Tag: geopolitik global

Partai Gelora Minta Krisis Ukraina Tidak Dijadikan Ide Liar Atau Lelucon Politik Untuk Tunda Pemilu 2024

, , , , , , , ,

Partaigelora.id – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik meminta pihak tertentu untuk tidak menjadikan krisis Ukraina sebagai ide liar atau lelucon politik. Yakni dengan mengkaitkan konflik Rusia-Ukraina sebagai salah satu faktor untuk menunda Pemilu 2024.

“Saya mengkhwatirkan krisis Ukraina ini, jangan-jangan nanti turunannya akan dipakai untuk melakukan justifikasi terhadap ide-ide liar, menjadi lelucon-lelucon politik baru. Ada pendapat yang mencoba mengkaitkan konflik Rusia-Ukraina sebagai salah satu faktor untuk menunda Pemilu Tahun 2024,” kata Mahfuz dalam keterangannya Minggu (27/2/2022).

Hal ini telah disampaikan Mahfuz saat menjadi narasumber diskusi bertajuk ‘Krisis Ukraina, Kenaikan Harga dan Dampaknya Bagi Indonesia’ yang diselenggarakan Narasi Institute pada Jumat (25/2/2022) lalu.

Menurut Mahfuz, pikiran-pikiran tersebut semakin irasional dan tidak mendidik publik. Ia menyadari bahwa konflik Rusia-Ukraina ini akan berlangsung panjang dan memicu kenaikan harga komoditas. khususnya energi seperti minyak mentah dan gas dunia.

“Tapi ya jangan dijadikan alasan tambahan untuk penundaan Pemilu 2024. Jadi kelihatanya akan banyak pikiran-pikiran baru yang semakin irasional dan ini tidak mendidik publik. Harusnya dalam situasi krisis saat ini, kita harus mengedepankan rasionalitas,” katanya.

Ketua Komisi I DPR Periode 2015-2010 ini menegaskan, konflik Rusia-Ukraina merupakan perang supremasi antar kekuatan global, setelah kegagalan barat dalam menekan China dalam krisis pandemi Covid-19.

“Saya kira Rusia akan mengelola isu ini untuk waktu yang agak panjang. Rusia ini gerbang ke negara barat, apalagi kalau NATO melibatkan diri dalam perang ini akan semakin panjang waktunya,” kata Mahfuz.

Selain Ukraina, Rusia masih melihat ada ancaman dari tiga negara tetangga di sekitarnya yang dinilai pro barat, yakni Latvia, Lithuania dan Estonia. Sehinga setelah Ukraina selesai, bisa saja tiga negara tersebut, dianeksasi Rusia selanjutnya.

“Dan kalau kita lihat, ketika Amerika Serikat menarik pasukan dari Afghanistan, itu bukan ditarik pulang, tapi direlokasi ke Asia Tengah. Bisa saja digunakan untuk kepentingannya di kawasan Rusia. Karena secara geopolitik dan geostrategis Rusia, merupakan pintu masuk wilayah barat dan wilayah timur,” ungkapnya.

Mahfuz menilai Rusia tidak akan tunduk pada tekanan barat, meskipun diberikan sanksi ekonomi. Sanksi tersebut, lanjutnya, justru bisa memicu kenaikan harga minyak dan gas dunia, yang imbasnya juga akan dirasakan Indonesia.

“Jadi memang ada permainan pertarungan antara kekuatan-kekuatan global (world game of global supremasi) yang coba bertarung dari sisi supremasi, setelah pandemi tidak memberikan dampak sistematik kepada China,” jelasnya.

Tanpa disadari, lanjutnya, konflik ini telah memicu resesi ekonomi dan inflasi secara global. Hal ini juga akan terjadi di Indonesia dan akan menambah tekanan persoalan-persoalan ekonomi di tanah air.

“Sekali lagi saya khawtir, ketika ada orang membaca situasi global semacam ini dikaitkan dengan situasi ekonomi kita yang juga sedang tidak bagus. Mereka akan mengambil keuntungan pragmatis dengan membiarkan negara tidak punya solusi sistemik untuk mengatasi situasi krisis ini,” katanya.

Demi kepentingan politiknya, kata Mahfuz, orang-orang tersebut, sengaja membiarkan ekonomi bertambah buruk dan susah, dan dimana harga-harga kebutuhan pokok akan semakin melambung tinggi.

Hal ini tentunya akan menjadi pembenaran bagi mereka, bahwa negara tidak perlu membiayai pelaksanaan Pemilu 2024 yang membutuhkan anggaran kira-kira sebesar Rop 100-150 triliun, sehingga bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain yang bersentuhan dengan masyarakat langsung.

“Kira-kira cara berpikir mereka, daripada kita mengeluarkan uang Rp 100-150 triliun untuk membiayai Pemilu, lebih baik digunakan untuk yang lain. Toh Pilkada saja bisa kita undur dan kita ganti dengan Plt. Mudah-mudahan ini, hanya suudzon saya saja, tapi bisa saja lompatan-lompatan berpikir semacam itu terjadi,” katanya.

Sekjen Partai Gelora mengaku tidak setuju dengan pikiran-pikiran semacam ini diinisiasi ke publik, karena membodohi masyarakat, dimana negara seolah-olah tidak mempunyai ide untuk menyelesaikan ancaman tekanan ekonomi.

“Situasi pandemi sekarang menjadi krisis ekonomi yang juga dialami semua negara, tidak perlu dikaitkan dengan krisis Ukraina. Pandemi sudah menciptakan kasus minyak goreng, bagaimana reaksi ibu-ibu ketika antri, mereka tidak lagi menyalakan produsen. Tapi mereka salahkan negara, pemerintah, mereka salahkan Presiden,” katanya.

Mahfuz meminta agar orang-orang tersebut, bisa ikut serta memberikan solusi untuk mengatasi tekanan ekonomi saat ini, bukan sebaliknya melakukan lompatan-lompatan berpikir yang tidak logis dan tidak rasional.

“Pemilu 2019 lalu, saja telah menciptakan pembelahan yang sampai sekarang tidak selesai. Makanya, saya khawatir krisis ekonomi akan bergeser menjadi krisis sosial,” katanya.

Dalam level terntentu, Partai Gelora juga mengkwatirkan krisis sosial tersebut akan menjadi krisis politik, yang akan merugikan masyarakat dan perjalanan demokrasi Indonesia.

“Tidak usah berpikir penundaan Pemilu, selesaikan saja kasus minyak goreng, atau selesaikan kasus tahu dan tempe. Publik sudah resah dengan efek pembelahan selama ini, jangan ditambahin masalah baru lagi,” katanya.

Publik, kata Mahfuz, harus diberikan mitigasi mengenai cara mengatasi tekanan ekonomi saat ini. Bukan sebaliknya, diberikan pikiran tidak logis yang bisa memicu krisis sosial dan politik.

“Saat ini begitu banyak kepentingan global yang bermain, begitu kita ada krisis sosial dan krisis politik, kekuatan global akan masuk ke Indonesia untuk memainkan situasi. Jadi jangan ada ide-ide nakal yang tidak logis yang bisa merusak akal sehat,” pungkasnya.

Formula 3 in1 Gelora untuk Manajemen Kedaruratan Indonesia Atasi Covid-19

, , , , ,

Partaigelora.id – Agama, otorisasi sains, dan pemahaman geopolitik menjadi kunci utama menyusun manajemen kedaruratan (emergency management) untuk menangani covid-19 di Indonesia.

Demikian ditandaskan oleh Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta, saat menjadi keynote speaker diskusi bertema “Covid Mengganas: Sanggupkah Sistem Kesehatan Mengatasinya?” di Studio Gelora TV Jakarta, Kamis (1/7/2021) sore

“Agama jadi sumber optimisme, otorisasi sains jadi referensi utama menghindarkan disinformasi publik, dan pemantauan serta analisis tren geopolitik jadi dasar pengambilan kebijakan ekonomi pemerintah dan pelayanan publik menghadapi pandemi ini,” jelasnya.

Perspektif agama, papar Anis Matta, menjadi langkah awal untuk memahami persoalan covid tanpa adanya sikap fatalis akibat ketidakpastian yang banyak dialami publik. Ia menyitir dalil yang menyebutkan, bahwa tak pernah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan juga bersamanya menurunkan obatnya.

Ia menyambung, agama menyuruh kita bergantung pada Sang Pencipta, tapi bersamaan waktu menyuruh manusia juga untuk mengambil seluruh sebab-sebab kesembuhan, mencari obatnya, mengikuti seluruh rekomendasi dokter dan saintis yang berhubungan dengan penyakit itu.

“Makna tawakal tak boleh jadi sumber fatalisme, tapi agama justru menjadi sumber optimisme,” kata Anis Matta.

Selain agama, pendiri Partai Gelora Indonesia ini juga menandaskan bahwa keberadaan otoritas sains penting sekali untuk dilibatkan menyusun manajemen kedaruratan (emergency management) Covid-19.

“Satu dimensi dalam penanganan Covid ini berhubungan dengan sains yang kita perlu waktu untuk mengetahuinya secara akurat,” katanya. Otoritas sains ini, sambung Anis Matta, juga bisa menjadi sumber referensi informasi yang valid soal covid-19.

“Ini untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran informasi soal pandemi,” tandasnya.

Anis pun menggarisbawahi bahwa masalah pandemi ini memiliki dimensi geopolitik sangat tinggi. “Virus ini datangnya dari Cina dan sekarang Indonesia juga memakai vaksin dari Cina. Makna geopolitiknya, kita adalah korban dan selanjutnya juga jadi konsumen. Ini menyakitkan sebagai sebuah fakta,” katanya.

Anis mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa setidaknya dari empat kekuatan utama dunia, yaitu AS, Eropa, Rusia, Cina dalam memproduksi vaksin. Apakah industri ini kelak akan menjadi salah satu leading industri dimasa yang akan datang.

“Kemungkinan yang buruk yaitu Covid ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik,” katanya. Dan karena itu, sambung Anis Matta, kita menyaksikan disinformasi Covid-19 dan vaksin yang luar biasa banyaknya. Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan.

Dari formula perspektif yang disampaikan ini, Anis Matta menegaskan, untuk membantu menguraikan faktor-faktor yang kompleks dalam menangani Covid-19 di Indonesia.

“Semua faktor ini membutuhkan penguatan dan perbaikan terus menerus pada emergency management kita,” katanya.

Alamat Dewan Pengurus Nasional

Jl. Minangkabau Barat Raya No. 28 F Kel. Pasar Manggis Kec. Setiabudi – Jakarta Selatan 12970 Telp. ( 021 ) 83789271

Newsletter

Berlangganan Newsletter kami untuk mendapatkan kabar terbaru.

X