cawapres 35 tahun. Hal ini perlu menjadi diskursus dan bahasan ke depan, dimana apa yang sebenarnya menjadi dasar penetapan batas usia tersebut.

“Menarik juga kalau kita bongkar, karena di dalam Islam hanya dikenal soal batas usia, sebelum baligh dan setelah baligh. Begitu orang mencapai baligh, dia punya hak seluruhnya. Kalau di kita gampangnya sudah 17 tahun, itu sudah punya hak memilih dan dipilih. Ini masalah filosofi yang harus kita bahas,” katanya.

Jauh Lebih Konsdusif

Sementara itu, Tokoh Nasional Agum Gumelar mengatakan, untuk menyelesaikan masalah keumatan dan kebangsaan diperlukan kesepakatan yang mendasar tentang kebersamaan kita sebagai bangsa.

“Ada tonggak sejarah yang bisa kita lihat, dimana Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 1945. Setelah itu, para pejuang kemerdekaan mencari kebersamaan bersama setelah kita merdeka,” kata Agum Gumelar.

Yakni mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan Pancasila sebagai alat pemersatu. Sehingga ketika ada upaya untuk mengganti Pancasila dengan paham lain, harus diluruskan karena tidak menghargai para pejuang kemerdekaan.

“Janganlah Pancasila ini dipermasalahkan lagi dan dikatakan tidak perlu kebersamaan. Butir-butir Pancasila itu harus dimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Ketua Umum DPP Pebabri ini mengatakan, dua masalah keumatan dan kebangsaan ini akan selalu muncul terutama di dalam momen-momen bangsa seperti Pilpres.

“Kita harus menentukan satu langkah ke depan yang lebih kreatif, karena Pilpres 2019 lalu, adalah Pilpres yang sangat tidak kondusif, membuat masyarakat dan bangsa ini terpecah dan terpolarisasi,” katanya.

Kegaduhan-kegaduhan selama ini, sebaiknya diakhiri dan mulai kembali merajut persatuan. Kemudian menyongsong Pemilu 2024 dengan semangat persatuan, menjadikan pemilu sekarang lebih kondusif dan demokratis.

Menurut Agum, ada tiga unsur utama yang berperan menjaga agar Pemilu 2024 lebih kondusif. Pertama adalah partai politik (parpol) yang menciptakan kaderisasi dan koalisi-koalisi. Dimana lebih dewasa dalam menentukan calon dan membaca aspirasi rakyat.

“Unsur kedua adalah KPU sebagai penyelenggara Pemilu. Kita berharap agar KPU lebih profesional, lebih netral dan tidak berpihak,” kata Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas ini.

Unsur ketiga, kata Agum, adalah rakyat pemilih punya kewajiban moral untuk mendewasakan dalam proses berdemokrasi. Berbeda pilihan itu merupakan hal wajar, dan sifatnya adalah sementara.

“Dan ini harus berakhir ketika Pilpres selesai, begitu selesai tidak ada perbedaan lagi. Hormati apapun yang menjadi keputusan demokrasi, realita politiknya. Itulah sikap dewasa yang harus kita tonjolkan, Insya Allah Pemilu 2024 tidak akan separah 2019. Itu harapan kami,” katanya.

Namun, Agum berharap agar rakyat Indonesia dalam memilih pemimpin di 2024, hendaknya memperhatikan kriteria capres yang kecintaannya kepada NKRI tidak diragukan.

Lalu, punya tekad kuat melanjutkan pembangunan yang baik dilakukan pendahulunya, dan meninggalkan yang tidak baik tanpa caci maki.

“Kemudian seseorang yang berani meminimalisir kegaduhan-kegaduhan agar pembangunan bisa berjalan sesuai harapan rakyat, dan Indonesia menjadi negara maju, negara adidaya seperti yang diharapkan Partai Gelora,” pungkas Agum.

Tidak Perlu Threshold

Sedangkan Pakar Komunikasi Effendi Gazali mengatakan, untuk menyatukan semangat keumatan dan kebangsaan, sudah sepatutnya menghilangkan threshold atau ambang batas pemilihan presiden dalam Pemilu Serentak.

“Sehingga orang tidak perlu masuk dalam tanda petik, melakukan manipulasi terhadap dirinya sendiri, pemilih, KPU, serta sikap-sikap kita sebelum dan sesudah Pemilu,” katanya.

Ketika semua kelompok di masyarakat dan partai diberikan kebebasan untuk mengajukan calon presidennya. Jika acuannya berdasarkan Pemilu 2019, maka semuanya boleh, partai atau gabungan partai bisa mengajukan capresnya, serta tidak menutup kemungkinan partai baru mengajukan capres juga.

“Saya tidak berkeberatan Mas Gibran jadi cawapres, tapi kalau MK dulu mengabulkan gugatan kita tidak ada threshold, maka yang muncul orang bisa milih. Dan dasar kita adalah 17 tahun, sudah bisa dipilih dan memilih, bukan dasar 35 atau 40 tahun,” katanya.

Usulan yang disampaikannya ini adalah bentuk pendekatan sistemik dengan memberikan kebebasan semua parpol bisa mengusung calon. Sebab, dampak pembelahan dari pemberlakuan threshold bisa merusak pertemanan, keluarga dan lain-lain.

“Dibuka dulu sesuai dengan UUD kita, sehingga nggak banyak yang seperti sekarang. Ketika kalah dia, maka mau tak mau mendukung calon lain di putaran kedua. Dan yang terpenting, presiden yang diusung tidak meninggalkan partai pengusung atau karena ingin dengan partai yang lain,” katanya.

Selain itu, Effendi juga mengusulkan agar mekanisme Pemilu Serentak juga diubah menjadi dua kali, Pemilu Serentak nasional dan daerah.

Pemilu Serentak nasional digelar untuk Pemilu Legislatif (Pileg) DPR dan DPD, serta Pilpres. Sementara Pemilu Serentak daerah untuk memilih Pileg Anggota DPRD I dan II, serta Pilkada.

“Jadi sekarang kita berada dalam pilihan-pilihan seperti ini, karena memang tidak ada pilihan. Sehingga ketika ada tokoh yang dianggap ekstrem kiri dan ekstrem kanan dalam konteks kebangsaan dan keumatan, maka mereka menggunakan ceruk-ceruk yang ada,” tegasnya.

Fahri Hamzah : Agenda Umat Islam di 2024 adalah Menang

Partaigelora.id – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, agenda umat Islam pada 14 Pebruari 2024 mendatang, adalah pertama adalah bersatu dan kedua menang.

“Kita harus mengkonsolidasi kekuatan umat, untuk kembali menyadari bahwa agenda terpenting adalah bersatu dan menang. Jangan ikut agenda orang lain,” kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023).

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat Bincang Keumatan dengan tokoh se-Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta di Hotel Hotel Holiday Inn, Jababeka, Cikarang Utara, Sabtu (16/12/2023) lalu.

Menurut Fahri Hamzah, agenda keumatan dan agenda kebangsaan adalah sama, yakni bersatu dan menang. Sehingga ia meminta kelompok ekstrem kanan dan eskstrem kini bersatu di tengah.

“Agenda umat itu, adalah bayi yang lahir jangan kurang gizi, anak-anak bersekolah gratis sampai kuliah. Lalu, militer kita kuat dan negara kita kuat,” katanya.

Jika militer dan negara Indonesia kuat, maka kata Fahri, Indonesia harus menjadi superpower baru agar bisa duduk sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang memiliki hak veto.

“Ini kita perlukan untuk menghajar kezaliman kepada umat di seluruh dunia. Kita bisa bantu Rohingya, kita bisa bantu Palestina. Kalau sekarang cuma protes itu, iya bagus. Tapi itu selemah-lemahnya iman,” katanya.

Sehingga Pemilu 2024, lanjut Fahri, harus menjadi pintu masuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa maju secara militer dan negara kuat secara ekonomi melalui agenda keumatan dan kebangsaan tersebut.

“Kita harus luruskan pemahaman ini dan terjun ke basis-basis umat, bahwa agenda kita itu harus bersatu dan menang, bukan ikut agenda orang lain,” ujarnya.

Dengan bantuan gizi ibu hamil, sekolah dan kuliah gratis, menurut Fahri, generasi Indonesia akan memiliki otak kuat untuk memikirkan strategi-strategi yang rumit.

“Sedangkan untuk ekonomi rakyat, kita akan mengucurkan anggaran Rp 400-500 triliun yang ekonominya berbasis kepada kegiatan ekonomi rakyat,” katanya.

Fahri mengkritik ada partai yang tiba-tiba mengaku sebagai partai umat dan mengkonsolidasikan kekuatan umat Islam.

“Gara-gara partai ini, Partai Gelora tidak jadi partainya umat. Padahal Partai Gelora, ketua umumnya mengerti Al-Qur’an, mengerti hadist, seorang ulama dan alumni pesantren. Kok ada partai yang ngusung calon presiden dari kanan, tiba-tiba ngaku-ngaku jadi partainya umat,” katanya.

Fahri menegaskan, agenda keumatan tidak bisa diserahkan kepada partai tersebut. Karena partai itu, tidak mengerti dan serius untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam. Ia menilai umat Islam hanya dijadikan kendaraan politik partai tersebut.

“Saya ingin sampaikan supaya ini clear, karena umat sedang dikomporin orang-orang tertentu. Masa Viktor Laiskodat umat, Johnny G Plate umat, sejak kapan jadi umat. Agenda keumatan itu, tidak bisa diserahkan kepada orang-orang yang tidak pernah serius,” tegasnya.

Fahri mengungkapkan, Prabowo Subianto sejak zaman Orde Baru (Orba) telah membela umat Islam. Yakni dengan mendorong adanya dialog antara sipil dan militer melalui yayasan, serta lembaga studi yang dibentuk.

“Sampai-sampai Pak Prabowo punya panggilan di sekitar teman-temannya dengan panggilan Umar. Karena dia diberi gelar sebagai Umar Bin Khattab, berani membela mereka yang didzalimi,” katanya.

Karena memiliki kedekatan dengan umat Islam ini, kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019, Prabowo sengaja dikorbankan ketika Orde Baru runtuh, karena dianggap memiliki agenda lain, yakni memperjuangkan eksistensi umat Islam.

“Jadi Pak Prabowo ini dianggap punya agenda lain, membuka diri dengan kalangan umat. Sikap Prabowo ini didukung Pak Harto (Presiden Suharto). Makanya Pak Harto berubah, pakai nama Haji Muhammad Soeharto, dan kemudian merestui pendirian ICMI yang diketuai Professor BJ Habibie, serta mendirikan Bank Muamalat Indonesia,” ungkapnya.

Jadi, menurutnya, kejatuhan Soeharto juga dipicu adanya perubahan sikap penguasa Orba itu yang dianggap membuka diri dengan kalangan umat Islam. Hal itu tidak disukai oleh kelompok tertentu ketika itu.

“Soeharto merestui usulan Prabowo untuk membuka diri dan dialog kalangan umat Islam. Ini sebenarnya bagus, ada model dialog antara Islam dan militer. Kita sebagai aktivitas gerakan mahasiswa waktu itu, tidak sadar. Dan sekarang kita mulai sadar, diantara sebab-sebab Pak Harto dijatuhkan pastilah ada kaitannya saat dia mulai mengkonsolidasi kekuatan umat,” jelasnya.

Dengan realita tersebut, lanjut Fahri, seharusnya Prabowo menjadi pahlawan bagi umat Islam, karena sejak dari dulu hingga sekarang konsisten dalam memperjuangkan agenda keumatan.

“Jadi kemenangan Prabowo-Gibran nantinya adalah kemenangan umat, kemenangan bangsa dan kemenangan persatuan yang tidak mau melihat umat terpecah belah,” katanya.

“Tahun 2024, adalah kemenangan Umat Islam yang moderat. Dan rekonsiliasi nasional yang kita rancang pada tahun 2019 akan mencapai kemenangan,” pungkas Fahri.

Anis Matta Ngevlog Bareng Ridwan Kamil, Partai Gelora Didoakan Kang Emil Lolos ke Senayan

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menggelar acara ngevlong bareng bersama mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil di sebuah kafe di Jalan Braga, Bandung pada Minggu (17/12/2023) malam.

Ngevlog Anis Matta bareng bertajuk ‘Face to Face Bersama Ridwan Kamil’ ini dilakukan usai keduanya menggelar rapat bersama Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jawa Barat dengan jajaran Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Gelora Jabar.

Rapat tersebut, membicarakan evaluasi dan pematangan strategi pemenangan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Jawa Barat.

Dalam rapat ini, Anis Matta bertindak sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, sementara Ridwan Kamil sebagai Ketua TKD Jabar.

Sebelumya, Anis Matta menyempatkan diri menggelar Dialog Keumatan dengan para tokoh dan ulama Jabar bertempat di Gedung Bikasoga, Buah Batu, Bandung. Kehadirannya untuk memastikan umat Islam tidak terpecah belah akibat kontestasi politik 2024.

“Sahabat Gelora, saya sedang berada di Bandung bersama Kang emil di kafe beliau, nama kafenya, Jabarano. Ini kafe baru berdiri dua bulan, tapi ramai betul. Kita sudah duduk lama dan tidak sepi-sepi, penuh terus,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023).

Anis Matta mengatakan, persahabatannya dengan kang Emil sudah terjalin lama sejak tahun 1998. Tidak hanya itu, ketika maju sebagai Wali Kota Bandung beberapa waktu silam, ia juga mendukungnya. Karena itu, pertemuannya dengan Kang Emil saat ini adalah ajang nostalgia.

“Saya pertama kali kenal beliau tahun 1998, kita bertemu di New York ketika saya sedang keliling Amerika, waktu beliau masih kerja di sana. Kemarin waktu beliau maju sebagai Wali Kota pertama kali, saya juga mendukung beliau. Sekarang kita ada di satu barisan yang sama di tim pendukung Pak Prabowo. Jadi sekarang kita ingin nostalgia saja,” katanya.

Kepada Anis Matta, Kang Emil menjelaskan, soal pemberian nama kafenya, yang baru didirikan dua bulan lalu itu, dengan nama Jabarano. Jabarano, kata Kang Emil, artinya Jawa Barat menuju nomor satu sedunia urusan kopi.

“Revolusi datang dari secangkir kopi. Paling enak ngomong politik sambil minum kopi. Makanya saya suka sedih nolakin tamu, karena kafenya ramai terus tidak pernah sepi,” ungkap Kang Emil.

Terlepas dari hal itu, Kang Emil bersyukur sepanjang hidupnya banyak dipertemukan dengan orang-orang hebat yang mewarnai perjalanan bangsa ini, salah satu diantaranya, adalah Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta

“Salah satu orang yang saya kagumi, adalah Ustad Anis Matta. Saya ketemu beliau tahun 1998 saat kerja di New York, Amerika. Di sana, saya juga jadi pengurus DKM, ngurusi majalah, sementara istri saya guru ngaji,” ujarnya.

Kang Emil menilai Anis Matta adalah sosok pemimpin yang konsisten sejak menjadi aktivis 1998 hingga sekarang, tidak pernah berubah dalam pola pikirnya.

“Ustad Anis Matta ini punya pola pikir yang mampu membahasakan sesuatu yang rumit, filosofis ke dalam bahasa yang muda dicerna semua orang. Itulah kelebihan beliau,” katanya.

Alumnus Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dan College of Environmental Design, University of California yang telah merancang banyak karya bangunan ikonik yang mendunia ini, berharap agar Anis Matta dapat terus memberikan edukasi perjalanan demokrasi di Indonesia kepada masyarakat.

“Perjalanan demokrasi kita ini masih muda, butuh ada pemikiran-pemikiran yang tidak melulu soal politik praktis, tapi refleksi. Dan itu, menurut saya adalah strength (kekuatan)-nya Ustad Anis Matta di situ,” kata Kang Emil.

Karena sekarang berada dalam satu gerbong tim pemenangan Prabowo-Gibran dengan Anis Matta, Kang Emil berharap dapat diberikan kemenangan dalam Pilpres 2024.

“Kami sudah sepakat, kami harus menang terhormat. Kita berlomba-lomba menjual gagasan, misi dan menyerahkan kepada rakyat. Secara matematis, Insya Allah kemenangan ada hilalnya, tapi kita tetap ikhtiar, istiqomah, fastabiqul khairat, serta menunggu takdir Allah SWT , ” katanya.

Dalam kesempatan ini, Kang Emil juga mendoakan Partai Gelora lolos ke Senayan, sehingga dapat ikut serta menyempurnakan sistem demokrasi Indonesia lebih baik lagi.

“Saya doakan Ustad Anis Matta dan partainya, Partai Gelora bagian dari perjalanan menyempurnakan sistem bangsa kita, yaitu demokrasi. Siapa tahu dengan kehadiran Partai Gelora, adil dan makmur akan datang lebih cepat,” pungkasnya mengakhiri.

Malam itu, Anis Matta terlihat mengenakan t-shirt abu-abu lengan panjang dikombinasikan rompi berwarna krem, sedangkan Kang Emil mengenakan t-sirt hitam dibalut dengan jas biru tua.

Diharapkan persahabatan yang telah terjalin lama, antara Anis Matta dan Ridwan Kamil akan memperkokoh kerjasama dalam memenangkan Prabowo Gibran dan membuka peluang Partai Gelora sebagai partai besar di Jawa Barat khususnya dan Indonesia nantinya.

Dapat Sambutan Luar Biasa di Sukabumi dan Cianjur, Partai Gelora Optimistis Suara Umat Islam di Jabar Kembali ke Prabowo

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, masyarakat sudah tahu mana partai yang suka berbohong dan mana yang jujur. Partai tersebut, usai Pemilu biasanya suka lupa sama janji politiknya.

“Saya kira masyarakat sudah tahu mana partai yang bohong, dan mana partai yang jujur. Partai yang suka bohong ini, habis itu suka lupa dengan janjinya, iya kan,” kata Anis Matta dalam Bincang Keumatan dengan tokoh se-Sukabumi Raya dan Cianjur di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), Senin (18/12/2023).

Anis Matta merasa terharu dengan antusiasme para tokoh se-Sukabumi dan Cianjur dalam menghadiri acara Bincang Keumatan ini. Hal ini menanbahkan, bahwa Partai mendapatkan sambutan luar biasa di Sukabumi dan Cianjur.

“Jadi hampir sebagian besar perjalanan saya selama empat hari ini, saya nyetir sendiri mulai dari Bogor, Bekasi, Bandung dan Sukabumi. Memang cukup melelahkan, tapi saya merasa bergembira,” katanya.

Anis Matta mengungkapkan, berdasarkan hasil survei internal yang disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Rico Marbun, elektabilitas Partai Gelora di Jabar sekarang sudah mencapai 3,6 persen.

Sehingga diharapkan Jabar diharapkan dapat menyumbang 50 persen suara dari target secara nasional dalam Pemilu 2024 agar memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen.

“Tadi ada nasehat yang baik, dari Pak Wahyudin, bahwa saya mungkin lebih dikenal daripada Partai Gelora. Kita memang harus kerja keras untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Acara ini adalah bagian dari sosialiasi tersebut,” katanya.

Anis Matta mengaku sering berkunjung ke Sukabumi sejak tahun 1990-an. Ia kerap menemui alm KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, pendiri Pondok Pesantren Al-Qur’an As-syafi’iyah di daerah Pulo Air, Sukabumi.

“Disini saya juga sering bertemu dengan teman-teman mahasiswa. Saya kira nasehat ini penting, kita di DPN akan membantu para caleg di Dapil 4 dan Dapil 3 Jabar untuk mensosialisaikan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,” katanya.

Anis Matta melihat ada dukungan luar biasa kepada Partai Gelora dari masyarakat di Sukabumi dan Cianjur. Ia yakin Partai Gelora akan mendapatkan kursi dari daerah pemilihan (dapil) 3 dan 4 Jabar.

“Saya melihat bahwa ada dukungan yang luar biasa kepada partai ini. Salah satu tanda yang paling kuat adalah bapak-bapak dan ibu-ibu semuanya sudah duduk berjam-jam di sini. Orang tidak pulang, mungkin cuma keluar masuk ke toilet, tapi kesabaran duduk sini berjam-jam, menunjukkan bahwa semua bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian benar-benar mencintai dan dengan tulus ingin memenangkan Partai Gelora di Sukabumi dan Cianjur,” katanya.

Dengan dukungan luar biasa dari masyarakat Sukabumi dan Cianjur, Anis Matta yakin suara umat Islam di Jabar akan kembali ke calon presiden (capres) Prabowo Subianto seperti pada pemilihan presiden (Pilpres) pada 2014 dan 2019 lalu.

“Tugas Partai Gelora di Koalisi Indonesia Maju sesuai kesepakatan dengan Pak Prabowo mengembalikan suara beliau dalam dua Pilpres lalu. Dan kenapa kita bikin dialog ini supaya kita dapat menjelaskan ke umat, alasan beliau bergabung dengan Pak Jokowi (Joko Widodo) dan mengapa berpasangan dengan Mas Gibran (Gibran Rakabuming Raka), semangatnya adalah melanjutkan rekonsiliasi dan persatuan,” ujarnya.

Prabowo, kata Anis Matta, meminta semua komponen bangsa bersatu dan tidak terpecah belah, karena tantangan bangsa ke depan jauh lebih berat. Sehingga upaya rekonsiliasi nasional harus tetap dilanjutkan.

“Dari sambutan yang luar biasa disini, saya semakin yakin bahwa, Insya Allah suara umat di Jawa Barat akan kembali dan lebih besar lagi kepada Bapak Prabowo. Mudah-mudahan kita memenangkan Pilpres satu putaran,” tegasnya.

Anis Matta menegaskan, semua janji politik yang telah disampaikan mulai dari pemberian gizi ibu hamil hingga kuliah gratis akan direalisasikan dalam bentuk kebijakan, apabila Partai Gelora lolos ke Senayan pada Pemilu 2024, dan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memenangi PIlpres 2024.

“Setelah Partai Gelora masuk Senayan dan pasangan Prabowo-Gibran menang Pilpres, kita akan bertemu kembali setelah itu. Kita akan mulai membicarakan bagaimana caranya merealisasikan dan memperjuangkan janji-janji politik. Insya Allah, ketika nanti Pemilu 2029, sudah ada komentar masyarakat, bahwa sudah benar Partai Gelora tepati janji,” katanya.

Anis Matta berharap pembelahan di masyarakat seperti pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, tidak terjadi di Pilpres 2024, meskipun bibit-bibit pembelahan sudah mulai muncul.

“Karena selalu yang menjadi korban adalah umat Islam, padahal kita mayoritas di Indonesia. Itu akibat kita bekerja, bertindak dan bertujuan yang seakan-akan kita ini bukan umat mayoritas, tapi berpikir dengan cara minoritas,” katanya.

“Padahal kita ini ditakdirkan menjadi bangsa muslim terbesar di dunia, maka dunia Islam kita ini, adalah pemimpin. Itulah tujuan pendirian Partai Gelora menjadikan Indonesia sebagai superpower baru, karena azas kita adalah Pancasila, tapi jatidiri kita adalah Islam,” pungkasnya.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X