Tag: Arah Baru Indonesiia

Partai Gelora Desak Komunitas Internasional Bantu Taliban Bentuk Pemerintahan yang Inklusif dan Moderat

, , , , ,

Partaigelora.id – Komunitas internasional, termasuk Indonesia di dalamnya diminta untuk tidak mengisolir Taliban sebagai pemenang di Afghanistan, tetapi justru secara bersama-sama membantu mereka untuk pemerintahannya yang inkluisf dan moderat. 

“Taliban jangan diblokade, karena begitu diisolasi oleh dunia internasional dan diblokade, maka mereka tidak punya jalan lain. Mereka akan mengembangkan jalan-jalan kekerasan terorisme dan menyebarkan ke seluruh dunia lagi,” kata Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia dalam dialog Catatan Demokrasi di tvOne dengan tema ‘Taliban Menang, Islamofobia Datang?, Rabu (24/8/2021).

Menurut Mahfuz, situasi dan kondisi di Afghanistan saat ini sebenarnya tidak terlepas dari politik geopolitik internasional. Afghanistan, lanjutnya, dijadikan tempat perang antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet (Rusia).

Dalam posisi ini, sebenarnya Afghanistan merupakan korban dari perang dingin tersebut. Sehingga memunculkan berbagai kelompok jihad di Afghanistan maupun dari berbagai negara seperti Taliban Al-Qaeda, ISIL (Isis Asia Selatan), termasuk jihadis dari Indonesia (Jamaah Islamiyah).

“Tapi sebenarnya Taliban itu sebenarnya bukan terorisme,  kelompok perlawanan asli di Afghanistan. Dan Taliban sudah membuat perjanjian dengan Amerika untuk tidak memberikan ruang bagi ekosistem Al Qaeda dan ISIS. Apakah kemudian Taliban bisa memenuhi, inilah yang harus dibantu oleh masyarakat internasional,” katanya.

Karena itu, masyarakat internasional dan negara-negara besar punya kepentingan langsung dengan Afghanistan saat ini paska kemenangan Taliban dengan mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang inklusif dan moderat.

“Dari Afghanistan sekarang yang diinginkan oleh dunia itu apa?Apakah Taliban mau dijadikan medan pertempuran baru atau sebagai alat pukul baru atau memang kita menginginkan merekonstruksi Afghanistan. Karena jalan kekuatan militer saat ini  sudah menunjukkan kegagalan dan menimbulkan perspektif kecemasan dan Islamofobia (kecurian), apakah ini yang mau dikedepankan terus? tanya Mahfuz.

Mahfuz menyadari kemenangan Taliban di Afghanistan saat ini menimbulkan pro kontra dan kecemasan baru di dunia internasional maupun di tanah air seperti kekuatiran munculnya aksi-aksi terorisme baru.

“Indonesia juga perlu mendudukkan soal Afghanistan ini, karena sudah memiliki hubungan baik selama ini. Afghanistan sudah melewati konflik dan peperangan lebih dari 40 tahun, kita dua tahun di lockdwon saja sangat berat, bagaimana dengan rakyat Afghanistan,” ujar Mahfuz.

Mahfuz mengatakan, Afghanistan merupakan salah satu negara dari 8 negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Afghanistan dilakukan sebanyak dua kali, dan meminta Indonesia segera mengirimkan perwakilannya sebagai Duta Besar di Afghanistan.

“Pada tahun 1947, kemudian kita mengirim Mayjen Abdul Kadir kala itu sebagai Duta Besar pertama Indonesia di Afghanistan.  Afghanistan juga menolak Agresi Militer Belanda II dan ikut Konferensi Asia Afrika di Bandung. Dukungan Afghanistan buat Indonesia sangat besar,” katanya.

Partai Gelora berharap pemerintah Indonesia memiliki political will untuk membantu negara dan bangsa Afghanistan bisa keluar dari krisis situasi saat ini. Dimana ada dua pekerjaan rumah (PR) besar, yakni membentuk state building dan nation state, serta meredakan konflik antar milisi atau faksi di Afghanistan.

“Di Afghanistan ada 7 kelompok mujahdin, sekarang tinggal 3 kelompok, yakni Taliban, Al Qaeda dan ISIS Asia Selatan (ISIL). Kita perlu dorong terjadinya rekonsilasi diantara faksi-faksi tersebut. Jika sekarang Taliban yang menang, maka kita bantu membangun state building dan nation building dengan membentuk pemerintah yang inklusif dan moderat,” pungkas Mahfuz Sidik

Partai Gelora Dorong Masjid sebagai Tempat Vaksinasi, serta Kampanye Vaksin Sehat dan Halal

, , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mendorong penggunaan masjid sebagai tempat untuk  menggelar vaksinasi Covid-19, serta kampanye vaksin sehat dan halal.

Hal itu guna menanggulangi narasi disinformasi vaksin Covid-19 yang berkembang di masyarakat, yang lebih banyak ditemukan dengan latar keagamaan.

“Saya sebenarnya agak membayangkan kalau narasi keagamaan ini bisa kita jawab dengan operasional. Misalnya vaksin bekerja sama dengan dewan masjid, karena ini kampanyenya sederhana, sehat dan halal. Ini sekaligus melawan banyak sekali disinformasi mengenai vaksin,” ujar Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia saat memberikan pengantar diskusi Paradise Talk dengan tema ‘Peran Masjid di Tengah Pandemi Covid-19, Minggu (22/8/2021).

Diskusi ini digelar secara virtual oleh Bidang Hubungan Keumatan Partai Gelora Indonesia, dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan,  Wakil Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan MUI KH Fahmi Salim, serta Dewan Pakar DMI DKI Jakarta Ustadz Ade Purnama.

Anis Matta menyebut, penolakan vaksinasi Covid-19 banyak datang dari orang-orang yang tingkat keagamaannya tinggi. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan Gelora.

“Kita menemukan penolakan terhadap vaksin ini paling banyak ditemukan pada orang-orang dengan tingkat keberagamaan cukup tinggi,” ujar Anis.

Berdasarkan survei tersebut, 45 persen masyarakat menolak vaksin. Alasannya lebih banyak karena percaya terhadap disinformasi vaksin Covid-19.

“Sebagian dari narasi yang melatari penolakan kepada vaksin ini adalah isu-isu yang sebenarnya berkembang sebagai disinformasi, misalnya ini vaksin China, unsur kehalalan dan seterusnya,” ujar Anis.

Maka itu, ketika masjid ditutup dengan alasan pembatasan aktivitas muncul perlawanan oleh masyarakat. Masyarakat banyak juga yang abai protokol kesehatan di masjid karena merasa tidak akan terpapar virus corona.

“Jadi ini ada satu narasi yang berkembang di masyarakat kita. Saya kira perlu untuk kita selesaikan,” katanya.

Menanggapi hal ini Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyatakan, sependapat dengan ide Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta. Anies pun mengaku sudah mendorong agar masjid dapat menjadi tempat vaksinasi Covid-19.

Dia menyebut, saat ini sudah ada beberapa masjid yang menggelar vaksinasi bagi masyarakat. Di antaranya Masjid Baitul Karim di Johar Baru, Jakarta Pusat, dan Masjid Said Naum di Tanah Abang.

“Kita perlu mendorong lebih banyak tempat ibadah yang memberikan ketenangan batin ini menjadi tempat yang memberikan ketenangan untuk vaksinasi. Dan masyarakat pun banyak yang mengatakan lebih tenang nih, pak vaksinnya di masjid,” paparnya.

Anies mengatakan, vaksinasi Covid-19 merupakan bentuk perlindungan tambahan selain pelaksanaan protokol kesehatan. Menurut Anies, vaksinasi juga menjadi salah satu upaya agar aktivitas keagamaan dapat kembali dilakukan.

“Salah satu pintu penting untuk masjid bisa kembali ramai dengan cara melindungi jamaahnya, perlindungan pada jamaah tambahannya adalah vaksin,” katanya.  

Dewan Pakar DMI DKI Jakarta Ustadz Ade Purnama mengatakan, DMI akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah daerah lainnya untuk melakukan vaksinasi di masjid-masjid, sehingga target herd immunity (kekebalan komunal) segera tercepai.

“Alhamdulllah hasilnya sudah melandai, tetapi masjid-masjid masih kita himbau untuk tetap menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Kita akan menggalakkan vaksinasi di masjid-masjid,” kata Ade Purnama.

Dengan melandainya Covid-19 di Jakarta, kata Ade Purnama, DMI berani mengggelar acara mengetuk ‘Pintu Langit’ setiap malam Jumat bekerjasama dengan MUI dan Pemprov DKI Jakarta.

“Bentuk acaranya adalah Khotmil Qur’an (Khatam Al Qur-an) dibarengi dengan dzikir dan doa. Ini gagasan dari Pak Gubernur (Anis Baswedan) yang didukung TNI/Polri. Memahamkan masyarakat itu memang butuh waktu, tetapi mudah-mudahan upaya ini berhasil,” katanya.

Sementara Wakil Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan MUI KH Fahmi Salim menambahkan, masjid adalah sentra peradaban Umat Islam, namun adanya pandemi Covid-19 telah mengubah semua kenormalan yang ada, termasuk dalam hal beribadah.

“Jadi seperti disampaikan Pak Gubernur (Anis Baswedan, red) kita harus menjaga diri, karena semua kebiasaan berubah termasuk beribadah kita di masjid. Ini tantangan kita, tidak mudah memang menjelaskan kepada umat. Dan kita berharap partai yang berideologi Islam jangan cuma bergerak mau pemilu saja, menang di aqidah ideologi saja, tapi aksinya kurang,” kata Fahmi Salim.

Indonesia Bonus Demografi, Anis Matta: Pandemi ‘Membajak’ Mimpi Anak Muda

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Indonesia saat ini harusnya berada pada era bonus demografi yang ditandai dengan melimpahnya anak usia muda. Namun pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia kini justru mengancam potensi itu. Pandemi dinilai telah ‘membajak’ mimpi-mimpi yang sudah mekar yang seharusnya bisa dinikmati sekarang, namun tiba-tiba krisis datang.

Alhasil, anak usia produktif usia 20-30 dan 30-40 yang sedang melimpah, seharusnya membangun hal-hal besar di periode ini, tidak punya ruang gerak untuk bergerak. Padahal ibarat bunga, mereka waktunya mekar, bukan layu sebelum berkembang

Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia saat memberikan pengantar Gelora Talks dengan tema 76 Tahun Anugerah Kemerdekaan: Pemuda dan Mimpi Besarnya tentang Indonesia, Rabu (18/8/2021) petang.

“Ketakutan akan varian-varian baru dari Corona dipenuhi oleh peristiwa-peristiwa tumbangnya satu persatu korporasi bisnis dan sangat mungkin juga dipenuhi oleh tumbangnya banyak pemerintahan di masa-masa yang akan datang. Kita lihat di Malaysia, perdana menterinya (Muhyidin Yassin, red) sudah mundur karena tidak kuat, tidak mampu memikul beban krisis yang sekarang ini,” kata Anis Matta.

Maka dari itu krisis ini menurut Anis memukul satu kekuatan inti Indonesia yaitu bonus demografi. Bahkan kondisi ini pun bisa lebih parah lagi dalam 10-20 tahun ke depan. Pandemi, krisis ekonomi, krisis politik semakin mengancam usia produktif Indonesia.

Menurutnya hal yang harus diperbaiki ke depannya yaitu keyakinan dari diri masing-masing individu. Hal ini sangat penting untuk mengantisipasi dampak pandemi yang bisa membajak bonus demografi.

Keyakinan ini menjadi penting bagi para pemuda usia produktif untuk mekar dengan mimpi-mimpinya. Apakah pandemi ini bisa membajak bonus demografi, atau justru mengubahnya menjadi sebuah peluang karena kita memiliki optimisme, memiliki adjustment terhadap situasi, dan mau mengubah tantangan menjadi sebuah peluang,” kata dia.

Anak muda di samping berpikir realistis juga harus punya semangat optimisme dalam menghadapi krisis pandemi. Anis mengatakan dengan adanya optimisme ini menjadi sebuah kekuatan baru untuk kebangkitan Indonesia ke depannya.

“Musuh kita yang sebenarnya sekarang bukan virus, tapi adanya keinginan untuk layu di dalam diri kita. Jangan sampai sebagai bangsa kita layu sebelum berkembang,” tutup Anis.

Anis Matta pun membuat puisi untuk menggambarkan dan curahan isi hatinya atas kekuatirannya mengenai masa depan generasi muda Indonesia mendatang. Puisi tersebut diberinya judul ‘Melawan Layu’.

“Bisakah kita berlindung pada ingatan kemerdekaan, yang kini dibajak pandemi, yang menyerbu bagai hama, membunuh semua bunga di taman dan kita gugur di musim semi. Bisakah kita memanggil Chairil membaca puisinya sekali lagi, sebab kematian menari-nari disini dalam hening tanpa dentuman peluru dan kita masih tetap tak mengerti siapa musuh dalam perang ini,” demikian penggalan puisinya.

Diskusi ini dihadiri narasumber pengusaha muda dan penggiat olahraga kalangan pemuda, Azrul Ananda, duo Pemain Sepak Bola Nasional & Ex Pemain Timnas PSSI Okto Maniani dan Titus Bonai, serta enterpreneur muda Indonesia Sally Giovanny.

Azrul Ananda mengatakan, pandemi Covid-19 memang memberikan efek secara ekonomi, namun hal itu akan menjadi tantangan tersendiri. Setiap pemuda harus membuat planing atau perencanaan dalam hidupnya.

“Intinya kita harus membuat planning yang paling penting. Kita akan menemukan jalan dari ketidakpastian. Seperti ketika saya membuat Liga Basket Pelajar (DBL), akhirnya kita buat produksi sendiri sepatu, bola, kaos dan lain-lain,” kata Azrul, anak mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan ini.

Sedangkan Sally Geovani, pengusaha muda asal Bandung mengatakan, setiap pemuda harus berani melakukan inovasi dan bisa menyesuaikan dengan situasi yang terjadi sekarang seperti pandemi saat ini.

“Sebenarnya bisnis saya dimulai berjualan kain kafan karena dibutuhkan setiap orang. Dari sini berkembang menjadi bisnisbatik, karena bahan dasarnya sama katun. Ya, alhamdullilah bisnis batik terus berkembang seperti sekarang. Di masa pandemi ini, saya buat masker batik dan laku keras. Intinya, inovasi,” kata Selly.

Sementara Okto Maniani dan Titus Bonai mengatakan, mereka berdua harus melalui masa-masa sulit sebelumnya menjadi pemain sepak bola nasional dan masuk Timnas Indonesia. Sejak awal telah ditanamkan dalam dirinya untuk menjadi atlet Sepak Bola Timnas Indonesia

“Saya sendiri jadi nelayan, jam 4 pagi saya jualan ikan di pasar. Singkat cerita kehidupan saya ini tidak berubah, saya harus jadi atlet, sementara kakak Tibo sudah jadi atlet. Motivator saya adalah abang senior saya yang main di Timnas di umur17 tahun,” ungkap Okto.

Atas dasar itu, Okto Maniani mengaku termotivasi untuk berjuang keras masuk Timnas Nasional, meski postur tubuhnya tidak mendukung sebagai pemain sepak bola, namun dia memiliki keunggulan dalam kecepatan berlari dan gocekan dalam menggiring bola.

“Saya harus kerja keras, lari di pantai, lari di gunung agar menjadi pemain profesional. Kita punya motivasi sendiri, banyak teman-teman saya di Jayapura juga sama, karena keterbatasan akses. Kita terus latihan-latihan agar punya fisik kuat,” pungkas Otto.

Residu Afghanistan

, , ,

Partaigeloraid – Di Dunia Islam, ada sambutan besar atas kemenangan Taliban dan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Afghanisntan. Dulu Mujahidin mengalahkan Uni Soviet. Sekarang Taliban mengusir AS seperti dulu bangsa Vietnam mengusir mereka.

Tapi cerita keseluruhannya tidak akan sama dengan apa yang tampak di depan mata. Uni Soviet runtuh setelah kekalahan di Afganistan. Invasi itu memang kesalahan staregis yang sangat fatal karena menyedot sumber daya dan mendemoralisasi spirit militer dan rakyat.

Berbeda dengan imperialisme Eropa sebelumnya dimana negara penjajah menyedot sumberdaya negara jajahan, Uni Soviet justru menyebar sumberdayanya untuk mempertahakankan “integritas teritorial” negara-negara yang sudah diinvasinya. Kelak ini menjadi akar kesimpulan bahwa sistem komunisme tidak bisa bekerja secara efektif, karena tidak ada pertumbuhan kolektif yang bisa diredistribusi. Jadi wilayah teritori Uni Soviet sebagai imperium sangat luas tapi ukuran ekonominya sangat kecil. Mereka “berbagi kemiskinan dan opium”, bukan berbagi kesejahteraan.

Kelak fakta dasar itu yang menjadi alasan China di bawah Deng Xiaoping beralih ke kapitalisme dengan mendefinisikan ulang sosialisme sebagai cara berbagi kesejahteraan, bukan berbagi kemiskinan.

Tapi penarikan pasukan AS dari Afganistan (dan sebelumnya dari Irak serta mungkin setelahnya dari Syria dan Teluk) adalah “koreksi atas kesalahan strategis”. Sama persis dengan keterlibatan dalam Perang Vietnam (1955-1975). Itu perang yang sia-sia karena didorong eforia kemenangan pada Perang Dunia II. Bahkan Perang Korea juga bagian dari eforia itu. Tidak ada target spesifik yang mengharuskan mereka hadir di sana, termasuk ide melawan penyebaran komunisme.

Itu perbedaan yang sangat fundamental. Lalu apa yg salah? Isu “perang melawan terorisme” adalah narasi yang gagal menciptakan “musuh bersama”. Ongkosnya terlalu besar, pengelolaan medianya buruk, Eropa sebagai sekutu utama tidak semangat untuk terlibat jauh. Citra AS sebagai pemimpin global makin terpuruk dan kehilangan kepercayaan dari sekutu Eropa.

Dan yang lebih penting adalah bahwa narasi itu tidak menjawab masalah inti masyarakat AS yang jauh lebih rumit, yaitu persoalan ekonomi dalam negeri AS sendiri. Ketimpangan ekonomi, penciutan kelas menengah dan munculnya Kulit Putih Miskin, adalah ancaman laten yang berpotensi menciptakan revolusi sosial dan menjadi lahan subur bagi tumbuhnya ideologi sosialisme.

Bush Senior kalah dalam Pilpres 1992 melawan Clinton justru setelah memenangkan Perang Teluk 1991. Itu karena isu ekonomi. “It’s the economy, stupid!” adalah jargon paling efektif mewakili kebosanan generasi baru AS yang berada dalam tekanan Perang Dingin selama 45 tahun. Bush Senior yang mantan direktur CIA gagal membaca “public mood” generasi baru AS.

Periode Bush Junior (2000-2008) juga ditutup dengan ledakan krisis finansial global tahun 2008. Itu mengantarkan kemenangan bagi Obama (2008-2016). Dan sejak itu ide perang melawan teror menjadi tidak relevan. Masalah ekonomi domestik menciptakan “polarisasi elite dan rakyat” sekaligus. Itu bisa jadi ancaman Perang Saudara seperti yang sebelumnya pernah mereka alami.

Tapi Obama juga tidak bisa menyelesaikan masalah itu dalam dua periode kepresidennya. Dan itulah yang memberi peluang bagi kemenangan Trump pada 2016. Obamacara tidak menyentuh isu ketimpangan ekonomi secara susbtansial. Ada terlalu banyak kontradiksi dalam sistem ekonomi neoliberal AS yang telah melahirkan residu sosial yang sangat berbahaya. Finansialisasi ekonomi, peralihan industri manufaktur ke luar AS khususnya Asia, sebagai contoh, telah mengubah bukan saja struktur ekonomi AS, tapi juga struktur sosialnya. Kelas menengah yang hampir 70% dan menjadi sebab stabilitas politik AS, menciut drastis dan muncul fenomena baru: Kelas Putih Miskin.

Karena itu selama periode Bush (2000-2008), AS membuat Departemen Keamanan Dalam Negeri (Homeland Security) sebagai antisipasi terhadap kemungkinan revolusi sosial yang tidak terkendali. Itu jelas berbeda dengan jargonnya melawan teroris. Karena isu ketimpangan itu riil, sementara isu terorisme itu abstrak.

Tapi selama periode Obama (2008-2016) ada perubahan besar pada visi global AS. Musuh mereka bukan lagi teroris, tapi China dan Rusia. Terorisme adalah musuh imajiner yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Tapi China dan Rusia adalah musuh riil yang punya kekuatan ekonomi, teknologi dan militer berskala besar.

Bisa dibilang sebenarnya Amerikalah yang membesarkan China dan kini menganggapnya sebagai masalah. Tapi China berbeda dengan Jepang dan Jerman yang dibangun AS setelah PD II. Kedua negara itu takluk dalam perang dan paling tidak dalam jangka waktu lama tidak akan memiliki ambisi imperial. China jelas memiliki ambisi imperial itu. China dipisahkan dari Uni Soviet lalu ditarik masuk ke dalam sistem kapitalisme. China menikmati investasi, teknologi, dan pasar AS dan Eropa sekaligus. Ada peralihan industri manufaktur dari AS ke China dalam skala sangat besar. Sekarang kelas menengah kulit putih AS kehilangan pekerjaan, tapi China justru menyaksikan pertumbuhan kelas menengah baru.

Itulah paradoksnya. Itulah kontradiksinya. Maka pada pilpres AS tahun 2016, kita menyaksikan dua fenomena penting. Kemenangan Trump mewakili kebangkitan Trumpisme: kulit putih miskin yang terlempar dari kelompok kelas menengah. Sementara walaupun tidak jadi kandidat presiden Partai Demokrat, Berni Sanders mewakili kebangkitan generasi baru AS yang percaya pada sosialisme.

Yang sama pada semua kandidat adalah semangat Anti-China. Walaupun Trump kalah pada 2020 lalu, semangat itu telah menjadi doktrin formal negara dan narasi yang dipercaya rakyat AS sebagai alasan kebangkitan baru mereka.

Jadi di tengah problematika sosial, ekonomi dan politik domestik itu, keberadaan pasukan AS di Timur Tengah dan Asia Tengah memang menjadi sangat tidak relevan. Memang harus ditarik. Itu ongkos kedigdayaan yang sia-sia belaka.

Tapi bagaimana mempertahankan dominasi global AS selanjutnya? Itulah inti dari semua cerita ini selanjutnya.AS akan fokus pada konsolidasi sekutu utama di Atlantik (Eropa) dan Pasifik (Jepang, Australia, India, plus Korsel dan Taiwan). Sementara masalah kawasan diberikan kepada kekuatan kawasan. Turki, misalnya, bisa diandalkan untuk Asia Tengah, Timur Tengah dan Afrika Utara. Turki bisa berperan sebagai sekutu regional AS di kawasan yang dulu merupakan wilayah imperium Ottoman.

Bagi AS, strategi geopolitik itu bisa mengurangi intervensi teritorial dan mengandalkan sekutu regional. Ada efesiensi finansial, kesempatan untuk melakukan konsolidasi sekutu global dan perbaikan citra sebagai pemimpin dunia.

Kunjungan Biden beberapa waktu lalu ke Eropa relatif berhasil mengkonsolidasi sekutu utama AS. Begitu juga pertemuan bilateral dengan Erdogan sebagai anggota NATO dengan peran baru Turki di kawasan.

Jadi Afganistan di bawah Taliban akan sangat dipengaruhi secara ideologi dan politik Turki, dan tentu juga Pakistan sebagai sandaran teritori Taliban sebelumnya. Tapi respons Iran, Rusia dan China juga pasti menentukan bagi Taliban.

Yang pasti “bisul” dalam strategi global AS sudah pecah. Nasibnya tidak akan sama dengan Uni Soviet. AS justru lebih solid secara domestik setelah mundur dari Afghanistan. Mereka bisa fokus ke perbaikan ekonomi domestik untuk menghilangkan residu Trumpisme. Dan fokus ke China. Tapi yang tersisa di Asia Tengah justru residunya. Itulah yang sekarang jadi masalah bagi Turki, Pakistan, China, Rusia dan Iran.

Ada residu lain. Ribuan agen/pekerja AS dari warga Afganistan bersama keluarga mereka akan dipindahkan ke beberapa negara Teluk seperti UAE, Arab Saudi dan Qatar. Dulu AS yang bayar, giliran yang lain.

Salah satu kelebihan demokrasi AS adalah mereka membuka diri untuk semua kritik internal dan “perbaikan strategi” secara berkesinambungan tanpa harus merasa bersalah atau kalah.

Anis Matta
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia

Partai Gelora Indonesia Bagikan Bendera Merah Putih dari Aceh Sampai Papua

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Dalam rangka menyambut Kemerdekaan RI ke-76, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia secara serentak membagikan Bendera Merah Putih dari Aceh hingga Papua pada, Senin (16/8/2021).

Pembagian bendera ini diharapkan bisa menjadi momentum kebangkitan bangsa Indonesia dalam membangun optimisme masyarakat dari krisis berlarut akibat pandemi Covid-19 saat ini.

“Aksi membagi bendera ini dilakukan oleh Partai Gelora dari Aceh sampai Papua untuk merajut kembali semangat Indonesia Bersatu dan membangun optimisme bangsa bahwa kita bisa menang menghadapi pandemi dan krisis ini,” kata Mahfuz Sidik, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik dalam keterangan, Selasa (17/8/2021) .

Di Aceh, pembagian Bendera Merah Putih dilakukan DPW Partai Gelora Aceh dan DPD Banda Aceh kepada para pengguna jalan pada Senin (16/8/2021) siang. Warga terlihat sangat antusias ketika dipasangkan Bendera Merah Putih di kendaraan mereka.

Pembagian Bendera Merah Putih ini dilakukan di empat lokasi, yaitu di depan Masjid Raya Baiturrahman, Bundaran Simpang Lima, Taman Sari Putroe Phang, dan depan Museum Tsunami Aceh.

Sekretaris Bidang Komunikasi DPW Partai Gelora Aceh, M Sufri,  mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat nasionalisme dan rasa cinta masyarakat kepada Tanah Air.

“Pendemi Covid-19 menjadi momentum untuk membangkitkan rasa kebersamaan dan sependeritaan untuk terus menjaga keutuhan NKRI,” ujar M Sufri.

Sementara di Papua, pembagian Bendera Merah Putih dilakukan DPW Partai Gelora Papua di tiga titik di Jayapura dan sekitarnya pada Senin (16/8/2021). Yakni Lampu Merah Bandara Sentani, Lingkaran Abepura dan Lampu merah Dok II Kota Jayapura.

Dalam pembagian bendera ini, kader baru Partai Gelora yang merupakan pesepak bola nasional Okto Maniani ikut berpartisipasi. Okto Maniani terlihat membagikan Bendera Merah Putih kepada para pengguna jalan baik roda empat maupun roda dua.

Ketua DPW Partai Gelora Papua Muhammad Yamin Noch mengatakan, kegiatan ini merupakan ikhtiar untuk membangkitkan Optimisme dan semangat kebangsaan kita.

“Meski ditengah krisis yang melanda dunia Khususnya Indonesia, bara juang dan semangat 45 kita jangan sampe padam, jangan menyerah, tetap optimis, semoga kita bisa keluar sebagai pemenang dari pandemi ini,” kata Yamin.

Selain di Aceh dan Papua, aksi bagi-bagi Bendera Merah Putih ini juga dilakukan secara serentak oleh 32 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) lainnya se-Indonesia.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia berharap masyarakat Indonesia tidak menyerah dalam melawan perang Covid-19, mampu bertahan dan menang dalam menghadapi krisis berlarut ini.

“Dengan Rahmat Allah, kita memperoleh kemerdekaan. Dengan Rahmat Allah pula, insya Allah, kita bisa tegar dan mampu melewati krisis yang sekarang kita hadapi. Jangan Menyerah!,” pinta Anis Matta

Setelah Okto Maniani, Eks Penyerang Timnas Senior Indonesia, Titus Bonai Bergabung ke Partai Gelora

, , , , , ,

Partaigelora.id – Eks penyerang Timnas Senior Indonesia Titus Bonai, asal Papua menyusul rekannya Okto Maniani telah bergabung ke Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia besutan Anis Matta, Fahri Hamzah dan Mahfuz Sidik pada Kamis (12/8/2021). Tibo, sapaan akrab Titus Bonai secara resmi bergabung dengan Partai Gelora pada Senin (16/8/2021) siang ini di Papua. 

Dengan bergabungnya Okto Maniani dan Titus Bonai, maka ibarat bermain Sepak Bola, Partai Gelora menjelang Pemilu 2024 telah didukung penyerang dan winger (sayap) yang memiliki skill kecepatan lari yang luar biasa, bisa menarik simpati masyarakat.

“Menyusul Okto Maniani, Siang ini (Senin, 16/8/2021), Titus Bonai (Tibo), mantan pemain Timnas Indonesia asal Papua, pemain Persipura dan klub-klub lainnya, bergabung bersama Partai Gelora Indonesia,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah dalam keterangannya, Senin (16/8/2021).

Menurut Fahri, bergabungnya Okto Maniani dan Titus Bonai merupakan hadiah yang luar biasa bagi Partai Gelora menjelang peringatan Kemerdekaan RI ke-76.

“Ini hadiah bertubi-tubi yang luar biasa menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-76. Okto Maniani dan Titus Bonai juga akan meramaikan peristiwa PON di Papua bulan Oktober mendatang,” kata Fahri.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menegaskan, bergabungnya Okto dan Tibo ke Partai Gelora menandakan bahwa Partai Gelora mendapatkan sambutan luas dari tokoh-tokoh dan masyarakat Papua.

“Penerimaan yang luas dari tokoh-tokoh dan masyarakat Papua kepada Partai Gelora adalah perlambang bahwa partai ini memang mencerminkan warna ke-Indonesiaan yang kuat,” tegas Fahri.

Visi ke-Indonesiaan Partai Gelora dengan Arah Baru Indonesia Menuju Lima Besar Dunia, lanjutnya, tidak hanya ‘ditangkap’ oleh orang-orang besar di Indonesia Barat saja, tetapi juga di  Indonesia Timur.

“Orang-orang besar dari barat dan timur dari seluruh Indonesia sudah menyambutnya dengan baik sejak pawai kebangsaan dan Gerakan Arah Baru yang kita rancang pada tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Fahri berharap dengan keanggotaan dua pemain sepak bola nasional asal Papua ini, akan menjadikan penanda pilihan politik masyarakat Papua dan rakyat Indonesia pada umumnya dalam menyalurkan aspirasi dalam Pemilu 2024 mendatang.

“Mudah-mudahan keanggotaan dua pemain fenomenal kita dari Papua ini, akan menjadi tonggak penanda, bahwa Partai Gelombang Rakyat Indonesia akan menjadi pilihan masyarakat Indonesia ke depan. Ini harus kita syukuri karena momen-momen ini, kita mendapatkan kebahagiaan berkali-kali,” tandas Fahri Hamzah.

Ketua Bidang Rekrutmen Anggota DPN Partai Gelora Indonesia Endy Kurniawan mengatakan, sejak awal mendengar Titus Bonai akan menyusul bergabung ke Partai Gelora.

Karena itu, ia mengapresiasi kinerja DPW  Papua yang secara gigih berhasil merekrut tokoh-tokoh Papua seperti Okto Maniani dan Titus Bonai.

“Platform Gelora yang terbuka dan kolaboratif saya kira menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia yang sangat majemuk seperti di Papua,” kata Endy.

Partai Gelora, kata Endy, bersyukur atas bergabungnya Tibo. Hal ini akan jadi pendorong untuk terus meningkatkan kerja teritorial dan kerja digital seluruh fungsionaris baik di DPN, DPW maupun DPD se-Indonesia.

Titus Bonai bukanlah sosok asing di dunia sepak bola tanah air yang berposisi sebagai penyerang. Pria bernama lengkap Titus John Londouw Bonai ini lahir di Jayapura, Papua, pada 4 Maret 1989.

Tibo mengawali kariernya bersama Persipura Jayapura U-21 pada tahun 2008. Sebelum pandemi, Titus Bonai kembali bermain untuk Borneo FC, yang sempat dibelanya selama dua musim.

Selain bermain di Persipura Jayapura, Tibo juga sempat bermain di Sriwijaya FC, PSM Makassar, Semen Padang, Bontang FC dan Persiram Raja Ampat. Tibo juga sempat membela klub Thailand, BEC Tero Sasana.

Di Timnas Indonesia, Titus Bonai pernah bermain untuk Timnas U-23 Indonesia, Piala AFC 2012 dan ajang Sea Games 2011 dibawah asuhan Rahmad Darmawan.

Kala itu penampilan Titus Bonai begitu memukau dan konsisten saat berduet dengan Patrich Wanggai rekan tanah kelahirannya di Papua begitu fantastis.

Secara individu, skill, fisik dan naluri golnya sangat tinggi. Tibo selalu menjadi starter dalam semua pertandingan Timnas Indonesia di ajang internasional

Pesepak Bola Nasional Asal Papua Okto Maniani Gabung Partai Gelora

, , , ,

Partaigelora.id – Mantan pemain andalan Timnas Indonesia Oktovianus ‘Okto’ Maniani bergabung dengan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia pada Kamis (12/8/2021) siang.

Okto Maniani mengaku gembira dan bersemangat bisa bergabung dengan Partai Gelora besutan Anis Matta, Fahri Hamzah dan Mahfuz Sidik.

“Saya sempat berkomunikasi langsung melalui video call dengan Okto begitu mendapat kabar bahwa dia gabung ke Partai Gelora, Kamis (12/8/2021) siang. Cerah wajahnya,” kata Endy Kurniawan, Ketua Bidang Rekrutmen Anggota DPN Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya, Jumat (13/8/2021).

Kepada Okto Maniani, Endy menyampaikan ucapan terima kasih bersedia bersama-sama untuk meraih visi Partai Gelora yang mengusung Arah Baru Indonesia menuju Lima Besar Dunia.

“Sebagai partai baru, Partai Gelora memang perlu kolaboratif dengan semua tokoh dan ragam kepentingan. Okto mengucapkan terima kasih dan salam untuk teman-teman Partai Gelora di seluruh Indonesia,” katanya.

Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora, lanjut Endy, mengapresiasi Dewan Pimpinan Wlayah (DPW) Papua secara gigih berhasil merekrut tokoh-tokoh Papua seperti Okto Maniani bergabung bersama Partai Gelora.

“Saya juga mendengar akan cukup banyak nama atlet nasional dari Papua yang akan bergabung bersama Gelora, termasuk kolega-kolega Okto. Partai Gelora sebagai partai terbuka akan menyiapkan ruang partisipasi yang besar,” ujarnya.

Partai Gelora berpandangan, Okto Maniani merupakan representasi dan semangat Indonesia Timur.

“Kita berharap Okto bisa menjadi duta dan role model yang membawa aspirasi masyarakat yang berjuang bersama Partai Gelora,” tandasnya.

Ketua Bidang Gaya Hidup, Hobi dan Olahraga (Gahora) DPN Partai Gelora Indonesia Kumalasari (Mala) Kartini menegaskan, Okto Maniani bisa menyuarakan aspirasi mengenai pembinaan, pengembangan olahraga, khususnya sepak bola melalui Partai Gelora.

“Senang sekali mantan pemain Timnas Okto Maniani gabung ke Partai Gelora Indonesia. Bisa menyuarakan permasalahan dalam pembinaan, pengembangan olahraga pada umumnya dan cabang sepak bola pada khususnya,” kata Mala.

Sebagai tokoh muda, kata Mala, Okto Maniani bisa menjadi magnet untuk mengajak kawula muda berbondong-bondong bergabung dengan Partai Gelora.

“Tentunya Okto Maniani bisa mengajak kawula muda untuk gabung di Partai Gelora Indonesia,” pinta Mala.

Okto Maniani sendiri menyatakan, bergabungnya dirinya ke Partai Gelora dalam rangka mengaktualisasikan kreatifitas orang-orang Papua. Karena itu, Okto Maniani pun mengajak para milineal Papua segera bergabung ke Partai Gelora.

“Saya sudah gabung, kamu kapan? Saya Okto Maniani, pemain sepak bola Indonesia. Gelora Indonesia jaya,” kata Okto Maniani

Oktovianus Maniani, lahir di Jayapura pada 27 Oktober 1990 silam. Meski bertubuh mungil, pemain sepak bola asal Papua ini dikenal memliki kecepatan berlari dan gocekan yang apik. Kecepatan dan kemampuan olah bolanya membuatnya kerap merepotkan bek-bek lawan

Sebelum pandemi Covid-19, Otto Maniani Persiba Balikpapan di Liga 2 pada 2020 lalu. Dia dipanggil untuk memperkuat Indonesia U-23 di ajang Sea Games 2011 di mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Pada Indonesia Super League (ISL) tahun 2010-2011, Otto Maniani dipinang oleh klub Sriwijaya FC yang dilatih oleh Ivan Kolev. Okto Maniani juga pernah memperkuat Arema Cronus, Madura FC, Perserang, Persewar Waropen dan lain-lain.

Otto Maniani juga pernah tergabung dalam Indonesia untuk persiapan Piala AFF 2010 di bawah asuhan Alfred Riedl. Ia pun masuk skuat pemain Timnas senior dan memperkuat Indonesia dalam even-even internasional.

Pada 2015, Otto Maniani ikut bermain dalam sinetron serial Madun yang tayang di SCTV. Sinetron yang diproduksi Amanah Surga Productions ini, mengisahkan perjuangan seorang remaja bernama Madun untuk pemain bola. Otto Maniani sendiri dalam sinetron ini tetap berperan sebagai Okto Maniani, pemain sepak bola asal Papua.

Anis Matta Minta Data Kematian Covid-19 tidak Dihapus, Kredibilitas Taruhannya

, , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta menyatakan, bahwa penghapusan data kematian Covid-19 dapat menciderai kredibilitas Indonesia di mata dunia internasional.

“Data kematian akibat Covid-19 merupakan data standar dunia, seluruh negara terutama negara G20 melaporkannya secara harian, bila Indonesia tidak menyertakan data kematian tersebut, kredibiltas Indonesia dapat terciderai, Indonesia bisa tidak diakui mengikut standar pelaporan WHO,” ujar Anis Matta saat memberikan pengantar Gelora Talks dengan tema ‘Waspada! Ancaman Covid-19 Merambah Pedesaan’, Rabu (11/8/2021).

Diskusi ini menghadirikan narasumber Kasubbid Tracing Satgas Covid-19 dr Koesmedi Priharto Sp.OT M.Kes, Pakar Kebijakan Bioteknologi dan Kesehatan  IPMI Business School  Sidrotun Naim, M.P.A., Ph.D, serta Ahli Epidemiologi Lapangan, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo

Seperti diketahui, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Selasa (10/8/2021) mengumumkan pemerintah memutuskan untuk tidak mengeluarkan angka kematian warga terinfeksi virus corona dari indikator penilaian Covid-19.

Sebab, alur data pencatatan kematian di Indonesia masih belum real time. Pemerintah beralasan kematian yang diumumkan harian oleh pemerintah, bukan kumulatif kasus di hari yang sama, melainkan sumbangan beberapa kasus kematian yang terjadi di beberapa hari sebelumnya.

Anis Matta menyarankan data kematian tersebut seharusnya diperbaiki sesegara mungkin, bukan kemudian dihapuskan dalam pelaporan data harian Satgas Covid-19

“Seharusnya pemerintah memperbaiki data yang bermasalah tersebut secepatnya sehingga data tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan validasi penangganan pandemi dan konsekuensi data tersebut berguna menentukan kebijakan pemerintah yang tepat untuk masa depan,” ujar Anis Matta.

Anis Matta ingatkan bahwa Indonesia harus mengirim sinyal baik kepada dunia internasional bahwa prinsip keterbukaan, kejujuran dan transparansi selalu diterapkan dalam penanganan Covid-19 selama ini.

“Indonesia memiliki persoalan data yang perlu diperbaiki tidak hanya dalam data kematian Covid, juga data yang menyangkut testing, tracing dan treatment sehingga dunia tidak perlu ragu akan kredibilitas data Indonesia karena sebagai negara demokrasi Indonesia menganut prinsip keterbukaan, kejujuran dan transparansi yang selalu diterapkan dalam penanganan Covid-19 selama ini,” ujar Anis Matta.

Menanggapi hal ini, Kasubbid Tracing Satgas Covid-19 dr.Koesmedi Priharto menolak menjawab soal penghapusan data kematian.

“Kenapa jadi dihapus, ya saya belum dapat apa namanya, siapa yang memberikan keputusan. Saya cuman berpikir marilah kita bersatu, bergotong royong, jangan saling menyalahkan. Tidak ada yang ingin berbuat kesalahan,” kata Koesmedi. 

Namun, Epidemiologi Lapangan Unsoed dr. Yudhi Wibowo menilai penginputan data yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sangat buruk, bukan hanya soal data kematian, tetapi juga soal data perkembangan kasus baru.

“Data-data yang ada, dasarnya dari asesmen data yang diolah oleh Kementerian Kesehatan, tapi maaf masalah penginputan datanya jelek, cukup lama data kasus baru yang diinputkan,” kata Yudhi Wibowo.

Pakar Kebijakan Bioteknologi dan Kesehatan IPMI Business School Sidrotun Naim, M.P.A., Ph.D berharap Partai Gelora terus mendorong upaya  vaksinasi, meskipun vaksinasi tidak bisa mencegah penularan Covid-19, apapun jenis vaksin yang diberikan.

“Paling tidak jika terkorfimasi Covid-19 tidak sampai parah dan data kematiannya tidak terjadi kenaikan. Kita berharap peran Partai Gelora mendorong kerjasama vaksinasi di  masyarakat,” kata Sidrotun Naim, alumnus Harvard University ini.

Krisis Terus Berlanjut, Anis Matta: Jangan Menyerah, Indonesia Terus Optimis

, , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta seluruh fungsionaris di tingkat pusat dan daerah mewaspadai rute lanjutan dari pandemi Covid-19 dan potensi bencana alam dalam beberapa bulan ke depan.

Anis Matta sendiri telah mengkategorikan krisis pandemi Covid-19 ke dalam empat rute. Yakni rute pertama pandemi, rute kedua krisis ekonomi, rute ketiga krisis sosial dan rute keempat krisis politik.

“Pandemi Covid-19 sudah dan tanda-tanda masuk ke rute krisis sosial. Tekanan ekonomi yang makin berat dirasakan masyarakat lapis bawah dan makin berat dengan PPKM, memuculkan protes dan aksi pembangkangan masyarakat terhadap kebijakan atau keputusan pemerintah,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Sabtu (7/8/2021).

Pesan tersebut juga telah disampaikan Anis Matta saat memberikan arahkan dalam Rakornas VII Partai Gelora Indonesia membahas ‘Agenda Kerja 32 Bulan Menuju Sukses Pemilu 2024 dan Arah Baru Indonesia’ yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (5/8/2021) malam.

Menurut Anis Matta, beban masyarakat akan semakin berat manakala Indonesia memasuki siklus musim penghujan, yang seringkali dibarengi dengan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. 

“Kita lihat nanti di bulan bulan Oktober sampai Februari begitu musim penghujan datang, kita akan punya masalah besar lagi, dan Eropa banjir pada musim panas. Jadi kombinasi pandemi dan bencana alam ini akan mengguncang pikiran semua orang, public mood masyarakat,” katanya.

Karena itu, Anis Matta meminta pengurus dan anggota Partai Gelora di seluruh Indonesia terus mambangun komunikasi dengan masyarakat untuk mendengar dan mengukur suasana hati dan pikiran mareka (public mood).

“Partai Gelora harus terus berkomunikasi yang nyambung dengan public mood, lalu terlibat aktif membantu. Pendekatannya dengan edukasi dan pelayanan,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Anis Matta, masyarakat  diselimuti kebingungan menghadapi situasi karena begitu banyaknya disinformasi yang tidak jelas atau hoaks.

“Masyarakat yang kesulitan kita bantu dengan pelayanan langsung maupun tidak langsung, termasuk di desa-desa yang mulai dirambah oleh pandemi Covid-19,” katanya.

Untuk memberikan semangat kepada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19, Partai Gelora Indonesia telah meluncurkan dua buah lagu usai Rakornas VII pada Kamis (5/8/2021) berjudul Jangan Menyerah dan Indonesia Optimis.

Kisah Nabi Daud Kalahkan Jalut, Jadi Inspirasi Partai Gelora Menghadapi Pemilu 2024

, , , , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia optimis menghadapi Pemilu 2024 mendatang, Sebab, krisis dipandang sebagai peluang, dan keterbatasan menjadi alasan bagi Partai Gelora untuk bekerja lebih giat lagi.

“Agama kita mengajarkan, kuncinya ada empat, yaitu ketenangan, keuletan, keterarahan, dan kebangkitan. Partai Gelora ditakdirkan hadir di tengah krisis, Insya Allah kita optimis menghadapi pemilu 2024 yang akan datang,” kata Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia.

Hal itu disampaikan Anis Matta dalam Rakornas VII Partai Gelora Indonesia membahas ‘Agenda Kerja 32 Bulan Menuju Sukses Pemilu 2024 dan Arah Baru Indonesia’ pada Kamis (5/8/2021) malam.

Rakornas VII yang di selenggarakan secara virtual ini dihadiri Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Bendahara Umum Ahmad Rilyadi, fungsionaris DPN, MPN, MP, DPW dan DPD se-Indonesia.

Dalam situasi sekarang, menurut Anis Matta, manusia perlu terus mencari ilham bagaimana cara menghadapi krisis, termasuk dalam strategi pemenangan Pemilu.

“Seperti dalam kisah Nabi Daud yang mengalahkan Jalut, karena ketenangan, keuletannya dan keterarahannya. Bani Israil itu menghadapi tantangan besar dari klan besar paling ditakuti dipimpin Raja Jalut,” katanya.

Nabi Daud kemudian menggunakan strategi untuk mengalahkan Raja Jalut, yakni mencari kelemahan lawan sebelum bertanding atau bertempur. Nabi Daud menyadari postur tubuhnya yang kecil, dibandingkan Raja Jalut yang tinggi besar.

“Nabi Daud juga tidak menggunakan pedang dan baju besinya sebagai sumber kekuatan dan tidak memilih bertempur dari jarak dekat. Tapi dia pakai batu, dan batu itu harus mengenai sasaran yang mematikan, yaitu jidat dan akhirnya Jalut bisa dikalahkan,”  katanya.

Anis Matta menilai ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut, dimana oleh barat telah diangkat dalam sebuah film berjudul ‘David and Golith’.

“Perlawanan Nabi Daud melawan Jalut ini, saya selalu mendapatkan pelajaran. Kelemahan kita adalah kekuatan kita, dan kekuatan musuh adalah kelemahannya,” ujar Anis Matta.

Artinya, dalam memandang krisis ini kita harus fokus pada peluang yang tersedia. Bukan sebaliknya, selalu memandang keterbatasan, sehingga menurunkan performance yang tinggi dalam bekerja.

“Pesannya jelas kebangkitan, kita harus bangkit. Krisis itu seperti awan yang gelap, mungkin dia menurunkan hujan atau badai. Dan mereka yang tetap bekerja dalam situasi krisis akan mendapatkan keuntungan besar, jika krisis reda,” ujarnya.

Karena itu, Anis Matta yakin elektablitas dan popularitas Partai Gelora akan terus mengalami peningkatan menjelang Pemilu 2024 mendatang

Jika elektablitas Partai Gelora sudah pada angka 1.5 persen saat ini, maka sebelum Pemilu 2024 target elektabilitas 4 persen dan lolos Parliamentary Threshold akan tercapai. “Insya Allah Partai Gelora akan siap menghadapi Pemilu,” pungkasnya.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X