Tag: Arah Baru Indonesiia

Manfaatkan Mobilisasi Digital, Jumlah Anggota Partai Gelora Semakin Tumbuh Pesat

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Jumlah keanggotaan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia terus menujukkan angka pertumbuhan yang pesat di masa pandemi Covid-19 saat ini. Dengan dukungan teknologi digital, jumlah anggota Partai Gelora secara nasional sudah mencapai 250 ribu orang.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora  Mahfuz Sidik meminta kader dan fungsionaris memperkuat eksistensi di dunia digital. Hal itu bisa menjadi jembatan terhadap pola hubungan komunikasi dengan masyarakat.

“Eksistensi personal dan partai di ranah digital secara berkesinambungan dan terogarinisir bisa menjadi jembatan komunikasi partai kepada masyarakat,” jelas Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Jumat (9/7/2021).

Menurut Mahfuz, kondisi pandemi Covid-19 saat ini memberikan keuntungan bagi Partai Gelora untuk melakukan komunikasi terus menerus secara digital dengan masyarakat.

“Pandemi yang tampak akan berkepanjangan ini memberikan kesempatan bagi kita untuk melakukan komunikasi terus menerus secara digital,” kata  Mahfuz Sidik yang optimis Partai Gelora lolos verifikasi KPU sebagai peserta Pemilu dam  Parliamentary Threshold di Pemilu 2024.

Ketua Bidang Rekrutmen Anggota Endy Kurniawan mengatakan pertumbuhan anggota hingga 250.000 anggota secara nasional, itu terjadi karena anggota Partai  Gelora bergerak serentak secara masif melakukan perekrutan. “Terjadi mobilisasi baik secara teritorial maupun secara digital, ” kata Endy

Diantara yang dilakukan Partai Gelora untuk rekrutmen anggota adalah menjalankan program ASIAB Gelora (Ajak Siapapun Bergabung Gelora). Dengan cara ini, siapapun bisa menjadi jurubicara dan daya tarik untuk partai.

“Hampir 30 ribu anggota baru yang terekrut dengan program ini oleh 900-an anggota yang mengajak masyarakat secara digital dan teritorial,” jelas Endy sambil mengatakan, meski banyak keterbatasan dalam pandemi ini,  rekrutmen anggota tidak boleh berhenti, bisa dengan memanfaatkan teknologi digital.

Selain itu, dalam melakukan perekrutan anggota, kata Endy, Partai Gelora juga tidak hanya sekedar merekrut saja,  tetapi juga melakukan berbagai kegiatan simpatik dan empatik untuk menyemangati masyarakat dengan berbagai harapan. “Masyarakat perlu disemangati dengan berbagai harapan,” katanya.

Untuk memperkuat keterampilan anggotanya di ranah digital, Partai Gelora Indonesia membekali secara khusus anggotanya dengan pelatihan dasar media digital pada Sabtu (3/7/2021) lalu. Pelatihan ini dibuka Sekjen Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik dan ditutup oleh Ketua Umum Anis Matta.

“Platform digital adalah salah satu ranah kerja setiap kader Gelora. Partai Gelora ingin hadir sebagai perawi masa depan Indonesia. Kita datang dengan narasi besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan kelima dunia. Cita-cita yang bisa menjadi sumber nasionalisme baru kita. Dan sejatinya mereka adalah perawi masa depan,” pesan Anis Matta ketika menutup acara pelatihan tersebut

PPKM Darurat Terindikasi Gagal, karena Tidak Terapkan Tiga Instrumen Ini

, , , , , ,

Partaigelora.id – Pemerintah telah menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat di Pulau Jawa dan Bali pada 3-20 Juli guna menekan lonjakan Covid-19 di Indonesia yang dipicu merebaknya varian Delta dari India.

Namun, kebijakan PPKM Darurat tersebut, dinilai Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia tidak efektif untuk meredam Covid-19 varian Delta karena pemerintah tidak memaksimalkan tiga instrumen kekuasaan.

Terbukti, masih banyak dijumpai perusahaan sektor non esensial dan kritikal yang tidak mematuhi PPKM Darurat, memaksa pekerjanya bekerja di kantor, bukan dari rumah, disamping tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan masih rendah.

“Pemberlakuan PPKM darurat terindikasi gagal redam lonjakan Covid-19 varian Delta karena pemerintah tidak maksimal menggunakan tiga instrumen kekuasaan,” kata Achmad Nur Hidayat (Matnoer), Ketua Bidang Kebijakan Publik Partai Gelora Indonesia dalam keterangannnya, Kamis (8/7/2021).

Menurut Matnoer, tiga instumen kekuasaan yang dia maksud adalah instrumen law enforcement (penegakan hukum), instrumen keuangan dan instrumen leadership (kepemimpinan).

Indikasi PPKM Darurat terindikasi gagal, karena PPKM Darurat belum memberikan hasil berupa melambatnya laju kematian dan laju kasus aktif sebagaimana PSBB di awal pandemi 2020 lalu, malahan sebaliknya terjadi lonjakan kasus aktif dan laju kematian.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus Covid-19 di Indonesia hingga Rabu (7/7/2021), berjumlah 2.379.397 sejak ditemukan pada Maret 2020 lalu. Ada penambahan 34.379 kasus baru Covid-19 yang merupakan rekor terbaru.

Hal itu mendekati prediksi Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang menyebut kasus harian bisa mencapai 40 ribu per hari.

Sedangkan pasien Corona yang dinyatakan sembuh hingga saat ini berjumlah 1.973.388 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 62.908 orang.

“PPKM Darurat sudah berjalan 6 hari sejak 3 Juli namun belum mampu menghentikan laju kematian dan laju kasus aktif Covid-19.  Laju kesembuhan belum juga menunjukan level normal sebelum PPKM darurat,” ujarnya. 

Ia menilai PPKM Darurat Jawa Bali kurang disertai dengan instrumen penegakan hukum (law enforcement) dibandingkan PSBB lalu.

“Di lapangan banyak perusahaan non esensial dan non kritikal yang tidak mematuhi aturan PPKM. Mereka memaksa karyawan masuk ke kantor. Mereka tidak di hukum tegas,” katanya.

Matnoer melihat lemahnya law enforcement dalam PPKM Darurat terjadi karena tidak dilibatkannya Menko Polhukam Mahfud MD dan jajarannya dalam gugus tugas PPKM Darurat.

“Penunjukan Pak Luhut Menko Marves adalah penunjukan yang tidak dilandasi perencanaan matang akibatnya ada yang miss calculation terkait law enforcement,” tegas Matnoer.

Sedangkan terkait instrumen keuangan, Matnoer juga melihat tidak dikuatkan dalam PPKM Darurat kali ini dalam dukungan anggaran.

“Menko Perekonomian telah mengusulkan tambahan Rp225,4 triliun, namun implementasinya butuh waktu 1-2 minggu paling cepat untuk administrasinya dan butuh waktu 1 bulan untuk implementasi lapangannya. Sementara PPKM darurat berakhir 20 Juli. Artinya, dukungan keuangan terlambat,” ungkapnya.

Kebijakan PPKM Darurat ini, lanjutnya, adalah contoh bagaimana kebijakan penanganan pandemi tidak terstruktur, pemerintah gagap dan tidak belajar selama satu tahun kemarin, ini perlu penangangan langsung oleh Presiden.

“Saya kaget karena penambahan anggaran baru diusulkan setelah PPKM Darurat berjalan tiga hari, padahal RS sudah bleeding keuangannya.  Insentif tenaga kesehatan dan anggaran penambahan obat-obatan tidak bisa menunggu birokrasi administrasi yang panjang,” kata kata pendiri Narasi Institute ini.

Matnoer berharap Presiden Joko Widodo segera  memanggil Menteri Keuangan  Sri Mulyani untuk menyusun draf perubahan dari Perpres No.113 Tahun 2020.

Tanpa perubahan Perpres No.113 Tahun 2020 sebagai payung hukumnya, maka APBN 2021 tidak bisa diubah begitu saja untuk membantu penanganan kesehatan dan bantuan sosial kepada masyarakat

“APBN 2021 tidak didesain mengantisipasi varian Delta Covid-19, karena itu perlu disesuaikan dengan APBN-P 2021 dengan memasukan tambahan anggaran untuk kesehatan dan bantuan sosial yang besar,” katanya. .

Sebab, patut diingat bahwa APBN tidak lagi memerlukan persetujuan DPR seperti tercantum dalam Perpres No.113/2020 merupakan payung hukum perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan APBN tahun 2021.

“Karena itu perubahan APBN 2021 cukup dilakukan perubahan Perpres,” katanya. 

Matnoer menegaskan, selain itu ada gap besar terkait kepemimpinan pemerintah dalam penanganan Covid-19, sehingga kesulitan dalam berkoordinasi. Koordinasi seharusnya berada di tangan Presiden langsung, bukan menteri. 

“Untuk mempersempit gap leadership, PPKM Darurat tidak bisa dikoordinasikan oleh selain Presiden. Bila ini varian Delta diibaratkan sebagai serangan masif terhadap publik Indonesia, maka Presidenlah yang harus memimpin counter attack dari serangan tersebut, bukan pembantu Presiden,” paparnya. 

“Hanya Perintah Presiden yang mampu meredam. Presiden juga bisa menutup gerbang pintu masuk Indonesia dari warga asing,” pungkasnya.

Partai Gelora Minta Kader di Daerah Berpartipasi Dalam Program Vaksinasi

, , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta kepada seluruh fungsionaris dan anggota berpartipasi dalam program vaksinasi Covid-19 yang dicanangkan pemerintah di wilayahnya masing-masing.

Seruan tersebut disampaikan Anis Matta dalam Surat Edaran Nomor: 123/EDR/DPN-GLR/VII/2021 Tentang Partisipasi Dalam Program Vaksinasi yang ditekennya pada Selasa (6/7/2021), kepada 34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 514 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gelora Indonesia

“Berkenaan dengan melonjaknya angka penderita Covid-19 dan varian barunya yang lebih ganas, juga mempertimbangkan kepentingan kerja organisasi dan kesehatan jajaran fungsionaris dan anggota. Maka Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora Indonesia menyerukan partisipasi dalam program vaksinasi,” kata Anis Matta dalam keterangannya, Rabu (7/7/2021).

Menurut Anis Matta, hal itu supaya target ‘herd immunity’ segera tercapai agar Indonesia di harapkan bebas dari Coronavirus (Covid-19) dan mengakhiri ketidakpastian akibat krisis pandemi saat ini.

“Seluruh fungsionaris dan anggota Partai Gelora Indonesia diminta untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 di daerahnya masing-masing,” tegas Anis Matta.

Partisipasi tersebut, lanjutnya, dengan memperhatikan ketentuan dan syarat bagi setiap peserta vaksinasi.

Anis Matta juga meminta DPW dan DPD untuk membuka komunikasi dengan Institusi Kepolisian dan Rumah Sakit setempat yang memungkinkan dilakukan kerjasama program vaksinasi di kantor DPW dan atau DPD.

“Kepada seluruh jajaran Fungsionaris dan Anggota agar disiplin dalam penerapan protokol kesehatan, khususnya 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) terutama untuk kegiatan yang bersifat langsung dan tatap muka, ujarnya.

Anis Matta berharap surat edaran ini mendapatkan perhatian dan dilaksanakan semaksimal mungkin oleh seluruh fungsionaris dan anggota Partai Gelora se-Indonesia.

“Demikian surat edaran ini kami sampaikan untuk mendapat perhatian dan dilaksanakan semaksimal mungkin. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesehatan dan kesembuhan kepada kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb.,” pungkas Anis Matta.

Seperti diketahui, program vaksinasi Covid-19 yang dijalankan pemerintah telah dimulai sejak Pebruari 2021 lalu. Pemerintah menargetkan sasaran vaksinasi sebanyak 181.554.465 jiwa atau 70 persen populasi Indonesia untuk membentuk herd immunity.

Mulai Juli 2021, target vaksinasi harian menyentuh angka 1 juta vaksinasi per hari dan pada Agustus 2 juta vaksinasi per hari. Hingga Selasa (6/7/2021) sebanyak 33.176.029 orang telah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama, Sedangkan penerima vaksin Covid-19 hingga dosis kedua atau lengkap sebanyak 14.267.980 orang.

Sementara kasus Covid-19 di Indonesia hingga Rabu (7/7/2021), berjumlah 2.379.397 sejak ditemukan pada Maret 2020. Sedangkan pasien Corona yang dinyatakan sembuh hingga saat ini berjumlah 1.973.388 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 62.908 orang.

Pada Rabu (7/7/2021), ada penambahan 34.379 kasus baru Covid-19 yang merupakan rekor terbaru. Pemerintah sendiri telah  menyiapkan skenario baru jika kasus harian penyebaran Covid-19 terus melonjak, yang memungkinkan mencapai 40 ribu per hari.

Berdasarkan situs https://www.worldometers.info/coronavirus/, yang dilihat pada Selasa (6/7/2021),  Indonesia di urutan teratas dengan penambahan sebanyak 31.189 kasus. Total kasus positif di Indonesia tercatat sebanyak 2.345.018.

Setelah Indonesia Rusia berada di urutan kedua dengan penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 23.378 kasus dalam sehari. Kemudian disusul Iran dengan 16.080 kasus, dan Bangladesh di peringkat keempat dengan 11.525 kasus.

Anis Matta : Pemerintah Perlu Libatkan Ilmuwan Hadapi Kejutan Varian Baru Covid-19

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, virus Corona (Covid-19) terus memberikan kejutan varian-varian baru yang lebih ganas dan mematikan dalam beberapa waktu ke depan.

Ia berharap para saintis dapat memberikan panduan (guidance) kepada negara maupun publik, bagaimana cara tepat menghadapi pandemi Covid-19 ini.

“Kita saat ini menghadapi ketidaktahuan, kita mendapatkan kejutan-kejutan baru Covid-19. Disinilah perlunya ada guidance dari para saintis, yang sekaligus berfungsi melawan disinformasi informasi,” kata Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema ‘Benarkah Varian Baru Virus Covid-19 Makin Ganas?’, Selasa (6/7/2021) petang.

Diskusi virtual ini menghadirkan narasumber, Spesialis Mikrobiologi Klinik dan Kedokteran Regenerasi dr. Rina Adeline, dr., SpMK., MKes., ABAARM, Pakar Epidemiologi Kesehatan , Kaprodi Magister-Fakulttas Kesehatan Masyarakay (FKM) Universitas Indonesia (UI) Dr.dr.Helda, M.Kes, dan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Daeng M Faqih, SH, MH.

Menurut Anis Matta, negara harus memberi ruang yang lebih besar kepada para saintifik untuk mengatasi pandemi Covid-19 saat ini. Sehingga negara diberikan pandauan dalam mengambil keputusan.

“Para saintis dapat berpartisipasi dengan memberikan guidance kepada publik tentang semua kejutan-kejutan baru yang kita saksikan setiap hari ini. Sebenarnya gelombang Covid-19 masih berapa lama?” katanya.

Hal itu dilakukan untuk menjaga ‘public mood’ dan daya tahan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan akan berakhir.

Spesialis Mikrobiologi Klinik dan Kedokteran Regenerasi dr. Rina Adeline, dr., SpMK., MKes., ABAARM, mengatakan, varian Delta dari India memiliki daya infeksi dan transmisi yang lebih besar.

“Virusnya mampu menginfeksi lebih besar dan terus melakukan bentuk mutasi baru. Virus ini bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan, dan bisa diketahui kalau test antara antigen dan PCR dilakukan bersamaan,” kata dr Rina Adeline.

dr Rina Adeline berharap pemerintah terus memperluas program vaksinasi dan mempercepat target ‘herd immunity’ tercapai.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menerapkan protokol kesehatan dan menggunakan masker dua lapis agar tidak terpapar varian baru. 

“Ada slogan dari Banyumas yang bisa dicontoh, lebih baik agak susah nafas, dari pada hilang nafas,” katanya.

Pakar Epidemiologi Kesehatan UI Dr.dr.Helda, M.Kes mengatakan, para ahli epidemiologi sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan pemerintah dan masyarakat mengenai pandemi Covid-19 belajar dari berbagai kasus pandemi sejak tahun 1854 lalu.

“Kita sudah persiapkan bagaimana pengendalian penyakit ini, sebelum ada varian dari India. Mahasiswa kita, banyak di daerah sudah bersiap-siap untuk mengendalikan apabila akses bandara dan pelabuhan ditutup. Tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena kebijakannya lain,” kata Helda.

Ketua Umum PB IDI Dr. Daeng M Faqih, SH, MH sependapat dengan pernyataan dr Rina Adeline dan  dr.Helda.  Daeng mengatakan, perlu ada dua strategi yang menjadi skenario terbaik untuk menghadapi loncatan lonjakan kasus Covid-19 saat ini.

“Perlu ada dua strategi, yakni dari hilir dan hulu. Di hilir menambah kapasitas pelayanan, sehingga semua masyarakat yang terinfeksi terlayani. Sedangkan di hulu melakukan pendisiplinan protokol kesehatan dengan sanksi yang tegas seperti di Amerika dan Singapura,” kata Daeng.

Jika dua strategi tersebut, IDI lanjut, Daeng yakin lonjakan kasus Covid-19 seperti sekarang bisa dikendalikan. “Jika strategi hilir dan hulunya secara simultan dan komprehensi, maka pengendalian lonjakan seperti sekarang in, Insya Allah bisa berhasil,” tegas Daeng Faqih.

Gelora Jawa Timur Adakan Doa dan Tahlil Virtual Wafatnya RKH Muhammad Thohir

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelora Indonesia berduka. RKH Muhammad Thohir Abdul Hamid, Pengasuh Ponpes Mamba’ul Ulum Batabata Pamekasan, Madura, wafat hari Sabtu (3/7/2021) siang. Tokoh kharismatik Madura yang biasa dipanggil Lora Thohir adalah pribadi yang punya andil besar mengokohkan Partai Gelora di Jawa Timur, khususnya di seluruh Madura dan sebagian kawasan tapal kuda (wilayah timur Jawa Timur).

Untuk mengenang dan mendoakan berpulangnya Lora Thohir, Partai Gelora DPW Jawa Timur mengadakan sholat ghoib, doa dan tahlil bersama secara daring.

Muhammad Sirot, Ketua DPW Partai Gelora Jawa Timur mengisahkan firasat dua bulan lalu. Firasat itu disebutnya seperti sebuah wasiat yang harus dilaksanakan. “Mas Sirot, ayo kita besarkan Partai Gelora, kita menangkan partai ini, bersama santri dan jaringan saya. Nanti kita ketemu lagi ya, kalau tidak dengan saya, dengan santri-santri saya,” kata Sirot mengisahkan kalimat Lora Thohir kala itu. “Itu semacam sebuah pesan,” kata Sirot.  

Rasa duka juga diungkapkan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah. Melalui akun media sosial masing-masing keduanya menyatakan duka yang mendalam. Tidak hanya itu, saat memberikan kesan dalam tahilan virtual yang mereka hadiri, Anis Matta dan Fahri Hamzah mengungkap goresan duka secara khusus.

Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah mengatakan Lora Thohir adalah pribadi yang khas. “Kita ditinggalkan seorang Kyai Muda yang sangat istimewa. Kehilangan yang besar, tapi kita harus saling mengingatkan untuk tidak boleh larut dalam kesedihan, kita lanjutkan perjuangan dan harapan Beliau,” pesan Fahri Hamzah. Agak tercekat, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengenang Kyai Thohir dan dirinya ‘dipertemukan Tuhan’.

“Kami ini saling mencari, dan dari awal kami percaya dengan apa yang kita perjuangkan di Partai Gelora, karena kesamaan ini kami akhirnya dipertemukan, kita di pertemukan dengan ikatan Iman, Pikiran dan Cinta , ” kenang Anis Matta.

Sebelum melaksanakan Doa dan Tahlil Virtual, Partai Gelora Indonesia DPW Jawa Timur telah mengadakan Sholat Ghoib yang dilaksanakan oleh seluruh DPD Kota dan Kabupaten. Ini juga menjadi pesan Ketua Umum Anis Matta bagi jajarannya di seluruh Indonesia ketika pertama kali mendengar berita duka.

Doa dan Tahlil Virtual ini dihadiri Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta, Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Ketua Bidang Pengembangan Teritori 3 Ahmad Zainuddin, Ketua Bidang Rekrutmen Anggota Endy Kurniawan dan Ketua Bidang Pengembangan Kepemimpinan Hamy Wahyunianto, para pendiri dan Majelis Pertimbangan Pusat, serta fungsionaris DPD se-Jawa Timur,

Anis Matta Ingatkan soal Kemungkinan Covid-19 Digunakan sebagai Senjata dalam Konflik Geopolitik

, , , , ,

Partaigelora.id – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyebut masalah Covid-19 saat ini memiliki dimensi geopolitik yang sangat tinggi. Sebab, kemungkinan terburuknya, Covid-19 digunakan sebagai senjata biologi dalam konflik gelopolitik tersebut.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talk5 bertajuk ‘Covid-19 Mengganas: Sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya?’ pada Kamis (1/7/2021) petang.

“Kemungkinan yang buruk yaitu Covid-19 ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik,” kata Anis Matta.

Anis Matta mengatakan, virus Corona ini datangnya dari China dan Indonesia juga menggunakan vaksin dari China.

Makna geopolitiknya adalah Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama juga menjadi konsumen. “Ini menyakitkan sebagai sebuah fakta,” katanya.

Anis mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa dari empat kekuatan utama dunia, yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, Rusia, China dalam memproduksi vaksin.

“Kita juga lihat di sini ada racing atau perlombaan dari paling tidak 4 kekuatan dunia, Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China dalam produksi vaksin,” ungkap Anis Matta.

Namun, Anis Matta belum mengetahui apakah industri vaksin ini kelak akan menjadi salah satu leading industri dimasa yang akan datang
“Apakah industri ini akan menjadi salah satu leading industry di masa datang atau farmasi secara keseluruhannya menjadi leading industry ini juga akan menjadi persoalan geopoltik,” ujarnya.

Karena itu, kata Anis Matta, tidak begitu mengherankan apabila saat ini terjadi disinformasi luar biasa mengenai informasi Covid-19. Dimana informasi saintifik telah bercampur dengan informasi hoax yang begitu cepat menyebar di masyarakat.

“Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan, karena ada instrumen pertarungan kepentingan global,” tandas Anis Matta.

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang hadir sebagai narasumber menegaskan, Indonesia saat ini tidak memiliki kekuatan (power) untuk menolak kepentingan global terkait Covid-19.

Sehingga ketika Indonesia ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 tidak bisa menolak dan juga menjadi konsumen vaksin dari negara lain.

“Waktu Indonesia juga mengalami situasi yang sulit ingin dijadikan pandemi Flu Burung, tetapi saya melawan. Kita berperang diplomasi dengan WHO,” kata Siti Fadilah.

Indonesia melakukan penelitian mengenai Flu Burung, dan menyampaikan berbagai argumen ilmiah yang didukung data saintifik.

Akhirnya, WHO secara perlahan-lahan mundur, dan sikap  Indonesia saat itu mendapatkan dukungan dari negara iain.

“Karena sudah terlanjur jadi pandemi, maka kita harus menjawab dengan penelitian secara ilmiah. Para ahli statistik segera menghitung apa yang menyebabkan hal ini bisa meningkat, bukan kira-kira yang belum tentu betul,” katanya.

Narasumber lain, Dosen Psikologi Universitas Indonesia Prof Hamdi Muluk berpendapat lain. Pola penyebaran dan penularan Flu Burung dengan Covid-19 memiliki perbedaan, dan secara psikologis responnya juga berbeda di masyarakat.

Covid-19, kata Hamdi, langsung mempengaruhi kehidupan sosial modern, aktivitas aktivitas ekonomi, dan aktivitas sehari-hari masyarakat. 

“Kalau kita primitif, masuk dalam gua dan keluarga kita kunci di dalam. Tetapi, masyarakat kita sekarang kompleks dan mobilitas harus berjalan, tidak bisa dihentikan. Jadi ada respon berbeda,” kata Hamdi Muluk.

Diskusi ini juga menghadirikan narasumber lain, yakni Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting Sp.P, Ketua MUI KH Cholil Nafis, Ketua Bidang Kesehatan DPN Partai Gelora Indonesia dr. Zicky Yombana Sp.S  dan Drs.Oman Fathurahman dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anis Matta: Situasi Krisis, Indonesia Membutuhkan Narasi yang Menyatukan

, , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta mengatakan, sebagai bangsa saat ini diperlukan sebuah narasi bersama yang menyatukan, bukan justru memperdalam pembelahan di masyarakat.

Narasi bersama itu, seperti ketika masyarakat Indonesia saat bersatu memperjuangkan kata ‘merdeka’ pada masa kemerdekaan dulu.

“Jadi dari pengalaman masa lalu dan melihat konstelasi geopolitik hari ini, yang dibutuhkan adalah satu model blending politik baru yang berbasis pada pendalaman arah baru bagi negara kita,” kata Anis Matta dalam diskusi Moya Institute bertajuk ‘Prospek Poros Islam dalam Kontestasi 2024’ secara daring di Jakarta, Jumat (7/5/2021).

Pendalaman arah baru tersebut, ia sebut sebagai arah baru masa depan Indonesia, sehingga semua masyarakat bisa berkolaborasi dan bersatu mencapai tujuan yang sama.

“Saya ingin sebut arah sejarah baru. Situasinya mirip dengan situasi kita menjelang kemerdekaan, kita perlu satu kata yang menyatukan kita,” katanya.

Anis Matta menilai politik identitas, termasuk pembentukan Poros Islam pada Pemilu 2024 mendatang, bukan solusi dari masalah yang ada.

Hal itu justru hanya akan memperdalam pembelahan di masyarakat yang sudah terjadi sejak dua Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu.

Anis Matta menilai wacana tersebut harus dikaji ulang, karena akan membuat kelompok-kelompok kecil di masyarakat semakin banyak, serta bisa merusak rumah besar bangunan Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa dan agama.

“Menurut saya ada soal yang jauh lebih signifikan daripada sekadar ide Poros Islam. Ide ini menurut saya hanya akan memperdalam pembelahan yang sedang terjadi di masyarakat,” katanya.

Anis Matta berpendapat, krisis sistemik yang terjadi secara global maupun nasional saat ini, mengakibatkan keterbelahan di masyarakat, karena tidak adanya leadership.

Para elite politik dari kelompok Islam, tengah maupun kiri tampak seperti dalam kebingungan menghadapi krisis sistemik saat ini.

“Di Indonesia sedang mengalami pembelahan ini dan menurut saya pembelahan ini satu fenomena yang menunjukan elite kita sedang mengalami kebingungan akibat krisis sistemik ini,” katanya.

Mantan Wakil Ketua DPR ini meminta para elit politik belajar dari kasus pembentukan Poros Tengah pada Pemilu 1999 lalu, yang berhasil mendudukkan dan sekaligus menurunkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden RI ke-5.

“Sebagai konsolidasi politik baru, sukses. Tetapi poros tersebut tidak sukses membawa Arah Baru Indonesia, karena poros yang sama juga yang menurunkan Gus Dur. Konsolidasi politik seperti ini berhenti sampai pada hasil, ouput politiknya saja. Jika konsolidasi tidak bagus bagi perfomance semuanya, maka bisa menjadi bumerang,” tegas Anis Matta.

Anis Matta menegaskan, model basis pengelompokan lama ini, sangat tidak produktif bagi masa depan bangsa Indonesia. Sehingga pembentukan Poros Islam bukan sebuah solusi untuk menyatukan, tetapi justru akan membuat kelompok-kelompok kecil di masyarakat.

“Justru cara kita merespon dengan pembentukan Poros islam membuat kita masuk ke dalam konfrontasi yang merusak rumah besar bangunan Indonesia,”  ujar Anis Matta.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Prof Komaruddin Hidayat mengaku terkesan dengan ide dan gagasan yang disampaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta untuk ‘menangkap’ kembali cita-cita Indonesia merdeka.

“Saya terkesan dan apreciated apa yang disampaikan Pak Anis Matta, bagaimana kita bisa menangkap kembali cita-cita Indonesia merdeka, bagaimana itu dikembalikan dalam bentuk formula baru,” kata Komaruddin.

Di era demokrasi, menurut Komaruddin, akan semakin banyak kelompok identitas yang bermunculan, yang memiliki kesamaan identitas. Sehingga tidak mungkin menghilangkannya di era demokrasi ini.

“Tapi pertanyaannya, apakah politik identitas itu visioner, konstruktif dan destruktif,” katanya.

Komaruddin justru mengkhawatirkan pembentukan Poros Islam hanya menjadi instrumen bagi orang-orang yang terpinggirkan secara politik selama ini.

“Saya khawatir ini sebagai sebuah instrumen belaka, ketika orang orang itu terpinggirkan tidak bisa maju, membentuk kelompok kecil agar suaranya membesar. Kalau itu yang terjadi, saya khawatir hanya menjadi retorika sesaat yang instrumental. Tidak ada yang konstruktif dan tidak visioner,” katanya.

Pemerhati isu nasional dan global yang juga mantan diplomat senior Prof Imron Cotan menilai ide Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta menyatukan agenda kebangsaan dan agenda umat merupakan pendekatan yang cerdik.

Agenda tersebut bisa menjadi magnet bagi kaum nasionalis dan Ummat Islam. 

“Saya masih ingat kenapa Partai Gelora mempunyai platform politik sedemikian itu, karena penduduk Indonesia adalah Ummat Islam. Kalaupun agenda kebangsan yang ditonjolkan, yang menikmati juga Ummat Islam mayoritas. Ini pendekatan yang cerdik,” kata Imron.

Karena itu, Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Azyumardi Azra menilai pembentukan Poros Islam akan sulit terealisisasi, meskipun idenya bagus.

Menurutnya, ada tiga alasan kenapa Poros Islam sulit terbentuk. Pertama, adanya kontestasi di partai-partai Islam itu sendiri yang membuat koalisi tersebut hanya sebatas wacana.

Kedua, budaya politik masyarakat Islam di Indonesia tak fokus pada partai tertentu. Meskipun mayoritas masyarakat beragama Islam, tapi hal tersebut tak menjamin besarnya pendukung partai Islam.

Ketiga, hingga saat ini tidak ada pemimpin Islam atau kalangan santri yang cukup kuat untuk mengkoalisikan partai-partai Islam di Indonesia. Pasalnya, setiap partai pasti akan mencalonkan kadernya.

Serial Generasi Muda, Bag 1: Generasi Muda Pendiri Bangsa

, , , ,

Partaigelora.id – Indonesia lahir sebagai Bangsa banyak diwarnai oleh goresan indah Generasi Mudanya. Generasi Muda yang memupuk harapan gemilang bagi tanah air mereka. Resah dengan keadaan yang memacu mereka berpikir dan bekerja keras serta membuat banyak terobosan yang banyak mengubah keadaan. Keresahan yang melukiskan lembar sejarah yang dahsyat. Keresahaan yang menghadirkan semangat untuk berubah. Keresahan yang setiap hari merasuk hingga dasar alam jiwa mereka.

Turunan dari keresahan-keresahan itu memunculkan banyak ilham Bagi Generasi Muda Indonesia. Hari-hari penting yang sering diperingati oleh Masyarakat hari ini adalah buah dari perjuangan para Generasi Muda zaman dahulu. Hari kebangkitan Nasional misalnya, adalah hari dimana lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Organisasi yang diisi oleh banyak pemuda. Dr. Soetomo mendirikan organisasi ini bersama para mahasiswa STOVIA dan memunculkan banyak sekali ide dan gagasan kebangsaan.

Para Mahasiswa yang berumur sangat muda itu tak henti-hentinya belajar, baik secara akademis kampus maupun belajar pergerakan. Para pemuda itu juga punya konsep menarik bagi sebuah Organisasi besar seperti Boedi Oetomo. Konsepnya adalah Biarlah para orang tua yang memimpin Organisasi, biar kami para pemuda sebagai penggeraknya“. Konsep ini masih sangat relevan hingga saat ini, dimana menggambarkan pemuda butuh bimbingan orang tua yang berpengalaman untuk menuntun gerak dan pikiran mereka.

Selain Boedi Oetomo, ada juga Sarekat Dagang Islam yang bertransformasi menjadi Sarekat Islam. Organisasi ini pada puncaknya dipimpin oleh Guru Bangsa, H.O.S Tjokroaminoto. Tjokroaminoto memiliki banyak murid yang berusia muda dan enerjik, bahkan mereka menjadi tokoh-tokoh besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Sebut saja Samaoen, Muso, Soekarno hingga Kartosuwiryo.

Sejak usia 16 tahun, Soekarno telah berguru pada Tjokroaminoto bahkan Soekarno mengatakan bahwa Tjokroaminoto adalah idolanya. Pendidikan informal ini menjadi salah satu sumber pencerahan bagi anak-anak muda yang resah. Pemikiran kemerdekaan merasuk dalam diri-diri pemuda ini dan menjadi bahan bakar yang dahsyat bagi mereka untuk selalu bergerak menggapai mimpi. Ini juga menjadikan pelajaran bagi kita dimasa sekarang, bahwa para pemuda harus memiliki seorang guru yang pemikirannya visioner dan jauh kedepan agar kita selalu terinspirasi dan terus bergerak demi tujuan yang besar kedepannya.

Hari Sumpah Pemuda juga seperti menceritakan kepada kita peran pemuda yang sangat dalam bagi kelahiran Bangsa Indonesia. Konsep Bangsa yang mungkin pada saat itu begitu rumit, menjadi kenyataan di tangan pemuda. Mengapa rumit? Karena keadaan Indonesia saat itu yang terdiri dari banyak sekali kerajaan-kerajaan kecil lalu disatukan atau di mix kedalam sebuah nama, yaitu Indonesia.

Bayangkan saja bagaimana menyatukan kepala para penguasa itu yang tentu memiliki keegoisan masing-masing. Lalu kita lihat momen kongres itu yang begitu luar biasa, Bayangkan saja, salah satu hari terpenting dalam sejarah Bangsa Indonesia itu dipimpin oleh Pemuda berusia 23 tahun. Ketua Panitia Kongres Pemuda pada tahun 1928 yaitu Soegondo Djojopoespito berusia 23 tahun pada saat itu.

Anggota-anggotanya bahkan ada yang lebih muda dari 23 tahun. Ini tentu saja menjadi tamparan bagi kita, ada dimana kita saat usia kita 23 tahun? Pemuda pada zaman itu usia 23 tahun telah merumuskan konsep Bangsa yang bisa dikatakan menjadi asal usul bangsa Indonesia.

Pelajaran bagi kita tentang Generasi Muda pendiri bangsa ini adalah tentang “Belajar dan cita-cita”. Sebagai pemuda, kita harus terus belajar tiada henti demi bisa merawat keinginan untuk menggapai cita-cita kita. Bermalas-malasan tidak akan membawa kita pada tujuan besar, dan salah satu jalan keluar dari kemalasan itu adalah dengan Belajar.

Belajar kepada orang-orang hebat dan dengan itu kita bisa memiliki pandangan jauh dan cita-cita luhur lalu dengan terus belajar kita bisa merawat ambisi dan cita-cita kita hingga kita menggapainya. Maka sangat mulia dan penting peran seorang Guru bagi kemajuan Bangsa. Ada fenomena yang membekas dari guru saya, Pak Anis Matta. Beliau dipanggil Ustadz (Guru) hingga saat ini, bahkan setelah beliau telah menjabat jabatan sangat tinggi pun beliau tetap dipanggil Ustadz.

Karena bagi beliau, pekerjaan sepanjang masa beliau memanglah ustadz, jabatan bisa hilang dan berganti bahkan setelah beliau misalkan menjadi presiden sekalipun. Tapi mengajar, berbagi ilmu dan inspirasi akan terus beliau lakukan hingga akhir hayat, dan beliau akan tetap menjadi Ustadz atau Guru walaupun jabatan presiden hilang. Sekali lagi, maka belajarlah kita dan sebarkan ajaran baik itu sepanjang hayat kita. Dengan itu Cita-cita kita akan selalu terawat, mungkin tidak akan tergapai oleh kita, tapi akan tergapai oleh Murid-murid kita dimasa depan.

Hudzaifah Muhibbullah

Ketua Bidang Generasi Muda Partai Gelora Indonesia

Anis Matta: Partai Gelora dan PKS Memiliki Perbedaan Platform Indonesia Masa Depan

, , , , , , ,

Partaigelora.id – Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menegaskan, Partai Gelora memiliki perbedaan platform yang fundamental tentang Indonesia Masa Depan dibandingkan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tempatnya dahulu bernaung.

Pernyataan itu menjawab pertanyaan wartawan saat acara Buka Puasa Bersama Partai Gelora dengan Wartawan, selasa 4 mei lalu.

Perbedaan itu antara lain, adalah Partai Gelora mengusung platform arah baru sejarah Indonesia sebagai salah satu pemain utama kekuatan global. Menjadikan Indonesia kekuatan kelima dunia setelah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Rusia dan China.

Untuk mewujudkan hal itu, Partai Gelora mengajak semua komponen bangsa untuk berkolaborasi. Menurut Anis, Pancasila sebagai platform dasar berbangsa dan bernegara memiliki nilai inti kolaborasi. Maka kemajuan Indonesia hanya bisa terwujud jika semangat kolaborasi ini kita kedepankan.

Seiring semangat kolaborasi, mantan Wakil Ketua DPR ini juga menyerukan untuk mengakhiri pembelahan yang terjadi di masyarakat, antara Islamis dan Nasionalis, antara kelompok tengah, kanan dan kiri.

“Waktu saya memutuskan untuk mendirikan partai baru ini, saya melakukannya dengan satu keyakinan bahwa jika saya ingin mengisi sisa hidup dalam pengabdian, maka saya harus bisa memberikan kontribusi yang besar dan menjadi bagian dari proses penentuan arah sejarah baru Indonesia. Arah baru itulah yang menjadi ide atau narasi utama Partai Gelora,” kata Anis Matta

“Saya sadar ini tidak lazim dalam perpolitikan Indonesia, terlalu rumit narasi yang kita sampaikan. Tetapi di lapangan kita menemukan fakta lain, masyarakat kita ternyata menerima sehingga banyak bergabung. Narasi kami mewakili mimpi orang-orang di bawah,” katanya.

Anis Matta perlu menjelaskan secara detail ke publik mengenai perbedaan antara Partai Gelora dengan PKS. Ia mengaku kerap mendapatkan pertanyaan dari masyarakat, termasuk dari para wartawan.

Menurut Anis Matta, dasar pendirian Partai Gelora adalah perbedaan pemikiran mengenai platform narasi arah baru sejarah Indonesia.

Dimana Indonesia selama ini selalu menjadi ‘residu’ bagian permainan kekuatan politik global baik pada masa penjajahan, kemerdekaan, orde lama, orde baru dan reformasi

“Kalau kita tidak mengambil posisi sebagai kekuatan utama global, maka semua progran kita tidak akan berjalan. Terbukti kita gagap menghadapi pandemi Covid-19. Dan dunia terlalu terintegrasi, contohnya soal vaksin. Kita ini jadi korban virus dan konsumen vaksin, itu menyakitkan. Hal ini menggambarkan betapa rapuhnya kita, jika tidak menjadi arus utama kekuatan global dunia,” ujarnya.

Anis Matta kemudian mengungkapkan, pemikiran mengenai arah sejarah baru Indonesia ini tidak bisa diterima di PKS, sehingga yang mengemuka ke publik terjadi konflik internal, padahal tidak demikian.

Setelah beberapa tahun melakukan perdebatan internal antara dirinya Fahri Hamzah, Mahfuz Sidik dan beberapa kader lainnya, maka diputuskan mendirikan Partai Gelora dengan platform dan narasi baru.

“Yang kita lakukan di Partai Gelora saat ini menumbuhkan kesadaran arah sejarah baru Indonesia, bukan sekedar jargon kampanye selama 5 tahunan,” katanya.

Ketua Umum Partai Gelora ini menambahkan, untuk menentukan arah baru sejarah Indonesia sebagai kekuatan kelima global, diperlukan kolaborasi berbagai pihak dan menjadikan pandemi Covid-19 sebagai momentum untuk bersama-sama keluar dari krisis.

“Kita ingin keluar dari konfik, datang dan hadir membawa arah sejarah baru. Pembelahan antara Islam dan Nasionalis, tengah, kanan dan kiri tidak ada manfaatnya. Yang mendapatkan manfaat itu, orang-orang tidak mempunyai cita-cita-cita besar,” katanya.

Karena itu, Anis Matta berharap semua pihak bisa memandang semua kelompok di masyarakat sebagai saudara dalam satu keluarga, yang diibaratkan memiliki kamar masing-masing, tapi memiliki satu ruang keluarga bersama dan bisa makan bersama dalam satu meja.

“Jangan sampai di meja makan itu, yang tengah, kanan dan kiri ada yang tidak hadir. Di meja itu makan, harus ada semua, dan apa yang ada itu, yang kita makan bersama. Semangat menemukan arah sejarah baru dengan nilai kolobarasi itu, yang memungkinkan kita sebagai bangsa untuk melakukan pencapaian besar,” pungkas Anis Matta.

Pasca Tragedi KRI Nanggala 402, Partai Gelora Dorong Pemerintah Percepat Holding BUMN Pertahanan

, , , , , ,

Partaigelora.id – Pasca musibah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 yang menewaskan 53 awak kapalnya di Perairan Utara Bali pada Sabtu (25/4/2021) lalu, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menyarankan pemerintah untuk mengevaluasi sistem anggaran pertahanan nasional, terutama terkait dengan ketersediaan investasi dan ketimpangan anggaran antar matra.

Ketua Bidang Kebijakan Publik DPN Partai Gelora Indonesia Achmad Nur Hidayat (Matnoer) mencatat adanya ketimpangan anggaran terkait dengan pertahanan nasional di antara tiga matra yaitu TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU).

“Tercatat bahwa pada APBN 2020 TNI AD dengan alokasi alutsista sebesar Rp4,5 triliun. Sementara, TNI AL alokasi alutsista Rp4,1 triliun dan TNI AU alokasi alutsista Rp2,1 triliun,” ujar Matnoer dalam keterangannya, Rabu (28/4/2021).

Menurut Matnoer, selain itu alokasi peremajaan alutsista dibandingkan komponen lain-lain juga terbilang kecil, sementara peremajaan memerlukan biaya yang besar.

Dia mengatakan masing-masing matra memiliki anggaran peremajaan alutsista sekitar Rp45-Rp50 miliar per tahun atau total Rp135-Rp150 miliar.

Maka itu, Achmad Nur Hidayat meminta pemerintah untuk mengambil langkah kreatif dari pengambilan sejumlah kebijakan seperti mengaktifkan BUMN pertahanan yang masif.

“Untuk meremajaan alutsista nasional, Indonesia perlu mengaktivasi kemampuan BUMN ketahanan. Saat ini Pemerintah berencana membangun program kemandirian sistem pertahanan melalui pembentukan holding BUMN pertahanan. Holding tersebut meliputi lima BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, PT Pindad, PT PAL dan PT Dahana,” jelasnya.

Matnoer melihat holding BUMN pertahanan masih memiliki implementasi yang masih lamban. Pasalnya, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kemampuan BUMN pertahanan dalam menarik investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

“Apabila holding BUMN Pertahanan bisa diimplementasikan dengan cepat, peremajaan alutsista Indonesia akan lebih murah dan lebih cepat sehingga sistem pertahanan mandiri dan kuat dapat terwujud,” katanya.

Matnoer memandang holding BUMN tersebut perlu dipercepat dan pelibatan multitalent bangsa dalam BUMN tersebut perlu harus dilakukan.

“Holding BUMN Pertahanan harus melibatkan para profesional, ahli keuangan sertaberbagai profesi lain, terkesan saat ini pembentukan BUMN pertahanan tersebut hanya didominasi para veteran tentara dan mafia pertahanan yang rawan dengan konflik kepentingan,” pungkas ekonom Narasi Institute ini.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X