Tag: #Arah Baru Indonesia

Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Fahri Hamzah: Libatkan Perum Bulog atau Diversifikasi Minyak Kelapa

, , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mempertanyakan kemampuan pemerintah mencegah terjadinya kelangkaan minyak goreng di pasaran. Sebab, kelangkaan produk penting seperti minyak goreng menandakan barang keperluan lainnya bisa juga terjadi kelangkaan.

“Inikan kalau minyak goreng saja terjadi (kelangkaan, red), kemungkinan terjadi juga di produk lain,” kata Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelora dalam Gelora Talk bertajuk ‘Minyak Goreng Langka, Ada Apa?’, Rabu (16/2/2022) petang.

Fahri menilai kelangkaan minyak goreng terjadi akibat kurangnya antisipasi dari pemerintah. Seharusnya, kata dia, pemerintah melibatkan Perum Bulog untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam negeri.

“Pemerintah kita melalui BUMN yang bernama Bulog itu disiapkan untuk melakukan kesigapan pangan secara nasional,” katanya.

Selain itu, Fahri menyarankan pemerintah membuat suatu regulasi yang kuat terkait dengan kebutuhan pokok dalam negeri.

“Pemerintah harus meramu keputusan agar kita memiliki daya tahan yang kuat dari sektor pangan terutama barang-barang konsumsi yang strategis ini. Sehingga masyarakat tidak terus menjadi korban ketidakstabilan,” terangnya.

Fahri kembali menegaskan, minyak goreng adalah kebutuhan pokok masyarakat yang akan berefek domino pada kebutuhkan pokok lainnya. Kebutuhan pokok saat ini, kata dia, menjadi problem struktural yang tidak diselesaikan pemerintah Indonesia.

“Tentu (kelangkaan ini) punya efek dan berkaitan dengan produk-produk lainnya atau kegiatan-kegiatan di sektor lainnya, seperti rumah tangga maupun bidang industri,” ujarnya.

Karena itu, Fahri heran dengan kelangkaan minyak goreng di Indonesia. Sebab, kelapa sawit sebagai bahan baku produk tersebut diproduksi secara masif dan surplus di tanah air.

“Kenapa barang yang kita produksi dalam jumlah yang masif dan surplus justru mengalami kerawanan tadi,” katanya.

Misalnya, pemerintah bisa melihat potensi peningkatan permintaan atau demand terhadap crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Sebab, CPO yang dahulu dipakai sekadar konsumsi sekarang secara masif digunakan untuk keperluan energi terbarukan.

“Kita tahu presiden juga barusan meresmikan biofuel (biodesel) di Kalimantan Selatan yang salah satunya memakan banyak produk CPO,” tutur Fahri.

Perluasan permintaan biofuel tersebut, lanjutnya, membuat potensi kelangkaan minyak goreng bisa terjadi. Hal seperti itu, seharusnya bisa diantisipasi pemerintah dengan menempuh diversifikasi.

“Sementara itu, diversifikasi dengan minyak kelapa, kita punya garis pantai terpanjang di dunia, itu tidak ada keseriusan melakukan antisipasi,” ujarnya.

Hal senada disampaikan ekonom senior Faisal Basri menilai kenaikan harga minyak goreng yang berujung pada kelangkaan stok barang seperti saat ini adalah ulah pemerintah sendiri lewat kebijakan yang dibuat.

Akibatnya terjadi pergeseran besar dalam konsumsi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di dalam negeri.

Faisal mengatakan konsumsi CPO di dalam negeri yang sebelumnya didominasi oleh industri pangan, kini menjadi industri biodiesel. Lonjakan tajam terjadi sejak 2020 dengan diterapkannya Program B20 (20% kandungan CPO dalam minyak biosolar).

“Biang keladi yang bikin kisruh minyak goreng ini pemerintah karena meninabobokan pabrik biodiesel,” kata Faisal.

Konsumsi CPO untuk biodiesel naik tajam dari 5,83 juta ton tahun 2019 jadi 7,23 juta ton tahun 2020. Di sisi lain, konsumsi CPO untuk industri pangan turun dari 9,86 juta ton pada 2019 jadi 8,42 juta ton di 2020.

Pola konsumsi CPO dalam negeri seperti itu dinilai akan terus berlanjut dan diperkirakan porsi untuk biodiesel akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan porsi CPO dalam biodiesel lewat Program B30 atau bahkan lebih tinggi lagi.

“Jadi karena wajib, konsumsinya naik, sawitnya kan tidak meningkat secepat kebutuhan biodiesel (jadi) diambil dari minyak goreng ini, industri pangan ini,” bebernya

Faisal menyebut pengusaha lebih cenderung menyalurkan CPO-nya ke pabrik biodiesel karena pemerintah menjamin perusahaannya tidak bakal merugi.

“Sekarang pemerintah lebih mengedepankan buat energi, buat perut urusan belakangan. Makanya buat energi dimanja, buat perut tidak dimanja,” imbuhnya.

“Jadi jangan cepat menyalahkan pengusaha juga karena pengusaha tidak dilarang untuk dapat untung, tentu saja pengusaha akan mencari bidang yang untungnya lebih banyak. Untungnya lebih banyak kalau dia jual ke biodiesel. Yang membuat seperti itu siapa? Ya pemerintah. Jadi pemerintah ini salah kelola, pemerintah yang tidak bisa memerintah,” tambahnya.

Ketua Umum Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (Appsindo) Hasan Basri mengatakan, upaya pemerintah untuk menurunkan harga minyak goreng dan kelangkaannya di pasaran, hanya bertujuan menekan kegaduhan saja.

“Ini hanya siasat menekan kegaduhan, kita disuapi sedikit digunakan untuk mengurai kegaduhan. Sementara permintaan banyak, pemasokan terbatas, sehingga menimbulkan kelangkaan,” kata Hasan Basri.

Hasan menolak pedagang disalahkan dalam hal kelangkaan minyak goreng, apalagi sampai ada tuduhan melakukan penimbunan. Padahal ada pasokan yang dibatasi, sehingga tidak berimbang dengan permintaan, akibatnya barang langka atau sulit ditemukan.

“Minyak goreng mahal itu yang dipermasalahkan pedagang, sementara kita pedagang itu kan hanya menjual dengan keuntungan yang sangat tipis. Jadi kalau kita sebagai pedagang tidak akan mungkin menyetok minyak goreng yang berlebihan, artinya hari ini paling 2, 3 hari stok kita habis lalu belanja lagi,” katnya.

Akibat permasalahan ini, Hasan cerita banyak pelanggan pasar tradisional lebih memilih membeli minyak goreng di ritel modern. Sebab barang dan harga di ritel moden lebih pasti yakni sebesar Rp 14.000/liter.

Dengan adanya kelangkaan minyak goreng di pasar tradisional, para konsumen memburu pasar-pasar modern seperti Alfamart, Indomaret, dia lebih suka berbelanja ke sana. Ini tentu menjadikan kita pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat diskriminatif pemerintah dalam menentukan (harga) minyak goreng,” tuturnya.

Tidak sedikit juga pelaku ritel modern disebut memanfaatkan momentum ini untuk menarik konsumen dari pasar tradisional. Pemerintah diharapkan memberikan perlindungan kepada pelaku pasar tradisional yang notabene adalah rakyat kecil.

“Namun sepertinya tidak seperti itu yang kami rasakan di lapangan. Lagi-lagi ritel modern yang dimiliki kapitalis-kapitalis besar itu mengambil peran pasar tradisional dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini efeknya sangat buruk bagi kita pasar tradisional,” tuturnya.

“Tidak berfungsinya pemerintah sehingga distributor minyak goreng atau produsen minyak goreng itu semaunya saja meletakkan harga. Nah ini yang jadi beban bagi kami, pasar tradisional yang selama ini jadi bulan-bulanan dari masyarakat, kita selalu dianggap sebagai pemicu naiknya harga komoditi minyak goreng, padahal minyak goreng itu naiknya dari sumber utamanya, produsennya,” pungkasnya.

Namun sayangnya, pertanyaan-pertanyaan publik tersebut tidak bisa dijawab oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang dianggap bertanggungjawab pada distribusi minyak goreng.

Partai Gelora telah berusaha melakukan cover both side, dengan memberikan forum kepada pemerintah untuk memberikan penjelasan kepada publik mengenai kelangkaan minyak goreng yang terjadi di berbagai daerah, meski harga telah diturunkan.

Diskusi bertema ‘Minyak Goreng Langka, Ada Apa?’ yang disiarkan langsung di kanal YouTube Gelora TV dan Transvision Satellite Channel SERU: 333 ini, rencananya menghadirkan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag Oke Nurwan sebagai narasumber.

Bahkan Kemendag menurunkan timnya dari Humas untuk mengikuti diskusi yang digelar secara daring tersebut. Sayangnya hingga diskusi berakhir, Oke Nurwan tidak bisa bergabung. Ia beralasan tidak bisa meninggalkan tugasnya, sehingga tidak bisa hadir sebagai narasumber diskusi tersebut.

Butuh Reformasi Politik, Fahri: Kualitas Demokrasi di Pemerintahan Jokowi Alami Penurunan

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menegaskan, kualitas indeks demokrasi Indonesia dibawa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), diakui atau tidak, kualitasanya memang mengalami penurunan.

Hal ini sudah diakui sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu dengan Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta beberapa waktu lalu.

“Pernah dalam satu pertemuan, Pak Anis Matta bertemu dengan Presiden, dijelaskan kepada beliau kenapa indeks demokrasi itu jatuh. Habis itu Presiden pidato marah-marah, UU yang melemahkan demokrasi seperti UU ITE yang memang menimbulkan problem, minta segera diidentifikasi,” kata Fahri Hamzah dalam Gelora Talk bertajuk ‘Menakar Reformasi Sistem Politik Indonesia, Apakah Mungkin Jadi Gelombang?’, Rabu (5/1/2022) petang.

Penurunan citra rasa demokrasi di Indonesia, menurut Fahri, tidak hanya menjadi kegelisahan Presiden Jokowi saja, tetapi juga sudah menjadi kegalauan kolektif seluruh anak bangsa.

“Apa sebenarnya yang terjadi sekarang, kenapa kita sampai pada kesimpulan mengeluhkan sistem demokrasi sekarang. Karena kerja mereka hanya mengexchange kekuasaan. Ide-idenya sudah mulai hilang, hanya gincu dan pelengkap saja,” katanya.

Karena itu, Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menilai para politisi sekarang, sepertinya juga tidak mengerti apa itu demokrasi, meskipun sering berbicara keras, tetapi tidak mengerti apa yang dibicarakannya.

“Makanya anggota DPR dan pimpinan DPR itu dianggap tidak layak masuk kampus, karena dianggap mengancam pejabat kampus yang memiliki sistem proteksi terhadap kebebasan berpikir,” ujarnya.

Kualitas demokrasi di Indonesia bertambah menurun, karena ulah dari media mainstrem yang ingin adu cepat dengan sosial media dalam meluruskan kekeliruan percakapan di media sosial.

“Yang terjadi justru makin menimbulkan kontroversial, bukannya meluruskan kekeliruan percakapan,” katanya.

Menurut dia, untuk meningkatkan kualitas indeks demokrasi, diperlukan reformasi politik, karena jika berbicara dengan calon presiden yang ditawarkan partai politik yang berkuasa di parlemen sekarang, bukanlah sebagai ide untuk membangun bangsa.

“Berbicara tentang calon presiden, bukan ide lagi yang dijual dan ditawarkan. Tapi saya punya uang dan saya punya bohir, kira-kira begitu sekarang yang terjadi,” katanya.

Sehingga menyadarkan semua komponen bangsa terhadap situasi politik sekarang menjadi sangat penting atau urgen. Sebab, kecewaan yang ada bisa menimbulkan akumulasi dan konflik terbuka di masyarakat.

“Matinya hampir 1.000 petugas pemilu pada Pemilu 2019 lalu, menimbulkan kekecewaan yang luar biasa. Kesalahan seperti ini, bisa menjadi konflik terbuka, karena konstitusi tidak mengenal Pemilu yang menyebabkan kematian,” ujarnya.

Fahri berharap agar presidential threshold 20% perlu ditiadakan atau dihapuskan, yang menjadi salah indikator menurunnya kualitas indeks demorasi di Indonesia. Pasalnya, ketentutan tersebut hanya mempersempit peluang munculnya calon presiden yang lebih luas.

“Saya melihat sistem pemilu saat ini lebih memperkuat peran oligarki politik sekelompok elite, tetapi mengabaikan keterwakilan rakyat Indonesia di berbagai daerah,” katanya.

Ia berpendapat, orang-orang yang akan maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden seharusnya memahami isu-isu yang ada di daerah, tak hanya fokus pada wilayah pusat negara.

“Orang Papua ingin berdebat dengan calon presiden, bagaimana nasib Papua ke depan. Begitu pun Aceh. Jangan capres muter-muter di Menteng terus menginginkan republik,” tandasnya.

Ketentuan presidential threshold saat ini memicu efek yang lebih banyak terutama di Indonesia yang merupakan bangsa besar.

“Saya kira ini yang harus diakhiri dengan ketiadaan threshold yang seperti kemarin yaitu 20%, itu” pungkasnya.

Publik Diminta Tak Salahkan Timnas Indonesia, Anis Matta: Pemerintah Diharapkan Mulai Terapkan ‘Politik Bola’

, , , , , , , , , , ,

Partaigelora.id Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta publik tidak menyalahkan para pemain dan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-Yong dibalik kekalahan Indonesia 4-0 melawan Thailand  dalam  Final Piala Suzuki AFF 2020 leg pertama di Singapore National Stadium. Leg pertama digelar pada Rabu (29/12/2021).

“Saya sebenarnya shock, karena saya memprediksi 2-1 untuk Indonesia. Tapi dengan kekalahan ini (4-0), kita tidak bisa lantas menyalahkan pemain dan pelatih. Kita tetap harus memberikan dukungan penuh, dan mudah-mudaan dalam leg kedua Timnas Indonesia bisa membalikkan situasi,” kata Anis Matta dalam acara nonton bareng (nobar) Final Piala AFF antara Indonesia Vs Thailand di Gelora Media Center, Rabu (29/12/2021) malam.

Hal senada disampaikan dua mantan pemain Timnas Indonesia Titus Bonai (Tibo) dan Okto Maniani, yang dihadirkan secara khusus ke Jakarta untuk menghadiri acara Nobar Final Piala AFF 2020 yang diadakan Partai Gelora.

Tibo menilai pemain Timnas Indonesia kaget dengan parmainan Thailand, terutama saat gol pertama karena belum pernah bertemu di pertandingan sebelumnya.

“Saya kira kaget saja mereka belum siap secara tim, mereka tidak sangka kalau bola itu bisa masuk seperti gol pertama di menit ke-2 karena secara strategi mereka telah tutup. Tetapi setelah itu, permainan mereka secara kualitas telah kembali.

Sedangkan Okto Maniani sejak awal dirinya sudah mengingatkan masalah krusial dalam pertandingan bola, siapaun yang akan menjadi lawan adalah 15 menit awal pertandingan dan akhir pertandingan dalam setiap babak.

“Saya sudah ingatkan masalah krusial dalam bola itu, adalah 15 menit awal dan 15 akhir dalam petandingan. Saya melihat pada paruh kedua secara mental mereka kembali dan ada perbaikan kualitas permainan,” kata Okto.

Anis Matta mengaku telah berdiskusi banyak dengan Tibo dan Okto mengenai pengembangan sepak bola nasional ke depan, serta alasan mereka bergabung dengan Partai Gelora.

Tibo dan Okto menegaskan, visi mereka dan Partai Gelora sama. Yakni jika Partai Gelora ingin menjadikan Indonesia 5 besar dunia, maka mereka menginginkan agar bola menjadi ikonnya.

“Tadi kita ngobrol sama Tibo dan Okto, saya tanya-tanya kenapa gabung dengan Partai Gelora. Jawaban mereka sederhana, kalau kita ingin 5 besar dunia, mestinya bola disitu dong, jadi 5 besar dunia,” katanya.

Anis Matta dapat memahami keinginan Tibo dan Okto, karena hal itu sesuai dengan visi dan misi besar cita-cita Partai Gelora menjadikan Indonesia kekuatan 5 besar dunia, otomatis di dalamnya bola juga harus lima besar dunia.

“Bola itu bisa jadi bisa jadi achor, wajah kita di dunia internasional. Kekurangan kita adalah tidak menjadikan sistem kerja yang kuat” katanya.

Harusnya pemerintah membuat sistem kerja ‘Politik Bola’ dalam pengembangan sepak bola di tanah air dan menjadikan bola sebagai industri ekonomi dan bisnis yang terintegrasi dengan market. Selain itu, juga perlu ada penghargaan terhadap pemain bola usai gantung sepatu sampai masa tuanya.

“Ada nggak pemain bola kita yang kaya raya seperti Ronaldo misalnya, malahan miskin raya. Mantan pemain bola kita banyak yang hidupnya miskin, sampai makan mie rebus. Tapi jangankan yang mantan pemain, yang masih main saja masih makan mie rebus,” ungkapnya.

Karena itu, apabila bola belum terintegrasi secara bisnis, maka negara perlu mengintervensi untuk mengembangkannya. Pemerintah bisa mencontoh Eropa dengan bisnis sepak bola dan Amerika dengan olahraha bola basketnya.

“Karena sudah terintegrasi dengan pasar, itu bisnisnya miliaran dolar. Makanya saya tadi tanyakan, sekarang berapa kekayaan pemain bola yang seperti Ronaldo atau pemain bola basket di NBA Amerika. Di kita perlu diintevensi negara, untuk meletakkan sistem kerja baru yang baru secara sistematis,” katanya.

Anis Matta juga berharap pemerintah perlu memberikan porsi penghargaan kepada olahragawan bagi mereka yang mendapatkan medali dan berprestasi selama aktif maupun sudah pensiun, dijamin oleh negara.

“Sekarang ini orang sudah mengukur perolehan medali dalam olimpiade itu berdasarkan jumlah populasi, sudah mengukur prestasi berdasarkan per kapita.  Misalnya ada satu negara kecil di Eropa dalam olimpiade mendapatkan 8-10 medali emas, artinya 1 juta penduduk itu 1 medali emas. Kita harusnya menggunakan standar itu,” katanya.

Anis Matta menegaskan, apabila Partai Gelora diberikan kesempatan berkuasa dan memenangi Pemilu 2024, maka ide-ide tersebut akan dilaksanakan. demi kemajuan persepakbolaan nasional dan bisa menjadi alat untuk diplomasi internasional Indonesia di mata dunia

Salah program GEN-170 yang telah dicanangkan Partai Gelora beberapa waktu lalu, salah satu tujuannya adalah ingin mendapatkan generasi dengan tinggi badan minimal, kuat dan mendapatkan cukup gizi.

“Sebenarnya, terus terang saya sedih dari 270 juta penduduk Indonesia, tidak bisa mendapatkan 33 orang terbaik untuk membentuk 11 pemain orang. Ini secara scientifc semua bisa diukur, yang kurang sekali lagi pendekatannya sistematika kerjanya,” jelasnya.

Negara, lanjut Anis Matta, harus memberikan porsi anggaran yang lebih besar untuk Timnas Indonesia yang prestisius, tidak hanya sekedar menggonta-ganti pelatih, tetapi harus dibentuk  melibatkan para scientific.

“Itu para pemain lari selama 90 menit bisa diukur kekuatanya. Negara harus beri anggaran yang besar, bukan sebentar-sebentar siapa pelatihnya. Libatkan para ahli, bentuk Timnas Prestisius. Itu sederhana membentuknya, inilah yang saya maksud dengan ‘Politik Bola’, bukan bola dijadikan alat untuk kampanye,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini selain menggelar Nobar di GMC yang dihadiri BPH seperti Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Bendahara Umum Achmad Rilyadi, Ketua Bidang Gahora Kumalasari Kartini dan para kepala bidang DPN Partai Gelora.

Acara Nobar Final Piala AFF juga serentak digelar secara nasional di 34 DPW (provinsi), 514 kabupaten/kota (DPD) dan seluruh kecamatan (DPC).

Guna memberikan dukungan terus menerus kepada Timnas Indonesia melawan Thailand, Partai Gelora berencana akan menggelar kembali acara Nobar Final Piala AFF leg kedua pada, Sabtu 1 Januari 2020 mendatang.

Anis Matta: Gerakan GELORAKAN GEN 170 Untuk Mencetak Manusia Indonesia yang Kuat dan Unggul

, , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta secara resmi melaunching Gerakan ‘ GELORAKAN GEN 170’ guna menyiapkan manusia Indonesia yang kuat dan unggul menuju 5 besar dunia.

“Partai Gelora memberi perhatian khusus manusia Indonesia, yang harus kita persiapkan sejak dalam kandungan, bukan di rekayasa, tapi kita rencanakan,” kata Anis Matta Teras Kota Entertaiment Center, BSD City, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Rabu (22/12/2021).

Anis Matta berharap Gerakan ‘GELORAKAN GEN 170’ dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, melalui peningkatan postur fisik atau tinggi badan 170 cm, serta mencegah terjadinya stunting.

“Kita melaunching gerakan GEN 170 ini sebagai langkah awal menjadikan Indonesia sebagai kekuatan 5 besar dunia. Mudah-mudahan ibu-ibu hamil yang hadir bayinya ditakdirkan menjadi bayi kuat dan unggul, tingginya minimal 170,” katanya.

Anis Matta lantas mengumpulkan seluruh ibu-ibu hamil yang hadir keatas panggung dan menanyakan suka dukanya selama proses kehamilan.

Guna mensukseskan gerakan ini, bagi mengikuti program ini Partai Gelora akan memberikan bantuan kepada ibu-ibu hamil selama mereka mengandung, bantuan kelahiran dan bantuan nutrisi untuk 1.000 hari pertama pada bayi, serta mencatat perkembangan pertumbuhan anak agar didapatkan tinggi badan 170 cm.

“Tapi kita berharap ada intervensi negara untuk bantuan gizi ini. Karena kalau kita lihat bangsa-bangsa Asia Timur dulunya pendek-pendek, tapi sekarang tingginya antara 173-177 cm, itu karena ketercukupan gizi. Jadi masalah tinggi badan itu bisa direncanakan sejak awal,” katanya.

Menurut Anis Matta, menjadikan manusia tumbuh kuat dan unggul juga telah diperintahkan oleh agama, khususnya Islam yang telah disebutkan dalam Al Qur’an.

“Gerakan ini bisa mulai dicoba di Tangsel. Partai Gelora, kalau diberikan kepercayaan berkuasa akan memberikan bantuan makan siang kepada anak-anak, sekolah,” katanya.

Launching ‘GELORAKAN GEN 170’ ini dihadiri kurang lebih 200 ibu-ibu hamil dan anak balita di Tangsel. Launching gerakan ini juga dilakukan serentak di 34 DPW.

Dalam kesempatan ini, Anis Matta menyapa dan menanyakan kegiatan serupa di beberapa DPW melalui zoom meeting.

Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Bendahara Umum Achmad Rilyadi, Kabangter II Achmad Zairofi, Kabid Perempuan Ratih Sanggarwati, fungsionaris DPN, caleg dapil Banten Sarah Azzahra, Ketua DPW Banten Ramadoni, Ketua DPD Tangsel Fikri Hamadi, serta Walikota Tangsel Benyamin Davnie.

Kabid Perempuan DPN Partai Gelora Ratih Sanggarwati mengatakan, launching gerakan ‘GELORAKAN GEN 170’ ini dihadiri sekitar 1.700 ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia.

“Kegiatan ini diikuti 1.700 ibu hamil dan balita di 34 DPW. Kalau disini yang hadir lebih dari 100 ibu hamil. Terima kasih telah memberikan kepercayaan kepada bidang perempuan untuk melaksanakan kegiatan ini,” kata Ratih.

Hal senada disampaikan Ketua DPW Banten Ramadoni. Ia menyampaikan terima kasih kepada DPN Partai Gelora yang memberikan kepercayaan DPW Banten untuk melaunching gerakan ini.

“Terima kasih atas kepercayaan untuk penyelenggaraan launching gerakan GEN 170 ini di Tangsel. Kami antusias untuk kesuksesan acara ini,
Selamat Hari Ibu,” kata Ramadoni.

Sementara Walikota Tangsel Benyamin Daniel mengatakan, gerakan ‘GELORAKAN GEN 170’ ini sesuai dengan program Pemerintah Kota Tangerang Selatan, yang masuk dalam program Keluarga Berencana.

“Jadi perhatian kami dengan Partai Gelora sama. Tingkat keberhasilan kami dalam program ini tinggi, dan ibu hamil yang ikut acara ikut sekarang ada 200,” kata Benyamin Davnie.

Apa Itu Gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ Yang Bakal Dicanangkan Anis Matta di Tangsel, Banten?

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta bakal mencanangkan secara resmi gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ secara serentak di 34 DPW Partai Gelora se-Indonesia pada saat peringatan Hari Ibu, Rabu (22/12/2021) mendatang.

Pencanangan gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ ini, dipusatkan di  Kawasan Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, yang akan dihadiri Walikota dan Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan.

Menurut Anis Matta, ‘GELORAKAN GEN-170’ adalah gerakan bersama mewujudkan anak-anak Indonesia yang cukup dalam gizi dan tumbuh kembang yang ditandai dengan tinggi rata-rata 170 cm.

“Distribusi nutrisi penting bagi kita untuk pembentukan postur fisik manusia Indonesia, tumbuh menjadi orang yang kuat. Kami akan memulai gerakan yang saya sebut sebagai Generasi 170 (GEN 170). Kita mulai dari faktor tinggi badan,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (18/12/2021).

Anis Matta menegaskan, gerakan GELORAKAN GEN-170 (Generasi tinggi badan 170) adalah sebagai salah satu dasar untuk Indonesia Menuju Kekuatan 5 Besar Dunia.

“Ini sangat fundamental untuk memulai perjalanan dalam membangun masyarakat Indonesia yang unggul, dimulai dari sejak anak itu ada dalam kehamilan sampai masa pertumbuhan. Nutrisinya harus diperhatikan, karena fondasi dari satu negara yang kuat itu adalah masyarakatnya yang kuat,” tegasnya.

Ketua Panitia ‘GELORAKAN GEN-170’ Ari Saptono mengatakan, dalam kegiatan ini Partai Gelora akan memberikan nutrisi dan vitamin D secara serentak di 34 DPW.

“Taglinenya adalah ‘Ibu Sehat Bayi Hebat’. Program ini antara lain membantu Ibu-ibu hamil untuk menjaga kesehatan, proses kehamilannya, pertumbuhan janinnya dan balita yang dilahirkan,” kata Ari Saptono.

Ketua Bidang Komunikasi DPN Partai Gelora ini menambahkan, gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ juga bertujuan untuk menurunkan tingginya angka kematian ibu (AKI)angka kematian bayi (AKB) dan mencegah terjadinya stunting (kerdill).

“Untuk mensukseskan ini, Partai Gelora akan berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak demi terciptanya generasi bangsa yang unggul,” katanya.

Ketua Bidang Perempuan DPN Partai Gelora Ratih Sanggarwati mengatakan, gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ merupakan bagian dari program ‘Pintarnya Perempuan Indonesia (PiPI Gelora).

“PiPI adalah forum perempuan untuk saling berbagi ilmu yang dikemas dengan adanya sharing ilmu  tentang kesehatan perempuan dan anak-anak, pengembangan diri dan pemberdayaan perempuan,” kata Ratih Sanggarwarti.

Kami yakin sekali seorang hadir di PiPI maka ia akan ketagihan hadir lagi dan akan mengajak temannya untuk hadir bersamanya, terangnya.

Karena itu, Ratih berharap dengan gerakan ‘GELORAKAN GEN-170’ ini, Indonesia menjadi bangsa maju, unggul dan mudah dalam meraih berbagai prestasi.

“GEN 170 ini akan menjadikan bangsa yang jauh dari ketertinggalan, maju dan mudah meraih prestasi. Kita akan akan terus menerus berpartisipasi untuk meningkatkan asupan gizi agar anak tumbuh menjadi generasi unggul,” ujarnya.

Geloranomics, Ekowisata dan Kemilau ‘Invisible Export’ Indonesia di Masa Depan

, , ,

Partaigelora.id – Partai Gelora mengusulkan konsep ‘Geloranomic’ sebagai narasi peta jalan baru dalam mengatasi krisis berlarut saat ini. Fokus dari konsep ini adalah mengusung keadilan sosial dan keadilan lingkungan dengan dua tema besar yaitu bumi dan manusia.

Saat ini kedua hal dalam konsep ini tidak berjalan seiringan bahkan bisa dikatakan arahnya sudah melenceng, bisa kita lihat dari banyaknya lingkungan yang rusak akibat eksploitasi berlebihan, serta kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang tidak meningkat akibat hasil alam hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta menyatakan kemakmuran kolektif bisa tercapai asalkan kedua unsur pertumbuhan tersebut terpenuhi.

Outputnya harus ada pertemuan yang seimbang antara bumi dan manusia. Pertama bumi adalah rumah kita, sehingga harus kita rawat dan kita jaga. Kedua adalah pemberdayaan masyarakat manusianya sendiri.

Partai Gelora, lanjutnya, mengusulkan satu tema besar lagi dalam konsep ‘Geloranomics’, yakni kesejahteraan sebagai sumber kemakmuran.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kelebihan berlimpah berupa sumber daya alam baik di daratan, udara, maupun perairan, keseluruhan potensi ini merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi serta bisa dijadikan sebagai media pendidikan dan pelestarian lingkungan.

Potensi Ecotourism (dalam bahasa Indonesia: ekowisata) yang dimiliki Indonesia berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisonal, keindahan bentang alam, gejala alam, dan peninggalan sejarah/budaya perlu dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Ecotourism adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam meliputi flora, fauna, iklim, keindahan alam yang dimanfaatkan untuk kepentingan rekreasi, studi dan ilmu pengetahuan dengan mengikutsertakan potensi masyarakat sekitar yang mencakup kebudayaan, adat istiadat, kesenian, makanan, obat-obatan/jamu dan segala aktifitasnya.

Dalam era saat ini, green issue tidak hanya sebagai syarat dalam agenda politik di suatu negara, dan merupakan isu hangat yang diperbincangkan.

Munculnya istilah eco-tourism, back to nature, suistanable tourism dan lain lain, menunjukkan bahwa pariwisata sekarang harus diterima secara politis, bertanggung jawab secara sosial, menguntungkan secara ekonomi dan berwawasan lingkungan.

Invisible export merupakan suatu kegiatan memperoleh devisa tanpa mengirim barang ke luar negeri, akan tetapi kita memeroleh devisa dari pembelanjaan wisatawan (dalam ekonomi pariwisata).

Oleh karena itu, hal yang wajar dan patut diperjuangkan oleh kader Partai Gelora Indonesia untuk berinovasi dan mencari potensi eco-tourism didaerah masing-masing untuk dikembangkan bersama masyarakat, yang mana hal ini nantinya akan berakibat positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat.

Secara tidak langsung juga akan meningkatkan kredibilitas kader Partai Gelora Indonesia di mata masyarakat.

Semangat berGelora, Rekrutmen Tanpa Batas 💪💪

NR. Panca Hidhayad
Kabiro Monitoring dan Dukungan Wilayah, Bidang Rekrutmen Anggota DPN Partai Gelora Indonesia

Masa Depan Indonesia Butuh Imajinasi Besar, Anis Matta: Aliansi Kampus Harus Pelopori Gerakan Pemikiran

, , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta berpandangan masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh aliansi poltik, tetapi ditentukan oleh aliansi kampus.

Sebab, kampus akan melahirkan sebuah gerakan intelektual baru, serta akan mempelopori gerakan pemikiran tentang Arah Baru Indonesia. 

“Kita coba mulai satu gerakan intelektual baru, gerakan pemikiran baru Indonesia. Ini jauh lebih fundamental bagi saya dalam membangun Indonesia ke depan, daripada membentuk aliansi politik,” kata Anis Matta dalam diskusi ‘Membaca Politik Taliban dan Masa Depan Geopolitik Dunia Islam’, Jumat (20/8/2021) malam.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Aceh-Yogyakarta secara virtual ini, menurut Anis Matta, partai politik (parpol) perlu membentuk aliansi dengan kampus dan seluruh akademisi.

“Kita bisa mendiskusikan semua pertanyaan mengenai pemikiran manusia tentang satu model ekonomi baru yang tatanan globalnya benar-benar runtuh, ” katanya.

Neoliberalisme telah memunculkan ketimpangan sosial dan memunculkan kelompok Ultranasionalis di Amerika dan Eropa, akibat sistem kapitalisme.

“Makanya Amerika dan Eropa sekarang perlahan-lahan mulai meninggalkan kapitalisme dan beralih ke sosialisme. Sementera China dari sosialisme justru menjadi kapitalisme,” katanya.

Artinya, semua negara di dunia saat ini sedang mencari sebuah sistem tatanan global baru, karena tidak mungkin lagi menggunakan sistem kapitalisme dan sosialisme.

“Kapitalisme telah merusak lingkungan dan menimbulkan ketimpangan sosial, sementara sosialisme menghalangi kebebasan demokrasi. Dua sistem ini tidak mungkin lagi diterima secara global,” ujarnya.

Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk ikut serta menentukan sistem tatanan global baru, sehingga menjadi kekuatan global.

“Indonesia bisa menjadi kekuatan kelima besar dunia dan ikut menentukan sistem tatanan baru global, atau menjadi outsider seperti selama ini, menerima dan melaksanakan sistem tersebut,” katanya.

Guna mewujudkan Indonesia sebagai lima besar dunia, Anis Matta berkepentingan untuk menghidupkan kembali aliansi kampus yang akan menjadi pondasi pemikiran gerakan intelektual baru Indonesia.

“Sudah waktunya kita berhenti menjadi sekedar konsumen pemikiran orang. Kita sudah harus menjadi produsen pemikiran-pemikiran. Gerakan intelektual baru ini akan memberikan jawaban atas persoalan dunia dan di Indonesia sekarang,” ujarnya.

Karena itu, Anis Matta menyesalkan apabila ada parpol yang lebih mengedepankan politik transaksional seperti memberikan bantuan sosial, ketimbang memberikan ruang bicara untuk ‘pergulatan intelektual’.

“Pada dasarnya memberikan bantuan impact dari krisis itu bukan tugas partai. Tetapi krisis menyebabkan orang menjadi pragmatis, dan politisi keluar dari diskursus intelektual dan masuk politik pasar,” tegas Anis Matta.

Anis Matta berharap parpol mengajak para intelektual baru dari kampus untuk berbicara kepada rakyat, serta mengubah perbincangan di warung kopi dan media sosial dengan perbicangan yang substansial.

“Kita mulai gerakan supaya kosakata yang berhubungan dengan ideologi lebih mendominasi. Ini akan menjadi permulaan yang dashyat untuk merumuskan peta jalan baru Arah Baru Indonesia,” pungkasnya.

Pandemi Covid-19 Ancam Krisis Generasi, Partai Gelora: Pendidikan Nasional Dalam Kondisi Darurat

, , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menilai sistem pendidikan Indonesia terpukul imbas dari pandemi Covid-19 yang tidak diketahui kapan akan berakhir.

Hal ini mengakibatkan proses belajar mengajar dan penciptaan sosial interaksi antar siswa dengan guru menjadi terhambat, sehingga menyebabkan jumlah anak putus sekolah cukup tinggi.

“Kami menemukan fakta lapangan yang menunjukan anak putus sekolah cukup tinggi, terutama menimpa anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah,” kata  Styandari Hakim (Tyan), Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat (Yanmas) DPN Partai Gelora Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/8/2021).

Menurut Tyan, Partai Gelora telah melakukan pemantauan secara langsung terhadap sekolah-sekolah di wilayah Jabodetabek. Pemantauan dilakukan melalui wawancara secara online dengan beberapa guru dan kepala sekolah di Jabodetabek.

Tyan mengatakan, ada beberapa penyebab anak putus sekolah saat pandemi Covid-19, antara lain mereka memutuskan menikah muda, bekerja membantu orang tua, menunggak iuran SPP dan kecanduan game online.

“Kasus tersebut terjadi di hampir 90 sekolah swasta dan 75 persen kasus berada dari jenjang SMA/SMK,” ungkap Tyan.

Kasus tersebut, lanjutnya, baru temuan di wilayah Jabodetabek saja, belum di wilayah lainnya di Indonesia. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi krisis generasi akibat pandemi.

Untuk mengantisipasi hal itu, Partai Gelora mendorong pemerintah pusat dan daerah memberikan subsidi atau beasiswa dan fasilitas sekolah daring.

“Penanganan ini tentunya memerlukan kehadiran negara serta dukungan APBN dan APBD demi kelangsungan masa depan anak-anak bangsa,” ujarnya.

Tyan menegaskan,  pendidikan merupakan ujung tombak kebangkitan bangsa dan sangat jelas tertulis di dalam pembukaan UUD 1945 bahwa negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa dan memenuhi keberlangsungan hak anak atas pendidikan yang layak.

Partai Gelora akan membuat posko pengaduan masalah pendidikan melalui ‘Rumah Yanmas’ di seluruh Indonesia. Posko pengaduan itu diperlukan untuk menghimpun data dan melakukan pendampingan kepada para pelajar/mahasiswa yang putus sekolah/kuliah agar dapat teradvokasi dengan baik.

“Alarm darurat Pendidikan Nasional harus segera dinyalakan agar pemerintah kembali fokus dalam proses penanganan pendidikan agar generasi penerus bangsa Indonesia yang sangat berharga ini tidak kehilangan masa depannya,” ujar Tyan.

“Apabila hal ini dibiarkan dan tidak ada kepedulian dari semua pihak, maka akan berdampak pada pembangunan, kemajuan dan keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkas Ketua Bidang Yanmas DPN Partai Gelora Indonesia ini.

Kematian dan Kemiskinan Jadi Ancaman Global, Anis Matta: Dunia Saat Ini Sedang Mencari Arah Baru

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, dunia saat ini sedang mencari arah baru dari sebuah perubahan besar. Dimana pandemi Covid-19 telah melahirkan krisis ekonomi secara global.

Krisis ini ditandai adanya dua panorama baru, yakni kematian dan kemiskinan yang bisa disaksikan sekarang dan masa-masa mendatang. Varian-varian baru yang muncul,  ternyata punya kelebihan lebih dahsyat dari vaksin yang sudah ada sebelumnya.

“Kita sekarang seperti buah simalakama, tidak ada pilihan yang enak. Dari semua pilihan,  ada harga yang harus kita bayar,” kata Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema ‘Pandemi Covid-19: Bagaimana Negara Bertahan & Menghadapi Perubahan Besar?’,” kata Anis Matta di Jakarta, Selasa (13/7/2021) petang.

Dalam diskusi yang disiarkan live di streaming Channel Youtube Gelora TV dan LIVE di Transvision Satellite Channel SERU: 333 ini, Anis Matta menilai krisis ekonomi sekarang bisa berkembang menjadi krisis sosial dan krisis politik yang akan terjadi di semua negara. 

“Pandemi hanya merupakan pertanda awal dan trigger yang sekarang memasuki rute kedua dari pandemi menjadi krisis ekonomi global,” katanya.

Menurut Anis Mata, total kerugian finansial global mencapai 20 triliun USD selama 1,5 tahun lebih dunia dilanda pandemi Covid-19. Angka ini setara dengan 24 persen GDP global pada tahun 2020 yang sebesar 84 triliun USD.

Selain kerugian finansial, jumlah terkonfirmasi Covid-19 global saat ini mencapai sekitar 186 juta kasus dengan angka kematian mencapai 4 jutaan jiwa.

“Sebagai bangsa, kita harus mengetahui kontur perubahan global krisis berlarut. Rute-rutenya harus kita tahu, mulai dari pandemi, krisis ekonomi, krisis sosial dan krisis politik,” katanya.

Anis Matta melihat krisis berlarut ini tengah membuat sistem tatanan dunia baru. Ibarat perempuan yang sedang hamil, kehamilannya tidak normal dan bayi yang dilahirkan bisa sungsang.

“Proses persalinannya bisa jadi penuh dengan resiko yang sangat berbahaya. Kelihatannya tatanan dunia baru yang akan lahir ini, seperti bayi yang lahir dalam keadaan sungsang,” ujar Anis Matta.

Karena itu. Partai Gelora sengaja menghadirkan para duta besar dan atase RI di China, Selandia Baru, Rusia dan Amerika Serikat yang akan melaporkan perkembangan kondisi pandemi Covid-19 di negara tersebut.

Narasumber yang hadir, antara lain Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun, Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, Wakil Dubes RI untuk Rusia Aziz Nurwahyudi, serta Atpol dan Ketua Satgas Covid-19 KBRI Washington DC Brigjen Pol Ary Laksmana Widjaya.

“Kita mencoba mendapatkan satu panorama global. Mudah-mudahan mengantarkan kita untuk mendapatkan Ilham, bagaimana kita sebagai bangsa bisa bertahan dari krisis ini,” pungkas Anis Matta.

Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan, China saat ini sudah terbebas dari pandemi Covid-19. Jika ditemukan kasus Corona, bukan dari China, melainkan berasal dari kasus impor (import case). Kini sudah ada 10 provinsi di China yang telah bebas dari Covid-19.

“Lockdown hanya di Provinsi Hubei dan Kota Wuhan, sementara lainnya dilakukan pembatasan pergerakan seperti PPKM. China bisa cepat bangkit, ekonominya naik terus. Triwulan pertama 2021 sudah 18 persen, ini luar biasa,” kata Djauhari Oratmangun.

Hal senada disampaikan Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. Tantowi mengatakan, Selaindia Baru sukses mengatasi Covid-19, sehingga bisa melepas masker hingga menggelar konser pada April lalu. Apabila ditemukan kasus baru, langsung di karantina selama 14 hari.

“Rahasia suksesnya ada tiga kunci, persiapan, konsistensi dan partisipasi. Membuat undang-undang, penegakan hukum dan dukungan masyarakatnya meski berbeda pandangan politik. Selandia Baru juga membentuk Kementerian Covid, yang tugasnya ngurusin Covid-19 saja,” kata Tantowi Yahya

Wakil Dubes RI untuk Rusia Aziz Nurwahyudi mengatakan, kondisi masyarakat Rusia sebenarnya mirip di Indonesia, ada yang tidak percaya Covid-19 dan menolak untuk divaksin. Tak mengherankan apabila kasus Covid-19 di Rusia cukup tinggi, namun masih bisa dikendalikan.

“Vaksin itu tidak wajib di Rusia, hanya voluntary (sukarela) saja, habis divaksin mereka diberikan ice cream. Soal perkembangan Covid 19, hanya tiga orang yang boleh menyampaikan. Presiden Vladimir Putin, Juru Bicara Satgas Covid-19 dan Walikota Moskow,” kata Aziz Nurwahyudi.

Selain itu, katanya, Rusia berhasil mengembangkan empat vaksin lokal, yakni Sputnik V, Sputnik Light,EpiVacCorona dan vaksin CoviVac. “Soal vaksin ini Menlu Sergey Lavrov sudah bertemu Ibu Menlu (Retno Marsudi) dan BPOM juga sudah ke Rusia. Apakah ,  sudah bisa masuk Indonesia, kita tunggu saja,” katanya.

Sementara itu, Atpol dan Ketua Satgas Covid-19 KBRI Washington DC Brigjen Pol Ary Laksmana Widjaya mengatakan, kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) pada awalnya tertinggi dunia. Presiden Joe Biden kemudian membuat kebijakan, diantaranya memberikan kewenangan negara bagian untuk melakukan penanganan Covid-19.

“Pemerintah federal menyerahkan kepada pemerintah negara untuk menentukan status masing-masing. Tidak ada istilah lockdown, tapi ada pembatasan kegiatan, dan penanganannya berhasil. Ini sebagai kearifan lokal,” kata Ary Laksmana Widjaya.

AS pun kini perlahan lahan terbebas dari Covid-19 dan mengubah status pandemi menjadi endemi. Sedangkan untuk kebutuhan vaksin, perusahaan besar di AS berani menggelontorkan dana besar untuk melakukan kajian tentang vaksin. “Hasilnya kita ketahui ada Pfizer, Moderna dan Johnson and Johnson, vaksinnya diakui dunia,” katanya.

Agar tak Bebani Keuangan Negara, Fahri Hamzah Usulkan Garuda Indonesia Dijual

, , , , ,

Partagelora.id – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengusulkan kepada pemerintah untuk membuka opsi menjual PT Garuda Indonesia ke publik, daripada melakukan upaya penyelamatan. Hal itu dilakukan agar Garuda tidak merugi terus dan tidak membebani keuangan negara.

“Sudah dilepas saja, tapi penjualannya diprioritaskan ke pegawainya saja. Apa namanya tetap Garuda Indonesia atau Garuda Air, dia tetap disebut flag carrier, tapi polanya dipegang rakyat Indonesia, bukan negara lagi,” kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Selasa (15/6/2021).

Usulan tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah dalam Gelora Talk ‘BUMN, Apa Masalah dan Solusinya?’ di Jakarta, Kamis (10/6/2021) lalu.

Menurut Fahri, apabila pengelolaan Garuda Indonesia diserahkan ke rakyat, sehingga manajemennya akan lebih baik. Selain itu, apabila  berkembang pesat, bisa membuat kebanggaan tersendiri bagi negara dan bangsa Indonesia di level internasional, karena bisa bersaing dengan maskapai penerbangan di dunia.

“Tidak harus aktor negara, banyak anak muda yang bisa bikin bangga di luar negeri. Siapa sangka ada anak dari kampung saya di Lombok, namanya Lalu Zohri tiba-tiba mengagetkan dunia punya kecepatan lari yang bisa mengalahkan pelari lain dari seluruh dunia. Membanggakan dia, bisa  berprestasi,” ungkapnya.

Artinya, banyak sumber daya manusia yang bisa membanggakan bangsa dan negara Indonesia, tidak harus negara yang turun langsung, asalkan rakyat diberikan kesempatan untuk mengelola Garuda Indonesia.

“Ceritanya yang beli pesawat terbang untuk Garuda dulu, kan bukan pakai uang negara juga, tapi sumbangan dari rakyat Aceh. Negara tidak sanggup, sementara kita perlu cepat terbang karena kita negara kepulauan,” katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini berharap Garuda Indonesia tidak bernasib seperti Merpati Airlines, maskapai milik BUMN yang sudah ambruk terlebih dahulu beberapa tahun silam, karena salah pengelolaan dan merugi terus.

Pemerintah, lanjutnya, perlu mencontoh pengelolaan Singapore Airlaines (Singapore), Qatar Airways (Qatar), Ethad dan Emirates (Uni Emirat Arab) yang menghilangkan sama sekali keterlibatan negara dalam pengelolaan maskapai penerbangan di negara mereka.

“Jadi apa salahnya, kalau Garuda sekarang dipegang oleh rakyat Indonesia. Jangan seolah-olah yang bisa membanggakan republik ini hanya negara saja, rakyat juga bisa. Pemerintah cukup menunjukkan mekanisme pasar saja,” pungkas Fahri.

Seperti diketahui, PT Garuda Indonesia saat ini tengah kesulitan keuangan. Maskapai penerbangan plat merah ini harus menanggung beban biaya mencapai 150 juta dollar AS per bulan, sementara  pendapatan yang hanya 50 juta dollar AS. 

Pemerintah melalui Kementerian BUMN menawarkan empat opsi penyelamatan Garuda Indonesia.

Opsi pertama, pemerintah akan terus mendukung Garuda melalui pinjaman atau suntikan ekuitas.

Opsi kedua, pemerintah akan menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi kewajiban Garuda, seperti utang, sewa, dan kontrak kerja.

Opsi ketiga, pemerintah akan merestrukturisasi Garuda dan mendirikan perusahaan maskapai nasional baru.

Opsi keempat, Garuda akan dilikuidasi dan sektor swasta dibiarkan mengisi kekosongan.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X